5. Dia dan senja

47 11 2
                                    

Mereka berkumpul di posko untuk berangkat ke pantai. Oniel dan Olan sudah mengajak Aran tapi Aran tidak ada dirumahnya, ditelfon pun tidak aktif.

"Temen kalian yang satunya mana?" Tanya Shani.

"Ga tau kak, tuh anak emang hobi bet ngilang" jawab olan.

Akhir-akhir ini, Aran memang seringkali menghilang tanpa kabar. Oniel dan Olan memakluminya, mereka berfikir Aran masih sedih atas kepergian neneknya jadi mereka memberikan ruang untuk Aran menyendiri.

"Yaudah yuk guys berangkat sekarang"

Mereka berangkat menggunakan motor. Gracio bersama Shani, Gito bersama Feni, Ariel bersama oniel, Anin bersama Olan dan terakhir Sisca bersama Vito.

Setelah kurang lebih satu jam perjalanan mereka sampai di pantai yang dituju.

Mereka menyewa satu gazebo disana sekaligus memesan makanan untuk mereka semua. Setelah itu mereka mengobrol bersama sambil menunggu pesanan mereka. Setelah makan, para anak laki-laki membuka bajunya dan langsung pergi berenang, sedangkan Shani dan teman-temannya memilih untuk tinggal di gazebo sambil mengobrol.

"Eh sewa ATV yu, gabut nih" ajak Anin.

"Ayok, tapi bonceng ya nin" ucap Feni menatap Anin sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapih.

"Iyaa"

"Kalian aja deh, aku disini aja" ucap Shani l.

"Kenapa Shan?"

"Gapapa"

"Owh yaudah, kalo ada apa-apa panggil kita aja"

Shani tersenyum kemudian mengangguk.

Mereka berempat pergi untuk bermain sedangan Shani memilih untuk sendiri. Dia berjalan ke area yang lebih sepi sambil memungut kerang yang menurutnya terlihat cantik. Karna terlalu asik, tanpa dia sadari dia sudah berada jauh dari teman-temannya. Dia melihat seorang laki-laki yang sedang duduk dibawah pohon, laki-laki itu tampak tak asing dimatanya, Shani pun berjalan mendekati laki-laki tersebut.

"Aran" Shani memegang pundak Aran.

Aran hanya berbalik dan menatap Shani sekilas.

Shani duduk didekat Aran "temen-temen kamu tadi nyariin kamu ternyata kamu disini"

"Kak, bisa tinggalin gw sendiri ga?"

"Kamu kenapa? Cerita aja kakak siap kok dengerinnya"

Aran tak menjawab, Aran berdiri dan berniat meninggalkan Shani tetapi dengan cepat Shani menahan tangan Aran sehingga Aran kembali duduk "Aran, oke aku ga bakalan nanya nanya atau ngajak kamu ngobrol lagi tapi jangan pergi, disini aja duduk temenin aku"

Aran diam, dia menyandarkan tubuhnya di pohon sambil menutup matanya. Sudah hampir tiga puluh menit berlalu tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka berdua. Shani menatap Aran yang sedang menutup matanya, Shani fikir Aran sedang tertidur karna dari tadi posisi Aran tidak berubah sama sekali.

"Menurut kakak takdir itu adil apa engga?" Ucap Aran tiba-tiba yang membuat Shani terkejut.

Shani menatap Aran yang masih dengan posisi yang sama "adil, semua pasti sudah dipertimbangkan, manusia dapat bahagia dan juga masalah yang sepadan sama kemampuan mereka, semua sudah diatur sesuai porsinya masing-masing"

"Gw juga sering berfikir begitu kak tapi kenapa gw masih sedih kalo ngeliat anak yang disayang banget sama orang tuanya, kemudian berfikir kenapa gw ga pernah kayak mereka? dimana letak keadilan itu berada? Entah takdir gw yang sial atau emang gw ga pantes dapetin itu semua"

Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang