Jisung berusaha bangkit, namun dia masih lemas sekujur tubuh. Kakinya tak mau diajak kompromi, masih lunglai dan terus jatuh saat dia mencoba berdiri.Berkali-kali Jisung memukul dadanya guna meredam rasa sesak, tapi hasilnya sia-sia. Air matanya sudah mengalir deras, tapi tak ada suara tangis, malahan yang terdengar hanyalah isak tertahan, yang mana itu membuatnya semakin sesak.
Matanya terpejam sejenak, namun sejurus kemudian dia melotot karen mendengar suara flash toilet dari bilik paling ujung. Deru nafasnya semakin menjadi, dia menunggu seseorang keluar darisana dengan penuh harap.
Tepat saat suara ceklek terdengar pertanda pintu bilik dibuka dari dalam, Jisung semakin antusias. Siapapun itu, baik kru Tim WGM, maupun pengurus Everland, Jisung butuh seseorang sekarang.
Siluet serba hitam mulai terlihat, sampai akhirnya seorang lelaki keluar dari bilik kamar mandi tersebut, Jisung berusaha memanggilnya dengan suara patah-patah,
"S-siapa... t-tolong..."
Beruntung, orang itu langsung melihatnya. Lagipula, atensi semua orang pasti akan langsung tertuju padanya lantaran kondisi Jisung yang mencolok.
Pikiran Jisung masih blank, sehingga dia hanya terfokus pada siapapun yang bisa dimintai bantuan saat ini, sampai tak sadar kalau sebenarnya sosok pria dihadapannya bukanlah seseorang yang seharusnya dimintai pertolongan.
"Anyeong, Park Jisung-ssi."
Tepat saat suara serak dan berat itu menyapa telinganya, sebilah pisau ditodongkan tepat di depan mata kirinya.
Tentu saja Jisung langsung melotot. Tubuhnya semakin gemetar hebat, bahkan ia sampai lupa sejenak caranya bernafas.
"Lo pikir udah sehebat apa sampai bisa sedekat itu sama Ahn Yujin?" Tanyanya dengan suara rendah karena terpendam masker,
Dari konteks bicaranya, Jisung seperti baru mendapatkan sebuah klu. Ekor matanya bisa menangkap kotak kematian yang beberapa saat lalu dia lempar sampai isinya berantakan, lalu ia beranikah menatap mata sayu yang tepat berada di depannya,
"L-lo...?"
Lelaki itu mengangguk santai bahkan sebelum Jisung melanjutkan kalimatnya yang agak tersendat, seolah paham apa yang akan dia katakan.
"Ada kalimat terakhir?" Tanya lelaki itu, yang tentu tak mendapat jawaban apapun selain tatapan menghunus dan suara hembusan nafas dengan tempo cepat,
Setelahnya lelaki itu tertawa sambil menyeringai, ia menjauhkan pisau dari hadapan Jisung, namun hanya untuk berancang-ancang agar tekanan yang diberikan lebih menyakitkan.
CRASSSHHH!
"Aaarrghhh!"
*****
"Park Jisung?"
"Oi Jisung! Bangun hey!"
"Park Jisung!"
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married ; Jisung x Yujin
FanfictionUPDATE GAK ISTIQOMAH :) "Supaya chemistry-nya dapet, gimana kalau kita mulai berteman?" "Oke. Kalau gitu, aku panggil apa? Oppa?" "Boleh, Yujin-ah?" Berteman katanya? Kita lihat sejauh mana keduanya bisa berteman ditengah tuntutan "Membangun Chemist...