_
_
_
Assalamualaikum
Tandain typo nyaa
_
Happy reading ✨
Aisyah menghela nafas, menatap lesu asrama tempat kini ia berada, penjara suci kata orang. Entahlah, nasibnya benar-benar tinggal dipenjara suci ini, sangat menyedihkan, jauh dari sahabat, orang tua, dan yang lain, berat, dan sangat melelahkan bagi anak manja seperti Aisyah. Hampir saja Aisyah meneteskan air matanya karna sudah mulai merindukan suasana rumahnya, padahal baru sehari. Ia menatap sekeliling yang sepi, hanya ada dirinya, huh ia benar-benar pingsan kemarin? Tega sekali Gus itu.
Aisyah turun dari tempat tidur, ia berjalan keluar membawa gayung yang lengkap dengan peralatan mandi lainnya, dengan langkah lunglai mulai berjalan menuju toilet umum santriwaati, nampak beberapa ada yang mengantri, Aisyah menatap bingung, kenapa mereka mengantri? Kenapa gayung disana berbaris? Apa gunanya itu? Dimana tuannya? Kenapa mereka berdiri menunggu ..., padahal bisa langsung masuk kekamar mandi saat yang lain selesai.
Ia mulai mendekat, satu kamar mandi terbuka, Aisyah berjalan kearah sana dan hendak masuk, namun pergerakannya ditahan oleh ucapan salah satu santriwaati dibelakangnya. Dengan wajah masam Aisyah mengacuhkan ucapan santriwaati yang protes karna Aisyah menyerobot antrian miliknya.
Setelah masuk ke kamar mandi, Aisyah mulai melakukan ritual mandi, sangat tenang, padahal baru saja menyerobot antrian mandi santriwaati lain. Ia tidak peduli, yang penting ia cepat selesai.
Hampir beberapa belas menit, Aisyah keluar dari kamar mandi dengan gamis lengkap dan handuk yang ia jadikan hijab, terlihat tatapan sinis dari santriwaati yang ia ambil antriannya, namun itu tidak membuat Aisyah takut, ia malah pergi kembali ke asrama dengan santai.
"Kak Aisyah, itu dipanggil ke depan ada orang tuanya jenguk," panggil salah satu gadis yang nampak lebih muda darinya.
Aisyah mengangguk, ia segera mengenakan hijab bergo nya, "makasih infonya ya."
Aisyah berjalan dengan suka hati, ia harap orang tuanya kesini untuk menjemputnya pulang kerumah, dan tetap bersekolah di SMA nya dulu, bukan harus mondok di pesantren yang serba mandiri dan ngantri, Aisyah nyaman dengan pertemanannya, tapi tidak terlalu suka dengan lingkungan yang belum membuatnya terbiasa.
Ia yang biasanya serba aman, tidak perlu mengantri saat makan, tidak perlu susah menghafal atau mengaji, padahal baru kemarin masuk, ia sudah tidak betah akibat mendapatkan hukuman pertama kalinya, padahal ia santri baru.
Terlihat dua orang dewasa menatap Aisyah, dengan cepat gadis itu berlari kearah mereka dengan merentangkan kedua tangan untuk melepaskan rindu setelah satu hari tak bertemu, baru satu hari, ingat itu, satu hari, satu.
Begitulah jika Aisyah si manja yang harus dipaksa mondok.
"Gimana?" tanya Munira mengelus pundak Aisyah
Aisyah sempat melamun beberapa saat lalu tersadar akan seruan sang bunda, ia hanya berharap ia tak jadi di pesantren ... dia tak suka! Masa jam 3 pagi udah dibanguni aja!
"Baik Bun, bun ... Aisyah gak mau disini Aisyah mau pulang! Ais janji ga nakal," rengeknya berharap di setujui sang bunda, namun harapan itu dipatahkan oleh jawaban sang ayah.
Namun ia hanya mendapatkan gelengan singkat dari sang bunda sebagai jawaban atas rengekannya yang penuh harapan besar, walau harapan itu tidak terjadi sama sekali. Ia sangat berharap orang tuanya akan luluh namun itu tak sesuai ekspektasi nya, orang tuanya sama sekali tak menyetujui. Jika ia diberi kesempatan untuk pulang ia akan merubah dirinya agar menuruti perintah orang tuanya, namun semua kata-kata nya hanya dianggap angin lewat yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Cuek Itu Suamiku?? [Revisi]
Romance(Novel tahap revisi, penulisan berantakan, masih full dialog, jadi harus nambah narasi) Apa yang dimaksud dengan cinta sejati? Cinta abadi, dan cinta setia itu? Apakah kisah seorang gadis bernama Aisyah ini penuh kebahagiaan? Atau kesedihan? Gadis...