Part 7

991 62 5
                                    

Pdf redy bisa wa +62 822-1377-8824 (No sensor)

Ebook bisa ke playstore buku https://play.google.com/store/books/details?id=q5Q6DwAAQBAJ

Bisa di baca di Kbm app dan Karyakarsa Aqiladyna.

Happy reading!

Orin menata makan malam di atas meja, berharap Rava mencicipinya, bagaimanapun sekarang ia sudah menjadi seorang istri yang harus melayani kebutuhan suaminya. Walau pernikahan ini tidak dilandasi cinta Rava ke Orin, ia akan berusaha ikhlas menjalaninya.

Pintu terdengar dibuka, Orin melangkah ke ruang utama menyambut kedatangan Rava. "Selamat malam!"

Rava tidak menjawab dan menyelonong masuk ke dapur yang diikuti Orin, pria itu membuka lemari pendingin mengambil air mineral dan meneguknya hingga tandas.

"Aku buatkan makan malam untukmu," ujar Orin.

Rava melirik ke meja makan, ia mendekat memerhatikan masakan yang tersaji.

Prang!

Orin terlonjak saat Rava membalik semua makanan ke lantai, tubuh Orin bergetar, air matanya menetes dan ia beringsut ke sudut tembok.

"Apa kau ingin berperan menjadi istri yang baik?" tanya Rava seraya melangkah mendekati Orin.

Orin tidak mampu membalas ucapan Rava, lidahnya kelu, dan ia hanya bisa menatap Rava yang seolah ingin menghabisinya.

"Kau jalang!" maki Rava. "Aku melihatmu berpelukan dengan Frans! Kau sengaja mengundangnya, heh?" teriak pria itu marah.

"Semua itu tidak benar, Rava..." ucap Orin tersendat.

Rava merenggut rambut Orin hingga kepalanya mendongak.

"Aakkhh, sakit!" jerit Orin menggapai tangan Rava yang mencengkeram kuat rambutnya.

"Kau harus kuberi pelajaran!" geram Rava menyeret Orin ke kamar mandi. Tanpa belas kasihan pria itu menenggelamkan kepala Orin di bak mandi kemudian ditariknya lalu ditenggelamkannya lagi. "Apa kau masih mau bersikap sebagai jalang di belakangku dan berpura-pura menjadi istri yang baik di hadapanku?" geram Rava menarik Orin dan menyudutkannya ke tembok.

Wajah Orin sangat pucat, ia menghirup udara sebanyak mungkin, namun tanpa peringatan Rava menyerangnya, mencium bibirnya dengan rakus.

Tanpa memedulikan jerit tangis Orin, dengan beringas Rava menyentuh Orin, memasuki Orin tanpa ampun.

"Kau milikku, tidak ada seorang pun yang bisa menyentuhmu, kalau itu sampai terjadi lagi kupastikan kau akan kuhabisi!" tekan Rava saat melepaskan penyatuannya.

Orin beringsut duduk ke lantai dengan pakaian yang terkoyak, Rava hanya memerhatikan sejenak sambil membenarkan celananya.

"Sebentar lagi aku akan menikah dengan Adara, aku harap kau tidak mengacaukannya seperti kau mengacaukan hidupku," kata Rava.

Deg.

Bagai ada seribu belati menyerang hati Orin menusuknya semakin dalam meninggalkan luka yang teramat perih, ia menengadah menatap Rava dengan binar kesedihan. "Lalu kau menganggapku apa? Kau menikahiku tanpa cinta dan memaksaku menuruti kemauanmu. Aku memiliki hati, Rava..." ujar Orin.

"Benarkah kau memiliki hati? Lalu di mana hatimu saat menjebakku untuk menidurimu pada malam itu?"

"Aku tidak melakukannya!" teriak Orin lantang.

PLAK!

Tamparan kembali mendarat di pipi Orin yang wajahnya terpental ke samping.

"Ingat posisimu, kau tidak pantas meninggikan suaramu bila bicara denganku."

Istri simpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang