Part 9

1K 59 10
                                    

Pdf redy bisa wa ‪+62 895‑2600‑4971‬

Ebook bisa ke playstore buku https://play.google.com/store/books/details?id=q5Q6DwAAQBAJ

Bisa di baca di Kbm app dan Karyakarsa Aqiladyna.

Happy reading!

***

Rava terjaga dari tidurnya saat merasakan sosok Orin tidak berada di sampingnya, ia panik  lalu turun dari tempat tidur melangkah keluar dari kamar memanggil nama istrinya.

"Orin!"

Panggilan Rava terhenti saat mencium bau masakan yang menggugah selera, ia melangkah ke dapur menatap Orin dari kejauhan yang tengah berkutat dengan peralatan masaknya.

"Kenapa kau tidak istirahat?"

Orin terkesiap, ia berbalik menatap Rava dengan pandangan takut, apalagi saat Rava mendekatinya, Orin beringsut ke belakang perlahan.

"Kau takut padaku?" tanya Rava.

Orin menunduk tidak menjawab. "Sebentar lagi makan malam akan matang," kata Orin mengalihkan pembicaraan.

Rava menghela napas, ia segera merengkuh Orin ke dalam pelukannya.

Deg.

Jantung Orin berdetak lebih cepat, ia bisa menghirup aroma suaminya, pandangannya berkaca-kaca dan bertanya dalam hati kenapa Rava memeluknya.

"Aku tidak ingin kau membahayakan nyawamu dan janin di kandunganmu, maafkan aku yang selalu keras padamu, aku memang tidak bisa mengontrol emosiku, jadi kuharap kau jangan membuatku marah lagi," bisik Rava.

Kenapa kau tidak pernah mau percaya padaku? batin Orin.

Sekuat tenaga Orin berusaha tidak menangis, tetapi ia tidak bisa, butiran air matanya lolos tidak terbendung, katakan dia cengeng atau apa pun, yang jelas Orin hanya ingin meluapkan kesedihan dan rasa sakit yang mengguncang dadanya.

"Aku akan tetap bertanggung jawab atas hidupmu dan masa depan janin yang ada di dalam kandunganmu, mungkin semua ini adalah kesalahanmu, tapi aku akan berusaha melupakannya, jadilah istri yang tidak membangkang," bisik Rava mempererat pelukannya.

****

Adara menjatuhkan tubuhnya berbaring di atas tempat tidur. Ia kecewa karena Rava batal menginap di apartemennya padahal Adara sudah menggunakan gaun tidur yang baru dibelinya tadi siang dan parfum mahal yang wanginya pasti membuat Rava suka berada di sampingnya, namun semua sia-sia. Rava berdalih tidak bisa menginap karena ada pekerjaan sangat penting yang harus diselesaikannya.

Akhir-akhir ini Rava selalu memberikan alasan yang sama, terkadang Adara curiga, namun ia tidak mau menuduh Rava yang negatif, Adara takut Rava marah padanya lalu membatalkan pernikahan yang sudah hampir rampung delapan puluh persen.

Adara harus bisa menahan emosinya, harus sabar menghadapi sikap Rava sampai janji suci pernikahan antara dirinya dan Rava terikat, barulah ia akan bertindak menahan pria itu tetap di sampingnya.

Cinta Adara dengan Rava sangatlah dalam, banyak orang yang iri melihat kebersamaan mereka, Rava yang tampan dengan sejuta pesonanya dan Adara yang cantik mampu menaklukkan pria mana pun mengemis cinta padanya, tetapi Adara terlalu setia dengan Rava, bagi Adara kekasihnya merupakan sosok yang melebihi sempurna dan Adara tidak akan membiarkan wanita mana pun merebut Rava, hanya dirinyalah yang pantas menjadi wanita satu-satunya yang mendampingi dan dicintai Rava.

Besok Adara akan mencoba gaun pengantinnya, Rava sudah berjanji akan menemaninya, dan Adara berharap pria itu menepati janjinya. Adara sudah tidak sabar untuk mengenakan gaun pengantinnya berjalan di altar gereja menghampiri Rava yang menunggunya, pernikahan yang sangat diimpikannya akan segera terwujud.

Bahagia bersama Rava untuk selamanya.

***

Setelah menghabiskan makan malam bersama, Rava meminta Orin untuk kembali berbaring di tempat tidur, Orin harus banyak istirahat. Rava masih duduk di sofa dalam kamar sambil menonton televisi, sesekali matanya melirik ke arah Orin yang terlihat gelisah belum juga memejamkan matanya.

Diam-diam Rava memerhatikan Orin, tubuh wanita itu memang membuat Rava sangat ketagihan untuk menyentuhnya, wajah manisnya pun selalu membayangi benak Rava saat berjauhan.

Ada apa dengan dirinya? Mungkinkah hanya nafsu semata? Sejak menyentuh Orin ada perasaan berbeda, bercinta dengan Adara pun sudah tidak dilakukannya lagi. Tujuan Rava hanya ke Orin.

Rava berdiri melangkah mendekati Orin, duduk di tepi tempat tidur mengusap punggung Orin hingga wanita itu terlonjak.

Pandangan mereka bertemu saling beradu dengan intens, Orin seakan tenggelam dalam manik mata hitam pekat milik Rava.

Rava menunduk mengecup bibir Orin sekilas, tidak ada perlawanan, maka ia kembali mengecupnya yang berubah menjadi lumatan penuh nafsu. Rava tahu keadaan Orin masih lemah, tetapi ia tidak bisa menahannya lagi, Rava berjanji akan menyentuh Orin dengan lembut tidak seperti sebelumnya.

***
Suara dengkuran kecil terdengar di telinga Orin, Rava sudah larut dalam mimpinya setelah menyentuh Orin beberapa kali. Malam ini nafsu Rava tidak tertahankan, tetapi Orin bersyukur setidaknya Rava menyentuhnya masih dalam tahap wajar dan ada sedikit kelembutan.

Orin hanya seorang istri yang berusaha melayani suaminya sebaik mungkin. Ia sejak dulu selalu bersumpah pada dirinya sendiri bila kelak menikah hanya untuk sekali seumur hidupnya, dan Orin akan mempertahankan rumah tangganya dari badai apa pun yang menerpa, namun kondisi pernikahan yang saat ini dijalaninya sangatlah berbeda. Tidak ada cinta, tetapi hanya keterpaksaan.

Orin memang wanita pertama yang dinikahi Rava, tetapi sosoknya tidak pernah ada di hati Rava, hanya Adara yang dicintai pria itu.

Haruskah Orin melanggar janjinya, pergi dari kehidupan Rava meninggalkan pernikahan ini pada saat Rava nantinya mengikat janji suci dengan Adara?

Tidak ada seorang wanita pun yang rela diduakan, apalagi Orin hanyalah seorang istri yang mengharapkan pernikahan yang harmonis.

Orin terisak, sedikitnya di lubuk hatinya yang paling dalam terselip rasa cinta untuk suaminya, tetapi ia akan memendamnya karena Orin tahu hubungan antara dirinya dan Rava hanya semu belaka.

Orin mengusap perutnya yang mulai menonjol, di dalam sana ada kehidupan yang tidak bersalah sama sekali, Orin tidak ingin anaknya menjadi korban atas semua permasalahan yang terjadi. Orin akan melindungi bayinya walau nyawa taruhannya.

Hanya inilah tempat Orin mencurahkan kasih sayangnya kelak, tempatnya melewati masa terasingnya di apartemen ini.

Pelukan Rava semakin erat, Orin tersenyum kecut dan memejamkan matanya, ia merasa tenang dan damai dalam dekapan suaminya. Rasa kantuk mulai menyerangnya, Orin terbuai ke alam mimpi berharap besok saat ia bangun akan lebih baik lagi.






tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri simpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang