Cahaya matahari masuk melalui celah-celah gorden kamar Syza. Merasa silau dengan cahaya matahari tersebut, Syza membuka matanya dan merentangkan tangannya ke atas. Ia pun segera bangun dan bergegas ke kamar mandi. Ia mulai mengganti bajunya dengan seragam sekolah dan memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya. Saat ia membalikkan tubuhnya sosok Ao tengah berdiri di belakangnya.
"Uwaaa!" kaget Syza mundur beberapa langkah hingga menabrak sebuah tempat sampah dan terjatuh.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Ao dengan wajah datar.
"Jangan muncul tiba-tiba seperti itu!" seru Syza sambil merapihkan bajunya yang berantakan. Ia mengambil kacamatanya dan berjalan pergi keluar kamar.
Syza tidak menyadari kalau Ao mengikutinya sampai ke dapur. Syza terheran-heran dengan para pelayannya yang melihatnya tanpa menyapanya pagi itu. Syza hanya mengangkat satu alisnya tapi tidak peduli. Syza pun duduk di ruang makan menunggu sang ibu yang sedang memasak di dapur untuk menghidangkan sarapan. Dibelakang, Ao berdiri di samping Syza memainkan rambut Syza yang panjang terurai. Merasakan ada yang menarik rambutnya, Syza menoleh ke sumber yang dicarinya.
"K-kenapa kau ikut kebawah!!!" teriak Syza menyemburkan susu yang sedang diminumnya.
"Ada apa Syza?" tanya sang ibu dari arah dapur.
"T-tidak ada apa-apa!" jawab Syza sambil menyuruh Ao untuk bersembunyi di bawah meja.
"Kalau begitu kenapa kamu teriak di pagi buta begini?" sang ibu keluar dari dapur membawa senampan roti hangat dan pancake.
"Ah... tadi aku sedang latihan drama saja..." Syza mencari alasan sambil menguncir rambutnya dengan sebuah pita.
"Kalau begitu jangan di ruang makan," sang ibu meletakkan sepotong roti di meja dan kembali ke dapur untuk memasak.
Ao yang mencium bau roti mulai tergoda, maklum saja ia belum makan sejak tiga hari lalu. Ao pun keluar dari bawah meja dan mengambil sepotong roti di meja. Syza melihat perbuatan Ao dan langsung menyuruhnya kembali ke bawah meja dengan bahasa isyarat. Tapi Ao hanya memiringkan kepalanya.
"Syza jangan latihan drama disini!" seru sang ibu membalikkan badannya dan melihat anaknya sedang bertingkah aneh dengan seorang anak berambut biru.
"Sejak kapan kau punya teman berambut biru?" tanya sang ibu menunjuk Ao yang sedang menyunyah roti.
"Aaa....itu...,"
"Apa mungkin kau mengambilnya dari panti asuhan dan setuju untuk memiliki adik?! Ah akhirnya kau mau punya adik!! Tenang saja akan ibu urus segalanya!" seru sang ibu dengan begitu senangnya. Memang kedua orang tua Syza menginginkan seorang anak laki-laki lagi, namun Syza selalu tidak mau karena ia tidak suka atau lebih tepatnya trauma dengan seorang adik.
"Bukan begitu! Ibu tolong dengarkan aku dulu!!!" teriak Syza menarik ibunya. Ia pun menjelaskan kenapa Ao ada dirumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Slayer Boy
Science FictionDunia ini mulai dipenuhi dengan kekejaman dimana perbedaan menjadi awal dari sebuah kehancuran. Peperangan dan perebutan daerah terjadi disetiap penjuru dunia. Hal ini membuat seorang pemuda bernama Syza membuat sebuah kelompok anti pemerintah. Namu...