"Kakak cuma buat Acel! bukan yang lain."
***
"Kakak?"
Hazel menoleh kesana kemari mencari sang kakak, dirinya mulai menggerakkan kaki kecilnya itu kearah dapur.
Hening. Tak ada siapa siapa.
Aih, kakaknya ini kemana sih? Padahal kan Hazel lagi kesulitan ngerjain pr nya.
"Kak? Kak Jen??" panggilnya lagi dengan lebih kencang.
Hazel mulai tersulut emosi. Tak sadar jika kakinya mulai dihentak hentakkan dengan gemas.
"KAKAK!" teriak Hazel pada akhirnya. Sungguh, suaranya sangat amat menggema hingga bagian tersudut rumah pun agaknya juga akan terdengar teriakan Hazel itu.
"Kenapa sih teriak teriak? Kakak lagi bersihin gudang loh" jawab Jendral santai dengan membawa sekotak perkakas di tangan kanannya.
"Ish, gue cariin anjir daritadi! Bantuin gue ngerjain pr kak" katanya dengan nada yang masih sedikit kesal.
"Hm gue bantuin, buatin gue kopi dulu kalo gitu" suruh Jendral.
"Dipikir gue babu apa!" walau masih dengan perasaan yang bersungut-sungut, kakinya tetap melangkah menuju dapur.
"Kopi item apa kopi susu?" tawar sang adik dengan nada yang agak mulai melembut.
"Kopi item aja dah"
"Pake gula gak?" tanyanya lagi pada sang kakak.
"Nanya mulu lo kayak wartawan," sinis Jendral.
"Cepetan jawab anjir! Atau gue pukul pake panci?" Kata Hazel sambil berancang ancang membawa panci untuk memukul kakaknya ini.
"Kagak usah deh, ngeliat lo aja udah manis" balas Jendral dengan mengedipkan satu matanya kepada Hazel.
"Ew, ternyata lo belok ya kak, Alana gue embat aja ya kalo gitu?" ucap Hazel sambil membuatkan kopi untuk kakaknya.
"Enak aja! Gue belok juga bakal milih milih kali," tolak Jendral kepada sang adik.
Bye the way, Alana yang dimaksud Hazel itu adalah gebetan Jendral.
Butuh waktu sekitar 3 menit mereka bercengkrama sembari menunggu Hazel membuat kopi.
Hingga kopi yang diminta Jendral pun jadi. Hazel berjalan kearah ruang tamu tempat dimana Jendral duduk.
"Nih, sekarang bantuin gue ngerjain pr" ucap Hazel agak memaksa.
"Iya iya, mana buku lo?"
Hazel menyodorkan bukunya yang berjudul 'Matematika', oh pantas saja adiknya ini tak paham. Orang yang dipelajari ini adalah pelajaran yang paling mematikan.
Jendral mulai memberi ajaran kepada sang adik dengan telaten. Tak lupa juga istirahat agar kepala adiknya itu tak merasa pening.
Inilah yang disuka Hazel ketika kakaknya ini mengajarinya. Pasti kakaknya itu mengajarinya dengan lembut tanpa ada paksaan sedikitpun.
Sekalinya Hazel tak paham, Jendral akan menjelaskan lagi beberapa kali hingga Hazel dapat memahami apa yang Jendral ajarkan.
"Istirahat dulu, pusing nanti pala lo" suruh Jendral dengan nada jengkel, walau begitu didalam lubuk hatinya yang paling terdalam, ada perasaan khawatir jika adiknya ini terus dipaksakan untuk belajar.
"Hmm, iya" jawab yang lebih kecil dengan lembut.
Ngomong ngomong, daritadi dimana sih orang tua mereka?
Jawabannya, kerja.
Mereka sedang pergi keluar kota, dan katanya besok akan pulang.
Hazel memainkan minumannya sendiri dengan mengaduk-ngaduk minuman itu hingga atasnya sedikit berbusa.
"Jangan dimainin minumannya" tegur Jendral saat sadar jika adiknya itu memain-mainkan minuman itu.
Tepat disaat Jendral berucap. Hazel dengan tidak sengaja menjatuhkan minuman yang dia punya.
Alhasil, minuman itupun tumpah dan mengenai buku Jendral yang berisikan rumus matematika serta bajunya sendiri.
"Kan, kakak bilang juga apa" kata Jendral dengan menghela napas lelah.
Dengan cepat Jendral mengambil tisu banyak banyak dan mengelap meja serta buku rumusnya itu.
Dengan telaten juga ia mengelap baju adiknya yang ketumpahan minuman.
"Lengket ngga? Kalo lengket ganti aja sana" kata Jendral lembut sambil menatap dalam netra yang sama persis dengan miliknya itu didepannya.
"Makasih ya kak" ucap Hazel tiba tiba.
Jendral mengerutkan keningnya,
"Makasih buat apa?"
"Makasih udah gak marah hehe" jawab yang lebih kecil dengan kekehan diakhir.
Aih, Jendral kira adiknya ini akan membuatnya terharu, ternyata emang salah berharap pada Hazel tuh.
"Hm, sana ganti baju. Gak enak pasti pake baju yang udah lengket" suruh Jendral sekali lagi.
Hazel hanya terdiam.
Maniknya menatap sang kakak dengan sangat dalam, menyelami netra itu dengan segenap rasa.
"Kakak emang terbaik deh" kata Hazel lembut.
"Emang"
"Pokonya apapun yang terjadi, kakak cuma buat Acel! Bukan yang lain." ucap Hazel dengan semangat.
"Iya iya" jawab Jendral dengan lembut, tak lupa memberi sedikit afeksi pada sang adik dengan mengelus rambut yang kian memanjang itu milik adiknya.
Hazel pun berlari menuju kamarnya berniat berganti baju, dibalik itu semua, sungguh dirinya sangat malu setelah mengucapkan hal seperti itu pada kakaknya.
Diam diam Jendral tersenyum hangat.
"Tuhan, apapun yang terjadi, jangan buat saya dan adik saya terpisah. Saya mohon ya Tuhan"
TBC.
***
Uwaw! Balik lagi sama akuu, haha.
Jangan lupa voment guys!See you next week~
16 - 07 - 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
What About Me? || NCT Dream 00L✓
Teen Fiction─ jendral, hazel dan konflik keluarga mereka yang tak pernah usai. sebuah kisah persaudaraan kakak beradik yang sangat amat tentram. bahkan hampir tidak pernah ada masalah diantara keduanya. hingga akhirnya orang tua mereka mengatakan sebuah fakta y...