[ 3 tahun sebelumnya ]
hari demi hari berlalu, minggu demi minggu terlewat, sang bulan telah berganti. Jaya berangsur-angsur mengikhlaskan orang tuanya. pun kembali pulang ke rumahnya dengan mengajak Saga ikut serta adalah keputusan yang dirasa tepat.
tak butuh waktu yang lama untuk Jaya dan Saga menjadi akrab. secepat itu hubungan batin di antara keduanya terjalin, bak telah ditakdirkan. mereka bagai saudara kandung, sudah terlampau dekat tanpa adanya rasa canggung lagi.
ya, walaupun Jaya sedikit kesulitan untuk memahami Saga yang penuh teka-teki.
di rumah minimalis berwarna putih tulang peninggalan orang tua Jaya, keduanya merajut kembali asa yang sempat pudar dan menjalani kehidupan normal sebagaimana mestinya.
pada usia yang baru jalan 14 tahun, Jaya dan Saga mengerti bahwasanya dunia tidak sebaik kelihatannya. yang terlihat baik hati dan terpampang suci, belum tentu sungguh demikian.
oleh karenanya, setiap ada insan yang mengulurkan tangan pada mereka──entah dengan tujuan atas rasa iba maupun berniat untuk memberi kasih sayang, apapun bentuk ulurannya, Jaya dan Saga mantap menolaknya.
rasa kepercayaan mereka terhadap dunia dan insannya perlahan terkikis, menyisakan sebuah stigma karena trauma yang ada. hanya dengan percaya satu sama lain, bagi keduanya itu sudah lebih dari cukup.
berjalan bersama dengan langkah yang beriringan, Jaya dan Saga berjanji pada diri sendiri untuk tidak saling meninggalkan. pun jika seandainya ingin pergi, wajib untuk pamit demi kejelasan tanpa beban langkah yang berat.
seperti sekarang, di pagi akhir pekan yang berawan, Jaya dan Saga menapak langkah beriringan di pijakan lembab tanah berumput khas area pemakaman. keduanya baru selesai dari berziarah ke makam orang tua Jaya.
tanpa kehendak, Jaya merindukan ayah dan bundanya. lantas anak laki-laki pemilik netra elang itu memutuskan untuk berziarah demi meredakan rindu.
tentunya Saga dengan senang hati menemani saudaranya itu.
saudara? iya. Saga telah menyematkan status saudara untuk Jaya yang telah membawanya pada kehidupan yang lebih baik.
"hey, sebelum pulang ingin beli sesuatu dulu?" tawar Jaya pada Saga.
mereka baru saja keluar dari area pemakaman, dan kini keduanya tengah menanti kedatangan bus tujuan arah pulang di halte terdekat.
gelengan kecil Saga berikan, "tidak, aku sedang tidak menginginkan apapun. tapi jika kau ingin membeli sesuatu, akan ku temani."
"baiklah, kalau begitu temani aku membeli permen dan kue ya." ucap Jaya yang dibalas anggukan ringan oleh Saga.
dan pada sekon berikutnya, bus yang mereka nanti-nanti akhirnya datang. lantas keduanya pun bergegas menaiki transportasi umum tersebut untuk kembali pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
arunika bercerita.
FanfictionSecuil kisah dari tiga manusia asing yang menjadi keluarga. © 2023