six || beda perasaan

187 21 0
                                    

Setelah apa yang terjadi pada kedua anak kembar itu, Karlian selalu saja menghindari adiknya. Saat ada orangtuanya dia bersikap seperti biasanya, akan tetapi jika hanya mereka berdua saja. Karlian benar-benar diam, dan tidak menegur Karlan sama sekali.

Jelas saja Karlan merasa tidak enak hati, kakaknya bukan orang seperti itu. Dia tidak mungkin melakukannya, tapi setelah mendapatkan perlakuan seperti itu. Sekalipun sulit untuk dipercaya, Karlan terpaksa mengakuinya.

"Kakakmu tadi pergi sama papa buat ke taman, tumben enggak ikut?" Tanya Linda yang sibuk membersihkan ruangan keluarga.

Karlan terdiam beberapa saat, ternyata kakaknya benar-benar berubah. Barangkali perubahannya itu karena dia merasa iri. Dia iri karena tidak bisa melakukan hal yang sama seperti yang lainnya. Bahkan adiknya sendiri saja bisa, kenapa dia tidak.

Hal itu sebenarnya wajar-wajar saja, mana mungkin Karlian menerimanya dengan lapang dada. Ada saatnya dia muak dengan keadaannya sendiri. Dia memang tidak mengatakannya secara langsung pada orangtuanya. Tapi, dia mengatakannya dihadapan Karlan dengan dingin.

"Aku memang nggak ada waktu akhir-akhir ini, ma. Biasalah sebentar lagi bakalan ujian kenaikan kelas. Waktuku sampai cuma ada di pelajaran aja," jawab Karlan sebenarannya pun dia tidak tahu jika kakaknya pergi bersama sang ayah.

Padahal kakaknya tidak seperti itu, dia pasti akan memberitahunya terlebih dulu. Dan selalu meminta Karlan untuk ikut bersamanya.

Karlan tidak bisa terbiasa, dia benar-benar merasakan perubahan yang drastis sekali dari kakaknya. Dia bisa apa? Apa yang perlu dilakukannya? Karlan hanya di buat bingung sendiri.

"Jangan terlalu dipaksakan ya, Karlan. Kamu hanya perlu ngelakuin sesuatu yang bisa dilakuin aja. Jangan berlebihan, mama juga enggak pernah meminta Karlan jadi seseorang yang luar biasa. Cukup jadi anak yang baik, dan tetaplah kuat," ucap Linda mengusap-usap lembut punggung putranya.

Harapannya tentu saja sama, tidak hanya pada Karlian. Linda berharap Karlan baik-baik saja. Anak-anaknya tidak boleh kenapa-kenapa, mereka adalah bentuk terindah yang Tuhan berikan. Sebuah harta yang berlimpah, yang selalu ingin di jaganya dengan baik.

"Kalau gitu Karlan mau ke kamar dulu ya, ma."

Linda mempersilahkan putranya untuk masuk ke dalam kamarnya sendiri. Kemudian, dia pun melanjutkan sesuatu yang sedari tadi dikerjakan olehnya. Linda memang selalu mengerjakan banyak hal, apalagi saat mengerjakan pekerjaan rumahnya. Sebagai seorang ibu rumah tangga, Linda tidak sempat untuk melakukan sesuatu seperti orang-orang.

Sebenarnya bukan karena dia seorang ibu rumah tangga. Ini semua tentang Karlian, jika Linda tidak sengaja mengabaikannya sebentar saja. Pasti dia akan menyesal karena kehilangannya.

"Raksa pulangnya lama kali, padahal udah sore banget," ucap Linda sambil memperhatikan sebuah jam. "Seharusnya dari tadi nih pulangnya."

Sementara dengan keadaan Karlan, anak itu tidak langsung mandi terlebih dulu. Dia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, dan mengusap wajahnya dengan kasar. Karlan menangis, dia tidak terbiasa jika harus diperlakukan seperti ini.

Sebenarnya di mana letak kesalahannya? Kenapa kakaknya harus berubah tanpa aba-aba terlebih dulu. Karlan tidak memahaminya, dia tidak tahu kenapa semuanya harus seperti ini.

Apa karena sebuah rasa iri? Jika memang seperti itu kenyataannya. Sudah pasti Karlan yang pantas untuk disalahkan. Dia yang tidak memahaminya, dia menceritakan banyak hal padahal dia tahu kakaknya tidak mungkin bisa merasakan hal yang sama. Semua orang pun pasti akan iri jika tidak bisa melakukan hal-hal yang luar biasa.

Mungkin seperti itulah yang kakaknya rasakan. Yang kini menjadi sebuah perbedaan, dan menimbulkan rasa sakit dihatinya.

Kenapa Karlan tidak memahaminya sedari dulu. Padahal dia tidak mungkin terlambat. Dia masih memiliki banyak kesempatan, hanya saja jika sekarang terjadi seperti ini. Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain merenungi kesalahannya, dan mengumpati dirinya berkali-kali.

Demi Kehidupan [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang