12. game; over

2.2K 217 119
                                    

Bohong.

Itulah yang [Name] tahu ketika dirinya bangun tidur, alias, menyalahkan kejadian tadi malamnya.

Gadis itu bangun bangun masih ditutupi selimut, matanya melek sedikit dan disampingnya masih ada sang Suami yang menatapnya. Manik mata biru itu melirik ke arahnya, posisi mereka masih berdekatan di kasur. Tetapi beda jam dengan yang waktu itu, entah berapa jam berapa sekarang. Yang [Name] tahu itu bangun bangun mereka sudah memasuki pagi saja.

"Kamu bohong."

"Hm?"

"Katanya mau makan malem, tapi malah.."

"—Sssht."

Langsung saja perkataan gadisnya ia jeda memakai jari telunjuknya yang diarahkan ke hadapannya menyentuh mulut [Name].

Oke, mendengar perkataan [Name] yang sama to the point dengan dirinya, Ice jadi malu sendiri. Waduh, kenapa, Pak?

"Ice,"

"Apa?"

"Aku gabisa jalan, loh."

"..."

Nah, ya. Di malam itulah Ice tak bisa menahannya, jadinya kebablasan. Sedikit, iya, sedikit. Sampai sampai tubuh wanita itu terasa kaku, bahkan pinggangnya seperti keseleo.

"Maaf, gasengaja."

"Y."

"Kamu marah?"

"G."

"Terus apa? suka?"

"... Itumah kamu."

"Ga salah, sih."

"Ish, mana ngaku lagi. Bantuin aku beli koyo, gih!"

"Sekarang?"

"Tahun depan. YA SEKARANG, LAH?? KAMU GAK LIAT INI JAM BERAPA??"

"Iya, maaf."

Kali ini Ice beneran, beneran ngerasa bersalah. Langsunglah dirinya bangun meninggalkan Istrinya di kasur, menuju ke lemari mereka yang luas. Terisi pakaian pakaian Ice di sana, lalu mengganti bajunya di tempat yang sama.

[Name] reflek menutupi dirinya dengan selimut, tidak ingin melihat Ice sama sekali. Mau bagaimana pun ini pengalaman pertamanya, jadinya agak, ehem, aneh rasanya.

Pulang pulang, Ice beneran beli koyo sekardus. Entah darimana ia dapatnya, tapi lumayan untuk stock [Name] di rumah barunya ini.

Sekarang, [Name] masih misuh di kamar bersama Ice. Bedanya, Ice sedang duduk di mejanya itu membuka komputer.

"Icee,"

"Kenapa, sayang?"

Tak sampai satu detik bertahan Ice langsung menyaut panggilan dari Istrinya itu, tetapi tubuhnya tidak bergerak alias masih berpaku di hadapan komputernya.

"Kamu ngapain?"

"Ngurus absensi, kenapa?"

"Oh, masih cuti, kah?"

"Iya, tiga hari."

"Hmm, berarti besoknya lagi kamu sibuk?"

"Kemungkinan, iya."

Sebenarnya, [Name] hanya gabut saja. Tak ada hal yang ia lakukan selain bersama Ice, apalagi biasanya [Name] tidak bebas. Jadinya kerjanya hanya belajar, sekolah, dan istirahat. Lalu kalau tiba tiba dapat kebebasan begini, bingung sendiri mau ngapain.

"Kenapa? kangen?"

"Nanya doang, sih."

Setelah gadisnya berbicara, lelaki itu memutar kursinya. Jadinya Ice berhadapan dengan gadisnya yang berjarak agak jauh di kasur.

virtual. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang