"Vash-san! Kau ada dimana? Vash-san?!"
Si gondrong Livio terus berlari menyusuri koridor sebuah rumah sakit terbengkalai bersama seorang wanita tomboy berambut putih di sebelahnya. Dia bisa melihat kekhawatiran di wajah wanita itu dengan mata keemasannya yang tampak berkaca-kaca. Bahkan setelah memanggil nama Vash berkali-kali, mereka tidak mendapatkan tanggapan sama sekali.
"Sial! Dimana mereka menyekapnya?!" geram Livio sesaat sebelum wanita itu menepuk pundaknya dari belakang.
"Ada apa, Karius-san?" tanya Livio kaget.
"Sebaiknya kita berpencar," usul wanita itu.
Livio mengangguk setuju. "Kau benar. Kalau begitu kita berpisah disini."
Mereka pun berpencar di perempatan koridor, Livio ke kanan dan wanita bernama Karius itu ke kiri. Tidak sampai satu menit berlari, dia tiba-tiba berhenti di depan sebuah pintu ganda. Dan di atas pintu tersebut terdapat sebuah plakat dengan tulisan Ruang Penyimpanan Berkas Rekam Medis.
Livio masih terus melakukan pencarian ketika terdengar suara teriakan beberapa orang beserta tembakan membabi buta sebelum diakhiri ketenangan yang tidak wajar. Asalnya dari arah dimana Karius pergi. Sepertinya dia berhasil menemukan para penjahat itu.
Saat Livio tiba di depan pintu ruang penyimpanan, dia dihadapkan dengan pemandangan mengerikan. Tampaknya sebagian besar rak penyimpanan di dalam ruangan itu telah lama disingkirkan sejak para penjahat itu menjadikannya sebagai ruang pertemuan rahasia mereka. Hal itu memudahkan Karius untuk menghabisi mereka dengan cepat. Bisa dilihat dari belasan mayat yang bergelimpangan di lantai. Tidak satu pun dari mereka yang berada dalam keadaan utuh, semuanya terpotong-potong dengan brutal oleh pedang misterius yang selalu dibawa wanita itu dalam petualangannya.
Beberapa meter ke depan, Karius berdiri membelakangi Livio. Pedang di tangan kanannya yang senantiasa terbungkus kain lusuh meluncur jatuh berkelontang di lantai. Tubuhnya membeku melihat sosok yang tergeletak tak bergerak di hadapannya dalam keadaan babak belur dengan tangan dan kaki terikat.
"Vash-san!" Livio memekik tidak percaya tepat sebelum Karius berteriak histeris seraya menghambur ke arah sosok tersebut.
"Tidak!!" Dia berlutut di hadapan Vash yang tidak sadarkan diri.
Karius tidak mampu membendung air matanya saat dia menarik Vash ke dalam pelukannya. Sekujur tubuh pria itu dipenuhi luka lebam akibat kekerasan benda tumpul. Beberapa luka tembakan juga ditemukan di perut dan kedua kakinya. Dan yang membuat Karius merasa semakin hancur adalah luka bekas pukulan di kepala. Darahnya sampai membanjiri sisi kiri wajah Vash. Benar-benar kondisi yang mengenaskan.
"Vash... sayangku..." Tangan Karius gemetar hebat begitu ia menyentuh wajah Vash. Dia menahan kepala pria itu dengan hati-hati, menatap wajahnya seraya berharap agar pria itu segera membuka kedua matanya yang indah. Tapi jangankan membuka mata, suara napasnya bahkan hampir tidak terdengar.
Livio mendekat dengan hati-hati. Seketika dikejutkan oleh kondisi tubuh Vash dalam pelukan Karius.
"Ini semua salahku..." gumam Karius dengan suara bergetar selagi dia menyandarkan kepala Vash di bahunya dan memeluknya erat. Ibu jarinya menyeka darah di wajah pria itu dengan lembut. "Kau jadi seperti ini karena kesalahanku."
"Karius-san..."
"Adikku yang malang... padahal kau tidak ada hubungannya dengan masa laluku dan mereka."
Livio kembali mengikis jarak di antara mereka. "Karius-san, tolong jangan menyalahkan dirimu sendiri," bujuk pemuda itu, meski dia sendiri merasa sangat marah melihat kondisi sahabat satu-satunya dari mendiang kakak angkatnya itu. Dia merasa gagal telah membiarkannya berada dalam bahaya dengan kondisinya yang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CORRUPTED SUN [Trigun Stampede Ver.]
FanfictionSetelah menghancurkan dunia berserta dirinya sendiri karena kehilangan kendali atas diri dan kekuatannya, Karius terbangun di tempat yang tidak dikenalnya. Saat menatap dirinya di cermin, dia dengan cepat menyadari bahwa dirinya sedang berada di ken...