Chapter 3: Dia yang bernama Azulio

9 0 0
                                    

Lokasi: 10 tahun lalu Negri Exour.

        Azulio mendengar sebuah berita kalau pemerintah negri Le-sour sedang melakukan pembinasaan terhadap ras yang dianggap berbahaya bagi dunia. Sampai saat ini terhitung 5 ras telah hilang dari peradabannya. Azulio merasa khawatir rasnya akan punah. Ras mereka adalah pembunuh handal yang sengaja diciptakan untuk dijadikan pembunuh bayaran. Meski begitu jika mereka dihadang oleh bom dan tank-tank pemerintah mereka tak akan mampu menandinginya.

         Suatu hari Azulio didatangi oleh pihak militer. Pihak militer melakukan pemeriksaan terhadap ras Azulio. Hingga setelah satu tahun penelitian mereka dianggap berbahaya dan harus dimusnahkan. Azulio pun bernegoisasi dengan pihak militer.

         “Apa pun akan kuberikan asalkan tolong jangan musnahkan rasku!” serunya di hadapan militer.

         “Menarik, kalau begitu berikan kami seorang yang berdarah murni dari rasmu.” kata sang atasan menatap penuh kemenangan pada Azulio.

         “Kami berikan waktu enam tahun, jika kau memberikan yang berdarah campuran tamatlah riwayatmu,” Azulio terdiam ditempatnya. Ia harus bisa merelakan seseorang dari rasnya.

         Enam tahun berlalu namun ia tidak menemukan orang yang berdarah murni. Hingga ia melihat seorang anak kecil berambut biru yang mengenakan slayer birunya berlari mengejar seekor kelinci. Mata biru yang bagaikan es itu adalah ciri kemurnian ras Azulio. Anak tersebut adalah anak yang tinggal di panti asuhan karena dibuang orangtuanya. Azulio pun segera pergi ke panti asuhan.

         “Kami tidak setuju! Anak itu satu-satunya yang kami rawat disini!” seru pemilik panti.

        “Kumohon, kalau tidak ras kita akan musnah,” mendengar hal tersebut, akhirnya dengan terpaksa pemilik panti pun merelakannya. Azulio berlari menuju tempat anak tadi mengejar kelinci. Azulio pun menangkap anak tersebut dan membekap mulutnya layaknya penculik.

         “Maaf ya tapi ini demi kami semua...” kata Azulio sebelum akhirnya anak tersebut menutup matanya terkena obat bius. ‘Biarlah aku yang menjadi iblis’ kata Azulio dalam hati.

         Azulio pun memberikan anak yang dalam kedaan terbius itu kepada militer. Dan kehidupan damai pun terjalani selama 4 tahun. Tetap saja Azulio diliputi rasa bersalahnya karena memberikan anak yang bahkan ia tak tahu namanya itu pada pihak musuh. Akhirnya Azulio pun pergi untuk memeriksa keadaan anak tersebut. Tak mendapatkan izin, Azulio pun menyamar untuk masuk ke dalam markas. Azulio berkeliling markas tersebut namun tak menemukannya. Di ujung lorong ia mendengar seseorang sedang berbicara.

         “Kau tak akan bisa lari dari kami bocah,” Azulio pun mengintip dari balik jendela karena penasaran dibuatnya.

         “Jangan pernah berpikir untuk lari dari kami karena tempatmu untuk pulang hanya disini,” Azulio tak dapat melihat apa yang terjadi tapi ia bisa melihat wajah orang yang berbicara sebelum akhirnya dipanggil.

         Dimalam hari hujan bom dijatuhkan dari atas pesawat. Azulio yang sedang tertidur pulas pun terbangun dan segera menyalakan alaram tanda bahaya. Sekumpulan orang datang menyerang Azulio. Dengan cepat Azulio mengambil pedang disakunya dan memutar tubunya 360 derajat. Pedangnya sukses membuat orang-orang yang menyerangnya terpotong menjadi dua bagian dengan darah yang menyiprat kesegala arah. Azulio membersihkan pedangnya sampai ia melihat baju tentara yang dikenakan orang yang menyerangnya.

         “Sialan!” timpalnya berlari menuju markas militer. Yang ia tuju adalah anak yang saat itu ia berikan pada militer. Tanpa ragu-ragu Azulio mengayunkan padangnya menebas semua orang yang menghalanginya. Meski harus bermandikan darah musuh ia tetap maju.

         Seseorang bertubuh besar mengahadang Azulio. Ketika Azulio mengayunkan pedangnya, orang tersebut menahannya dengan besi pada kedua tangannya hingga pedang Azulio patah. Dengan sigap Azulio mengambil pisau yang ia selipkan di sakunya dan melompat ke atas tubuh orang bertubuh besar tersebut. Azulio memutar tubuhnya diudara dengan cepat ia menusukkan pisau tepat dijantung orang bertubuh besar tersebut. Azulio mengulurkan tangannya untuk membantunya melemparkan tubuhnya ke belakang tubuh orang bertubuh besar tersebut. Tanpa paduli musuhnya mati atau tidak Azulio bergegas masuk ke dalam markas.

         Ia membuka setiap ruangan dan membunuh setiap orang yang ditemuinya, entah itu wanita atau lelaki. Disebuah ruangan Azulio menemukan sebuah slayer biru yang ia kenal, itu adalah milik anak berambut biru tersebut. Azulio pun mengambil slayer tersebut. Tiba-tiba pintu tertutup, dari kanan, kiri dan atas ruangan tersebut berjatuhan benda-benda tajam juga pedang. Azulio berusaha membuka matanya, ia sudah tak bisa merasakan sakit akibat tusukan benda-benda tersebut yang mengenai sekujur tubuhnya. Tak lama pintu terbuka dan seseorang masuk ke dalam ruangan.

         “Wah, wah lihat siapa ini?” kata orang tersebut.

         “Dasar licik...dimana anak itu!?” seru Azulio dengan penuh amarah.

         “Sayang dia berhasil kabur dari sini, tapi ia juga akan terbunuh diluar sana,” orang tersebut tersenyum penuh kemenangan.

        “Baiklah selamat menikmati harimu!” orang tersebut pergi dari ruangan seraya melambaikan tangannya.

         “Lihat saja brengsek akan kubalas kau!” teriak Azulio sekuat tenaganya. Ia berharap menemukan sesuatu agar ia bisa memindahkan setengah jiwanya. Ras Azulio memang memiliki kemampuan istimewa pemindahan jiwa ke sebuah benda. Teringat akan slayer di tangannya Azulio pun segera memakai kemampuan istimewanya.

         “Harapan terakhir ras kami hanya pada slayer ini juga anak tersebut,” Azulio memejamkan matanya.

         “Tidak aku tak mau membangkitkan ras ini kembali, kami sudah cukup banyak membunuh orang. Cukup akulah yang akan membalas dendam atas nama rasku,” tubuh Azulio pun terjatuh ke lantai dan ia menutup matanya. Tiupan angin menerbangkan slayer tersebut keluar jendela.

         Disebuah ruangan putih Azulio yang berupa jiwa menemukan anak berambut biru yang nampak kebingungan. Ia menghampiri anak tersebut dan meletakkan tangannya di depan wajah anak tersebut.

         “Namaku Azulio, mulai sekarang kau adalah masterku,” tubuh Azulio pun menghilang bagaikan asap. Dan sejak saat itu jiwa Azulio bersemayam di dalam tubuh anak berambut biru tersebut.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Authors note:

Akhirnya bisa update yang ini -w-

Akhirnya UAS Berakhir dan kayaknya bakal aktif lagi. Tapi masih kemungkinan soalnya masih punya deadline XP

The Blue Slayer BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang