08. mertua

1.9K 260 116
                                    

Melihat keduanya berinteraksi tak biasa—alias bertemu bertatapan satu sama lain ini.

Yang dipikirkan [Name] sih, dirinya juga mustahil kalau kata Ice. Tapi apalah jadinya kalau begini, tak salah kan kalau ia anggap ini beneran jodoh?

Jadi, kapan nikah mz?

Setelah memberikan bunga dengan nama cantik bahkan rangkai dan kelopaknya yang rapih meringai, mirip seperti gadis yang ada di dekatnya ini.

Tanpa sadar, Ice terus menatap wajah milik [Name]. Entah mengapa, kadang suka bengong sendiri saat melihatnya. Atau kadang, menatap sambil melamun. Gapapa, Ice sudah lama gak berhubungan sama cewek.

"Ice? haish, ini udah kesekian kalinya kamu bengong. Kenapa? aku cantik, ya? hehe."

"Kan emang.."

"Ahaha, terus kita mau ngapain aja sampe kamu ngajak meet aku?"

"Mau lamar kamu."

"Ha?"

"Lamar kamu."

"... Beliau ini, memang kadang di luar antartika."

Tak habis pikir, oke, [Name] anggap itu candaan baginya. Habisnya, tak mungkin juga, kan. Masa iya?

"Aku serius."

Serem. Ketika Ice sudah bilang begitu, apalagi kalau sambil melihat wajahnya. Karena selama ini [Name] hanya mendengarkan lewat suara saja.

"Aku mau tanya deh, Es."

"Hm?"

"Seumur hidup itu gak lama, kok mau aja sih sama aku? masa iya cuma demi aku bisa ngobrol sama kamu? hayo, jawab."

"Hmm.."

Lelaki bermanik kebiruan itu berfikir sesambil duduk di samping gadisnya, wajahnya agak menengok ke atas.

"Susah dijelaskan.. intinya hatiku jedag jedug sama kamu."

"Hah??"

"Ya.. ngerti, gak? jedag jedug di bagian sini."

"Maksudnya?"

"Mau pegang? mumpung sekarang juga lagi jedag jedug."

"GILA!"

Aduh, Ice kadang jadi menyeramkan. Nyuruh perempuan menyentuh bagian dadanya, tak heran [Name] pikir dia agak gila.

"Yaudah kalo gak mau." dengan nada kecewanya, aduh, sabar ya, Ice. Dikit lagi.

Gadis yang masih sambil memegang bunga di kedua tangannya terkekeh tipis, pria yang ia temukan ini pikirnya sangatlah lucu. Tukang tidur, mageran, dan lainnya.

"Kamu ada waktu kira kira sampe jam berapa?"

"Aku bilangnya belajar sama dosen, sih. Kayaknya satu jam ada."

"Okay, then.."

Lelaki itu berdiri dan meraih ponsel di sakunya, memulai panggilan telepon terlebih dahulu kepada Ibunda.

Tep.

"Oh, Om Ice ini lagi, ya? maaf, saya masih menolak. Jadi jangan hubungi saya lagi, ya—"

"Halo, Bunda. Anak Bunda sudah saya culik disini. Kalau mau, Bunda datang saja ke lokasi."

"... Maaf, kamu bercanda, ya?"

Mendengar perkataannya tak dipercayai oleh sang Ibunda, Ice bergegas mengarah memulai panggilan video.

Lalu mengarahkan kamera belakang dan terlihatlah seorang [Name] anaknya berada disana, walau [Name] masih agak bingung apa yang terjadi—jadinya [Name] berpose saja. Dia kira dirinya akan di foto.

virtual. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang