2.sampai pondok

5K 152 5
                                    

Happy reading

*
*
*

2 jam perjalanan akhirnya mereka sampai ke tujuan.

Ya, mereka sekarang ada di gerbang pesantren Al-Azhar mereka pun turun dari mobil dan menju ndalem, siapa sangka ternyata itu bukan mimpi. Aisyah menghela nafas berat, apakah ini akhir kebahagiaannya? Apa ia akan bahagia dipesantren tanpa ada kenalan?

Bagaimana dengan kekasihnya? Ah entahlah.

Ia berjalan mengikuti jalan kedua orang tuanya menuju ndalem dengan wajah kusut, moodnya benar-benar buruk hari ini, niat hati beralasan belum ada keperluan mondok, ternyata sudah siap semua, berakhir benar hari itu ke pesantren. Ia tak bisa menolak, hanya mampu pasrah pada takdir yang tak bisa tertebak.

Santri-santri yang berlalu lalang lewat menatap Aisyah dengan tatapan masing-masing, ada yang sinis, kagum, dan lain sebagainya, siapa yang tidak kagum akan keputihan dan kemanisan wajah Aisyah?

Dengan postur tubuh yang ideal dan kulit sehat, itu benar-benar idaman bukan?

"Assalamualaikum," ucap mereka didepan pintu ndalem.

"waalaikumussalam," jawab salah satu abdi ndalem yang menyambut kedatangan mereka.

Perasaan Aisyah sudah campur aduk, tapi bagaimana? Dia terpaksa harus ikut kemauan orang tua nya, mau tak mau, ia juga sebenarnya sangat kesal karena ia fikir hanya sebentar ternyata sampai lulus, lah.

Akhirnya mereka duduk diruang tamu bersama dengan kiai dan bunyai yang kebetulan teman sang ayah, cukup lama berbincang, dari mana membahas tentang Aisyah dan asal usul ia masuk pesantren pun disebutkan membuat Aisyah meringis, aibnya diberitahu langsung oleh orang tuanya pada teman dekat mereka.

Sebisa mungkin ia menahan kekesalannya.

"Nduk, ayo saya antar ke asramanya," ucap bunyai memanggil Aisyah.

"e-eh iya bunyai," ucap Aisyah sopan.

Masih menjadi pikiran di otak Aisyah, arghh kenapa nasibnya berakhir sekolah di pesantren! Ia tak punya teman, dalam fikirannya pasti akan tersiksa, dipaksa ngaji, makan gaenak, sepi, membayangkan saja membuat gadis itu bergedik merinding.

Akhirnya Aisyah berdiri mengikuti jalan bunyai menuju asrama yang dimaksud.

"Assalamualaikum," ucap Aisyah dan bunyai ketika ia telah sampai di suatu kamar, sepertinya itu asrama! Tapi tunggu.. dimana santri laki laki? Ia hanya melihat santriwati yang berlalu lalang.

Ah Aisyah, otaknya memang laki-laki terus.

Setelah mengantarkan Aisyah me asramanya, bunyai pamit pergi, Aisyah diam mematung diujung pintu menatap teman asramanya yang menyambut kedatangannya, canggung, itu yang ia rasakan saat ini karna sama sekali tidak mengenal siapapun disana. Siapa mereka? Apa mereka akan ramah? Baik, sopan, menerimanya, baik hati, dan tidak merundung? Aisyah tak yakin bahwa bisa dekat dengan cepat, karna ia susah untuk mendapatkan teman yang tulus.

Satu santriwaati maju mendekati Aisyah, ia tersenyum manis merangkul pundak Aisyah dan menuntunnya masuk kedalam asrama lalu ikut duduk bersama dilantai bersama-sama, gadis itu mengulurkan tangannya pada Aisyah, lalu disambut gugup olehnya.

"O-oh iya saya Aisyah," sahut Aisyah gugup.

"Kenalin nama aku Alisah, dia ini meyrya, nah kalo itu Ayesha dan itu Fania," ucap Alisah dengan antusias mulai melepaskan uluran tangannya.

Tidak buruk! Pikir Aisyah melihat kamar asrama yang bersih, bagus, dan sejuk, oke! Kasurnya bertingkat! Ia pastikan ia akan tidur di ranjang atas. Tapi ... apa masih ada kasur atas yang kosong? Tentu ada, karna asrama ini masih banyak kosongnya, ia menghela nafas satu persatu baju miliknya sudah ia masukkan ke dalam lemari ... sedih sekali.

Gus Cuek Itu Suamiku?? [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang