02. anjy mabar

2.6K 322 216
                                    

"Nah, situ tu! ayo, Om! Om Ice!"

Entah, sudah berapa kali ia disemangati begitu oleh perempuan yang mabar bersamanya. Tetapi yang ia tahu, Ice merasa ada yang janggal.

"Lo ini minimal bantu juga, kek."

"Aku ini belum sekuat Om, ehhhitu, musuhnya respawn Om! mangatt uhuy."

"Tck.."

Karena kesal, Ice meninggalkan [Name] keluar dari battle. Jadinya, hanya ada [Name] sendiri yang melawan boss tersebut.

Melihat perlakuannya, sang gadis langsung merengek. Seperti dikejar-kejar beban hidup dan setan, lalu memanggil namanya berkali kali.

"OM ICE! OM ICE KOK KELUAR, SIH? AKU MATI, TAU!"

"Haha, sukurin."

"IHH, SOMBONG!"

Iya, Ice terkekeh tipis mendengarnya. Lucu sekali rasanya menjahilinya, kalo gini, sih. Ice bakal betah juga mabar selama apa pun bersamanya.

"Yaudah, deh, gue tobat. Tapi caranya pro itu gimana, Om?"

"Stop, gue bukan Om Om."

"Halah, Om Om mah gamau ngaku."

"Iyadeh, Tante."

"DIH??"

Mendengar itu, Ice sudah siap siap untuk dibanjiri kalimat omelan yang dua kali lipat oleh si gadis.

Sedangkan [Name] sendiri, dia sudah menjadi darah tinggi karena sang lelaki. Selain meninggalkannya sendirian, tetapi juga memanggilnya sembarangan. Sebenarnya, yang mulai duluan, sih, memang dirinya. Tapi ya, tidak terima saja.

"Asal lo tau ya, OM. Gue baru tamat sekolah dua tahun lalu, jadi sekarang gue masih muda bangett! ih, ih, lagian siapa juga yang mau jadi Tante-Om gini, sih? najis, iw."

"Gue sih mau aja, btw, gue juga sama."

Ice itu masih dengan senyuman tipisnya, mengobrol dengan seorang [Name]. Walau dirinya tidak terlihat wujudnya, dan hanya suaranya. Tetapi entah mengapa Ia nyaman saja, sampai sampai melupakan soal stream dan komentar tersebut.

"Lah ... sama, toh. Dan, GUE GAK MAU! OH, LO PASTI PENGANGGURAN, KAN? MAKANNYA MAIN GAME INI, KAN?!"

Padahal perempuan itu tadinya mulai terdiam karena lulusannya sama, jadinya dirinya hanya bisa menerima saja. Tetapi mendengar tawarannya yang tidak ditolak, [Name] jadi imbang sendiri. Terus reflek nebak-nebak si Ice.

"Hahaha, emang cita cita lo apa?"

"Gue? gue, sih, mau nikah sama Om Om kaya, kaya sugar dadd—"

"... Miris."

"... I-ini standart matre cewek!"

Bohong kalau tidak speechles dan terkejut sedikit, Ice saja merinding sendiri dengernya. Reflek menjauh dari semua monitornya, lalu kembali lagi ketika [Name] mengeluarkan suaranya kembali.

"Tapi tapi, lo cowok, kan? ada temen lo yang tajir, nggak?"

"BUSET, MAU NGAPAIN LO?"

"Hehe.."

"GILA LO, MENDING SAMA GUE."

Waduh, Kak.

[Name] sontak terkejut, mendengar sang lelaki tiba tiba agak mengerluarkan suaranya yang kencang. Karena biasanya, suaranya kalem dan berat. Apalagi bilangnya begitu, rasanya [Name] kayak ditembak untuk menjalin hubungan.

virtual. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang