3

125 14 4
                                    


Time skip...


Ya Ampun! Jantung ku lama-lama akan meledak karena tidak tahan melihat kelakuan Yoona. Setelah tinggal bersama aku baru tahu kebiasaannya. Dia suka sekali hanya memakai kaos dalam yang tipis, hingga memperlihatkan otot lengan serta dada bidangnya yang sedikit menyembul. Siapa yang tahan dengan pemandangan itu? Apa dia pikir tidak akan masuk angin? Bersyukur Jess, setidaknya dia masih memakai sehelai pakaian, tidak bertelanjang dada. Mungkin jika Yoona melakukan itu aku akan pingsan dan mimisan seperti tokoh di anime. Huh, terlalu berlebihan.

Akal pikiran ku mulai tidak sehat, seenaknya saja berdebat tentang hal itu, terkesan mesum eoh?
Aku langsung mengalihkan pikiran ku dengan berbicara pada Yoona.

"Mau teh atau kopi?" Tawarku pada Yoona yang baru pulang dari syuting.

"Air putih saja." Jawab Yoona yang justru tidak memilih apa yang aku tawarkan.

Aku mengerutkan kening mendengar jawaban Yoona. "Aku menawarkan teh atau kopi, kenapa memilih yang lain?"

"Ya sudah terserah kau saja."

"Pilihan sesederhana begitu saja kau tidak bisa memutuskan."

Yoona yang awalnya bersikap acuh tak acuh kini memusatkan perhatiannya padaku. "Aku tidak ingin pilihan ku merepotkan mu."

"Aku yang menawarkan berarti aku sudah siap direpotkan." Ucapku kekeuh.
Aku heran, mengapa kami justru berdebat?

Yoona memejamkan mata berusaha mengontrol dirinya. Sungguh dia begitu lelah, sesampainya di rumah justru direpotkan dengan perdebatan yang tidak penting. "Ya sudah kopi saja."

"Aku akan membuatkannya. Tunggu sebentar.."

Yoona merespon hanya menganggukkan kepala, selanjutnya pria itu tenggelam dalam kegiatan memainkan ponselnya.

Dengan penuh kehati-hatian aku membawa secangkir kopi panas, terlihat asap yang mengepul semakin membuatku merasa khawatir jikalau cangkir ini terjatuh dan mengenai tubuh. Tidak-tidak! Hal itu jangan sampai terjadi. Laksana bayi yang baru belajar berjalan seperti itulah langkah kakiku.
Kuletakkan kopi ini di meja di depannya. Dia belum memberikan reaksi apapun, tampak masih asyik dengan ponsel di tangannya. Aku masih diam menunggu, hingga akhirnya dia meletakkan ponselnya. Dia menatap cangkir kopi di depannya, mata itu melirikku dengan sekilas. Tanpa mengucapkan apapun dia meneguk kopi itu perlahan.

"Uhuk-uhuk! Uhuk..."

Yoona terbatuk-batuk hingga wajahnya memerah, melihat itu aku menjadi panik. Sebisa mungkin aku membantu menepuk punggungnya namun dia menepis perlakuan ku. Mata rusa itu kembali beradu dengan mataku, tetapi kali ini dengan tatapan yang berbeda. Tajam, mata rusa itu menatapku sangat tajam. Gerangan kesalahan apa lagi yang aku perbuat? Oh tidak, jangan-jangan..

"Lain kali tidak perlu membuatkan aku kopi lagi!"

Yoona tidak berteriak ataupun berkata keras, namun tetap saja ucapan dinginnya bagai pisau yang menusuk hatiku. Sekali lagi dia melukai perasaan ku. Setelah mengatakan hal itu dia pergi begitu saja dengan membawa ponselnya.

Dengan rasa penasaran aku mencicipi kopi itu sedikit.

"Uhuk-uhuk!"

Aku pun terbatuk, kopi ini rasanya asin sekali. Pantas saja, sepertinya aku salah. Seharusnya aku tambah gula malah aku masukkan garam. Ini kesalahan ku, tidak heran jika dia marah padaku. Aku harus minta maaf padanya.

Aku menuju kamar dengan tergesa, terlalu khawatir bila dia marah, tanpa sempat mengetuk aku membuka pintu

Ceklek~

She Loves Me, She Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang