I.04 || Pulang

194 28 12
                                    

A/N

SO- uhm- Author lupa kalau author punya wattpad (sorry for that, hehe-)

Mengingatkan lagi, Author gak jago nulis romance jadi kemungkinan besar cringe.

Mengingatkan lagi, Author gak jago nulis romance jadi kemungkinan besar cringe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|| (Name) | 1st Person POV ||

Udara malam berhembus diiringi dengan air hujan yang turun menghantam atap gua mengikuti sebuah melodi. Malam berganti pagi, namun hujan terlihat akan berlangsung untuk lebih lama lagi.  Dinginnya udara malam ditambah hujan membuat hampir tubuh kami membeku. Aku, Gizan dan Dazan mungkin bisa bertahan di suhu dingin seperti ini, tapi aku tidak tahu bagaimana dengan keponakanku. Beruntung saja kami bersama tiga pengguna sihir api, kami bisa menyalakan api unggun dengan mudah.

Mataku terus memperhatikan api oranye yang menari-nari diatas tumpukan balok kayu, membakar ranting-ranting itu menjadi arang dan abu. Sarung tangan aku lepaskan untuk menghangatkan tanganku yang basah.

Kelompok kami duduk mengelilingi api unggun itu, berusaha menghangatkan diri dari suhu malam yang dingin. Kecuali Gizan, ia malah berdiri termenung melihat air yang turun membasahi bumi, mungkin karena ia penyihir api biru dia tidak perlu menghangatkan diri seperti kami. How lucky..

"Hah, akhirnya kita bisa istirahat dengan aman." Samsul menyender kepada bebatuan goa.

Lamunan singkat ku terpotong. Telapak tanganku hampir saja mengenai api, dan aku bisa merasakan sepasang mata melihat kepadaku sebelum berpindah. Tch, Memalukan...

"Iya sul." Jawab Peppey diikuti dengan helaan nafas.

"Oh iya, kamu gapapa kan Ren?" Peppey berbalik kesamping, mukanya terlihat khawatir. "Kamu gak terluka kan?"

"Emm... Enggak kok." Ren Menjawab dengan singkat. Aku memperhatikan kalau tangannya memegang erat jubahnya, terlihat cukup grogi.

Walaupun aku menyambutnya kepada keluarga ku dengan tangan terbuka, sesuatu dalam diriku terus saja berteriak agar aku tidak mempercayai Ren dengan sepenuhnya. ―

Peppey tersenyum mendengar jawaban darinya.

Tapi ia bisa membuat Peppey bahagia. Jika keponakanku bisa mempercayainya kenapa aku tidak?

Aku menepis rasa curigaku jauh-jauh. Mungkin aku terlalu paranoid karena kejadian kemarin.

(Dazan memperhatikan (Name) dari sudut matanya. Entah mengapa melihat luka besar melewati wajah orang itu mengingatkan ia dengan dirinya sendiri. Namun, tetap. Rasa kecurigaannya masih belum pudar.)

Keheningan kembali muncul di atmosfer. Dari sudut mataku, aku terus memperhatikan keempat anak yang ada dibawah asuhan ku. Perasaanku saja tapi ada yang kurang dengan penampilan Marvel?

Death (XIII) || Viva Fantasy x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang