Selamat membaca
****
***
**
*
"Dor" kaget sanggar dan juga Rizal.
"Ngapain lo bos mau emm em ya?" goda Sanggar. Javier yang mendengar itupun hanya menyembunyikan rasa kagetnya dan tidak menanggapi omongan Sanggar.
"Lo apain nih anak orang kok bisa kayak gini" tuduh Rizal.
"pingsan" Jawab Javier.
"masa sih gue enggak percaya" Ucap Rizal lalu Dia menghampiri Sania dan menepuk pundaknya. "Bener pingsan ni anak" lanjut Rizal setelah menepuk pundak Sania dan Sania belum bangun juga. Namun, tiba tiba Sania membuka matanya.
"Anjir kaget gue tiba tiba melek" Kaget Rizal.
Sania yang baru membuka matapun kaget karena di kelilingi banyak cowok. Tanpa babibu Saniapun lngsung berdiri dan siap untuk kabur takut kalau mereka orang jahat. Salah siapa pakek jaket hitam semua kayak preman.
"Kita bukan orang jahat kok, enggak usah takut" jelas sanggar ketika melihat wajah ketakutan dari Sania.
"Emm... aku mau pulang" Ucap Sania.
"Yaudah biar di antar Javier. Ya kan Ver?"
"Hmmm.... Ogah lo aja. Gue banyak urusan bay" Tolak Javier.
"eh.. mau pergi kemana lo" Tarik rizal. "Antar lah Jaf eman orangnya cantik juga" bisik Rizal dan ditanggapi dengan pelototan mata dari Javier.
"Enggak usah kalau boleh aku pinjam hp aja" Sela Sania ketika melihat pelototan mata Javier.
"Ya udah nih" Sanggarpun memberikan hpnya. Sania segera mengsmbil hpnya dan menelpon papanya.
"hallo pa ini Sania"
"ya ampun San kamu dimana ? ini papa lagi ke sekolah kamu kata mama kamu belum pulang"
"Sania di sekolah pa"
"Tunggu bentar ya ni ban mobil papa mogok bang Bima lagi kesini buat jemput papa"
"Iya pa, Sania tunggu"
"tut tut"
"Makasih ya kak. Kalian pulang saja Papa saya sudah perjalanan kesini" ucap Sania sambil mengenbalikan hpnya ke Sanggar.
"kita bakal nunggu sampai kamu di jemput"
Saat ini mereka sedang duduk di halte menunggu Sania di jemput. Sania sedang duduk sambil menunduk karna masih pusing kalau Sanggar dan Rizal lagi bermain hp dan jangan tanyakan Javier lagi apa.
Javier sekarang lagi tidur dengan kedua tangan yang disilangkan di dada dan mengankat satu kakinya serta bersandar di tiang pembatas halte.
"Tin Tin" Suara mobil berhenti di depan halte.
Seorang lelaki keluar dari mobil dan menghampiri Sania.
"Sania" Panggilnya.
"Papa" Balas Sania dan langsung memeluk Sang Papa. Lalu Papa Sania menoleh ke Javier dkk.
"Makasih ya uadah nungguin anak saya sampai ketiduran kayak gitu"ucap papa Sania sambil melihat ke Javier yang tidur tanpa terganggu.
"oh enggak papa kok om emang dia sukanya tidur" Jawab Sanggar dengan santai. Untung Javier enggak bangun coba kalau bangun sudah jadi apa tu Sanggar.
"Ya sudah sekali lagi makasih ya, saya pergi dulu"
"iya om hati hati"
Bintang sudah menghiasi langit. Kini saatnya untuk semua orang beristirahat. berbeda dengan Javier yang berda di kamar dengan laptop yang menyala di meja belajarnya.
Seseorang masuk ke kamar Javier dan setelah itu langsung rebahan di kasur serta memainkan hpnya tanpa peduli yang punya kamar akan mengamuk.
"Laptop mulu kerjaan lo, kayak enggak ada kerjaan lain aja" Ucap Nico.
"Oh iya lo kan ketos pasti sibuk" Lanjutnya setelah tidak mendapatkan respon dari Javier.
"Banyak kerjaan, banyak yang ngefens" Lanjut Nico lagi
"Oh ya jangan lupa, pasti punya banyak cewek lo" ucapan Nico kali ini mendapatkan tanggapan dari Javier.
"Gak" bantah Javier dan langsung tercetak jelas senyuman di bibi Nico karena berhasil menggangu Javier.
"oke bay gue pergi dulu"
Memang gini jika mereka ketemu tanpa pertengkaran bukan Javier dan Nico namanya. Sama sama usil dan bikin marah tetapi sebenarnya mereka saling sayang satu sama lain sebagai adik dan kakak.
Tak berbeda dengan adik kakak yang satu ini. Pagi - pagi sekali senyum indah sudah terpatri di bibir Sania. Setelah acara demam kemarin, ia sekarang lebih terlihat bugar. Dengan piama bergambar hello kity yang melekat di tubuhnya ia bergegas ke kamar Bima untuk membangunkan si kebo.
"Bang ayo bangun"
"Apaan sih dek ganggu aja masih pagi juga!" marah Bima.
Bukan Sania namanya kalau menyerah gitu aja. Dengan ide jahilnya ia mulai naik ke kasur dengan hati hati. Tak lama kemudian Sania mulai menjalankan aksinya dengan menggelitik perut Bima. Dengan perasaan yang sedikit jengkel Bimapun langsung menggambil kedua tangan Sania dan menjatuhkan Sania di ranjang lalu Bima mendekap Sania menggunakan selimut.
"emmm.. Bang lepasin, engap Sania gak bisa napas" Tanpa melepaskan dekapan tersebut Bima langsung tidur dan memeluk sania dengan erat. Sania yang tidak bisa apapun hanya diam dan pasrah.
"Udah diam tidur"bisik Bima dan langsung membuat Sania memejamkan matanya. karena, sebenarnya dirinya tadi masih menahan rasa kantuk. Bima yang melihat sania tenang ia sedikit melonggarkan pelukannya dan menyusul Sania menuju alam mimpi.
Akan tetapi, dibalik kesenangan mereka semua tersimpan rasa takut diantara salah satunya.
TBC
jangan lupa vote dan komen .
KAMU SEDANG MEMBACA
Sania
Teen FictionSebuah lika liku kehidupan yang di alami oleh seorang remaja. Kehidupan seorang remaja pasti ber beda beda. Di sini di ceritakan kehidupan seorang gadis yang menginjak masa remajanya. Dimana ia harus menghadapi masalah demi masalah yang berdatangan...