Part 5

19 8 0
                                    

Selamat Membaca
****
***
**
*

" Duk " Suara punggung Sania yang menabrak tembok. Tetapi tidak menghentikan pergerakan ketos tersebut. Sania jadi takut tapi kalau teriak ia juga percuma karena semua lagi di lapangan. Tak lama kemudian tangan si ketos mulai mengurung kepala Sania. Dan mendekatkan kepalanya ke kepala sania.

"Pd" itulah yang keluar dari mulut Javier. lalu ia pergi dari hadapan Sania dengan membawa hasduk yang ia ambil di kepala sania tadi.

Sania menghela hapas panjang dan ia heran ternyata hukumannya enggak seperti yang ia bayangkan. Sania segera pergi ke lapangan sebelum mendapatkan hukuman lagi.

Sesampainya Sania di lapangan ternyata semua sudah berkumpul sesusai kelompok yang tadi di tentukan. Seseorang mengumumkan setelah ini ada istirahat satujam. Itu membuat Sania senang. Akhirnya, ia bisa istirahat dulu. Tetapi kesenagan Sania tidak bertahan lama setelah mendengar bahwa yang hasduknya di ambil harus tinggal di tempat.

" Tanpa penghormatan bubar jalan" ucap salah satu anggota OSIS. Mendengar itupun semua bubar kecuali yang hasduknya diambil dan itu sekitaran 20 anak.

" Ayo baris yang rapi !!! , kalian berdiri di sini sampai jam istirahat selesai" kata Bima. " TIDAK ADA YANG PROTES" lanjutnya ketika banyak yang mengeluh.

"Dasar abang laknat, enggak tau apa kalau adiknya ikut di hukum. Udah panas gerah lagi" batin Sania.

Setengah jam sudah berlalu tinggal sengah jam lagi istirahat selesai. Tak lama kemudian datanglah anggota OSIS.

" Enak ya di jemur kayak gini" ucapanya dengan nada mengejek.

"Enak gundulmu panas kayak gini" batin Sania.

Tak lama kemudian ada yang datang menghampiri Sania. Saat ini Sania sudah merasa pusing, mual, gerah jadi satu.

"Sania cita-cita jadi doctor, lahir 29 desember 2006. Masih kecil udah berani buat ulah ya" baca Sanggar.

"Ngelakuin apa sampai dihukum kayak gini?"

"Paling juga ngejawab kalau di bilangi" sahut OSIS lain.

Sudah cukup sania tidak kuat lagi apalagi kalau di bentak bentak seperti ini rasanya ingin menangis.

"Cengeng" bisik Javiar dari belakang tepat di telinga Sania. Mendengar diejek Saniapun langsung menoleh. Tetapi, belum sempat melihat sipa ia sudah keburu pingsan.

Jam demi jampun telah berlalu. Tak terasa acara MOS sudah selesai. Sedangkan di dalam UKS Sania masih senantiasa menutup matanya.

"eugh, duh pusing banget kepala gue" batin Sania ketika ia membuka mata.

"Dah sadar" ucap seorang cowok yang melihat Sania bangun.

Mendengar suara itupun Sania hanya diam. Ia sedikit syok karena suara tersebut sama kayak oranga yang mengejeknya di lapangan tadi.

"Orang bisu kalau di Tanya ya enggak jawab" ucap cowok itu dan pergi meninggalkan UKS. Mendengar perkataan cowok tadi membuat Sania ingin marah.

"Dasar, kok ada sih orang punya mulut seperti itu" dumel Sania.

********

Dilain tempat ada Bima yang sedang bingung mencari Sania. Apalagi dari tadi ia tidak melihat Sania sama sekali. Di hubungipun juga tidak bisa.

"Dimana sih lo Dek" bingung Bima. Akhirnya Bimaapun pulang kerumah siapa tau Sania udah pulang duluan. Kan anak itu suka bandel.

"Assalamualaikum, Ma... Mama"

"Ih kamu tuh jangan teriak teriak. Loh dimana adik kamu?" Tanya mama Bima.

"Sania belum pulang Ma?"

"Kan bareng kamu gimana sih Bim. Coba kamu hubungi"

"Sudah Ma, tapi enggak bisa"

Sekarang Sania juga kebingungan, karena hpnya mati jadi, ia tidak bisa menghubungi abangnya. Setelah melihat hpnya yang mati, Sania turun dari bangkar untuk menuju ke halte. Sania berjalan tertatih tatih karena Dia masih lemas dan juga sedikit pusing.

"Auuu.." ucap Sania ketika ada yang menabraknya.

"eh-eh sory-sory gue enggak sengaja" mendengar suara cowok Saina mendongak. "loh Sania" ucap si penabrak yang ternyata itu adalah Gibran.

"kak Gibran"

"sorry ya San, lo gak papa kan?" ucap Gibran sambil menolong Sania. " kok lo masih disini bukanya udah pulang dari tadi MOSnya?" lanjut Gibran.

"enggak papa kok kak. Iya tadi gue sakit trus di uks" jawabnya

"Mau diantar?" tawar Gibran

"enggak usah" tolak Sania.

"Udah ayo kakak antar. Gak ada penolakan" ucap Gibran sambil memapah sania jalan.

Dipertengahan jalan mereka bertemu dengan Zidan.

"Wih siapa nih pacar baru ya?" goda Zidan.

"Ngawur lo, adkel ni tapi, doain saja" balas Gibran sedikit menanggapi. Sania yang mendengar pembicaraanyapun hanya diam dengan wajah datarnya.

"Datar bener takut gue. Yaudah duluan ya jangan lupa pjnya" Gibranpun hanya tersenyum mendengar itu.

"jangan dimasukin hati emang gitu anaknya suka bercanda" ucap Gibran ketika melihat ekspresi wajah Sania dan hanya di balas senyuman.

Sesampainya di halte Gibranpun langsung pergi karena masih banyak tugas dari OSIS. Disan Sania bersandar di tiang halted an memejamkan mata guna meredakan rasa pusingnya.

Siang sudah menjadi sore Saniapun masih tetap stay di halte bis. Sekarang ia tidur mungkin ngantuk.

Javier yang baru menyelesaikan tugas OSISnya langsung keluar dan pergi ke parkiran. Kali ini ia membawa mobil karena dia sudah tau kalau bakal pulang sore. Sesampainya di gerbang ia melihat seorang cewek yang tertidur di halte. Dan pasti kalian tau lah itu siapa.

"Ngapain tu bocah tidur di situ enggak ada kerjan" ucapnya lalu turun dari mobil menghampiri Sania. Javier menepuk pelan pundak Sania. Tetapi itu tidak membuat sania bangun.

"Ni bocah kok kagak bangun bangun" batin Javier lalu ia memegang kening Sania. "demam ni bocah" lanjutnya.

"Dorrr"





TBC

jangan lupa vote dan komen


SaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang