Sekitar jam 2 dini hari, Ratih terbangun karena hujan turun dengan sangat lebat. Gadis itu mengucek matanya untuk memperjelas penggeliatannya.
Ratih turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk melaksanakan shalat malam. Sekalian saja mumpung bangun jam segini, biasanya ia akan bangun jam 4 pagi. Jadi setelah shalat malam, mungkin Ratih akan membersihkan sebagian ruang di mansion ini. Kasian juga jika 15 maid bekerja seharian disini, apa lagi ada tugas lagi yang harus mereka kerjakan.
Setelah keluar dari kamar mandi, Ratih langsung memakai mukenanya dan melaksanakan shalat malam.
Hingga beberapa saat setelahnya Ratih selesai melaksanakan shalat malamnya. Ratih terkejut saat pintu kamar tiba-tiba saja terbuka.
Ratih berdiri dan langsung menghampiri Leonard yang basah kuyup, "t-tuan kenapa bisa seperti ini?"
"Dingin."
Ratih panik, gadis itu langsung mengambilkan handuk untuk Leonard dan menuntut pria itu duduk disofa.
"S-saya akan siapkan air hangat."
Leonard hanya dia dengan melihat Ratih yang pergi kekamar mandi setelah membuka mukenanya. Untuk yang kedua kalinya, Leonard kembali melihat rambut hitam bergelombang itu.
"Hh, dingin sekali." Keluhnya, padahal salah sendiri pergi dari mansion dengan membawa motor.
"Tuan airnya sudah selesai," ucap Ratih keluar dari kamar mandi dengan langkah pelan. Jujur saja dia takut dan canggung.
Leonard pergi kekamar mandi tanpa memperdulikan Ratih. Begitu juga Ratih, gadis itu lebih memilih untuk mengambil baju ganti untuk Leonard, untuk menghilangkan rasa gugupnya tadi.
Ratih mengambil kaos putih dan celana hitam pendek untuk Leonard pakai setelah mandi. Tenggorokan Ratih terasa kering karena tidak minum setelah bangun tadi. Dia melihat nakas yang ternyata air yang ia bawa sebelum tidur tadi sudah habis. Mungkin tuan yang minum. Pikir Ratih.
Gadis itu keluar dari kamar untuk pergi kedapur, jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari, waktu berlalu begitu cepat hingga satu jam sudah setelah dirinya bangun.
Ratih meminum air putih yang ia ambil, lalu berjalan kerah rak untuk melihat apa masih ada makanan untuk Leonard.
"Tidak ada," gumamnya, lalu beralih pada lemari es.
Ratih tersenyum kala melihat ada sayur kol dan telur. Ratih mengambil telur dua biji dan sisa sayuran kol tadi sore. Dia akan membuat dadar telur untuk Leonard mengganjal perut sebelum tidur. Meski hubungannya dan Leonard masih asing, tapi mau bagaimanapun Ratih mulai nyaman dengan statusnya, meski tidak dianggap.
Setelah selesai memasak, Ratih langsung membawa makanan untuk Leonard kekamar.
Ratih membuka kenop pintu lalu menutupnya kembali setelah masuk kedalam.
"Astaghfirullah halazim," ucap Ratih ketika melihat Leonard berdiri dengan handphone ditangannya, apa lagi pria itu hanya memakai jubah mandi saja yang memperlihatkan bagian dada bidang Leonard.
Ratih menunduk gugup, dia meletakkan makanan itu di meja dekat tempat tidur. Setelah itu Ratih duduk disofa ujung ranjang sambil melihat TV yang sepertinya Leonard nyalakan tadi.
"Apa itu?" Tanya Leonard, masih dengan menatap handphonenya.
"M-makanan untuk anda."
"Oh."
Diam, hening sampai Leonard selesai dengan aktifitasnya di benda pipih itu. Leonard mengambil piring yang berisikan makanan untuknya. Sebenarnya Leonard mengantuk, namun perutnya mau diisi terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serayu | Berlanjut
SpiritualeSegudang luka yang di alami seorang gadis berusia 18 tahun. Saat nenek dan kakek yang mengurus nya sejak lima tahun lalu ketika orang tuanya pergi untuk selamanya, membicarakan keinginannya untuk menjodohkan ia dengan cucu sang nenek, di sanalah pen...