5. Rasa Cemburu

1K 154 22
                                    

Laskar

Masih gue liatin.

Harus gue akui, si Mario-Mario ini emang menawan. Gue gak akan bilang kalo dia lebih ganteng dari gue, karena gue menjunjung tinggi prinsip love yourself dan masih punya anggapan kalo gue adalah orang tertampan di muka bumi. Jika memposisikan diri sebagai perempuan ... ya, Mario punya segala jenis kesempurnaan.

"Tiga minggu chat saya gak dibalas, ternyata kamu jadi konsultan komunikasi politik Khrisna, ya? Seru nih kalo medioker kayak Khrisna bisa ngalahin Petahana. Kalian berdua good combination banget soalnya." Wajar kalo Mario kenal gue. Jika dia sudah lama berkecimpung di perpolitikan, nama Laskar Kaisar tidak akan asing lagi di telinganya.

"Maaf ya, Yo, kayaknya chat kamu tenggelam." Gue menahan tawa sampai Leara mendelik tajam. Klise banget tau gak? Berarti masih menang gue dong ya? Walau baru balik minggu lalu, gue udah punya kemajuan karena selalu intens chattingan sama dia.

"Kamu ... ngapain di Citylink?" Saking gugupnya, Leara udah dua kali meminum air dari botol Akua yang gue belikan. Kalau mereka dijodohin sama adiknya Pak Khrisna, pasti kenalannya belum lama. Setahun juga belum, hubungan mereka masih dingin soalnya.

"Abis beli charger di atas, terus pengen makan. Eh, kayak kenal sama kamu. Ternyata beneran Leara." Gue percaya sama yang namanya kebetulan. Dibilang sengaja juga gak mungkin, anggota Badan Pengawas Pemilu sepertinya nggak akan iseng keliaran di jam kerja tanpa ada tujuan apalagi sebentar lagi akan disibukkan dengan pengawasan pencalonan.

"Oh, iya, desas-desus pencalonan Khrisna udah nyampe ke orang KPU dan Bawaslu." Gue gak tau maksudnya apa, tapi cowok itu ngajak adu tatap sama gue. Baru ketemu Laskar Kaisar, ya? "Awalnya saya masih meragukan gosip itu, tapi setelah liat artikel tentang Khrisna yang mendadak berkeliaran di internet ... saya jadi yakin. Apalagi sekarang ketemu langsung sama tim pemenangannya yang pro semua gini."

"Bisa aja, Mas Mario," minimal udah gak dicubit lagi lah sama Leara. Cewek di sebelah gue udah pasrah, gue juga masih seneng akting pura-pura jadi rekan kerja Leara buat ngebadutin Mario. "Kayaknya kita bakalan sering ketemu ya kalo Masnya di Bawaslu? Apalagi setelah pendaftaran resmi para bakal calon nanti."

"Iya, dan saya bakalan sering ketemu Leara juga pastinya, hahaha." Makin ngelunjak ni orang. Bersamaan dengan itu, pesanan gue dan Leara datang. Mario nggak makan, dia cuma memesan es serut khas Singapura yang bernama Ice Kachang untuk disantap.

Sambil memakan Hokkien Mee favorit gue, gue menyimak obrolan yang terjadi di antara mereka.

"Buku yang waktu itu kamu pinjamkan ke saya udah selesai saya baca, Ra. Udah lama mau saya kembalikan, tapi kamu nggak balas chat saya mulu."

Awas aja kalo yang dipinjemin adalah buku-buku pemberian gue. Mana kebanyakan dapet beli dari luar negeri lagi, mahal-mahal tau buku teori politik dan hukum tuh.

"Hm, boleh weekend ini deh, Yo. Saya kosong hari Sabtu, tapi ada jadwal bimbingan bentar sih di kampus, pagi. Siangnya bisa."

Dengan santai, gue menyela. "Sabtu ada liputan, lupa?"

Leara menepuk jidatnya sendiri, "Aduh, iya, sama Ragam Perspektif."

"Malam ini ada di rumah?" Rese juga nih laler satu. Mana pake senyam-senyum segala lagi, dipikir Leara bakalan kegoda kali?

"A ... da."

"Oke, malem ini saya antarkan ke rumah kamu, ya. Boleh?"

 Boleh?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang