Chapter 8

22 3 0
                                    

Roberto menghela napas seraya memandang keluar jendela mobil. Sesaat sebelum kepalanya kembali menghadap ke depan dengan alis miring sebelah.

"Hm?"

"Badai pasir?" tanya Meryl penasaran. Sesuatu yang sangat besar menyerupai badai pasir membumbung tinggi di langit sejauh beberapa kilometer dari posisi mereka saat ini.

"Bukan, itu..." Roberto mengambil jeda sebentar. "... worms."

"Eww..." Meryl memasang tampang jijik.

"Di tempat seperti ini, worms liar merupakan sumber protein yang berharga. Rasanya cukup enak kalau kau mengabaikan penampilannya."

"Bukankah tampilannya itu penting, ya?"

Roberto tertawa, namun tidak sampai satu detik. Meryl heran melihat seniornya yang mendadak terdiam sambil menatap horor ke depan. Dia pun ikut mengembalikan pandangannya ke arah yang sama, hanya untuk menemukan seorang pemuda yang sedang berjalan lunglai tepat di jalur mobil mereka.

Meryl menjerit panik, tapi Roberto dengan sigap membanting stir dari posisinya duduk. Mobil mereka berhasil berbelok menghindari pemuda itu, namun camper yang menggandeng di belakang malah berayun menyambar tubuhnya dengan keras hingga terlempar jauh bersama sebuah salib besar yang sedari tadi dia bawa di balik punggungnya.

Vash dan Karius yang terbangun oleh insiden itu susah payah bangkit setelah terjengkang ke belakang bersama kursi yang mereka duduki. Langsung kebingungan melihat ekspresi Roberto yang sedang melihat ke belakang mobil dengan tatapan horor.

"Kau baik-baik saja?!" tanya Meryl setibanya mereka di sisi pemuda malang itu.

Karius tiba paling terakhir dan langsung menunjukkan tampang kasihan melihat kondisi pemuda yang sedang tidak sadarkan diri itu. Darah segar membelah wajah tampannya, kacamata kemerahan berbingkai hitam miliknya juga bergeser ke jidatnya, menunjukkan bola matanya yang berada pada posisi mengerikan. Hanya kelopak mata kiri dan tangan kanannya yang sesekali berkedut bergantian menandakan bahwa nyawanya masih belum berpulang.

"Duh." Karius menggaruk kepalanya. "Meryl-kun, kurasa dia sekarat."

Beberapa menit berikutnya, Meryl mengemudikan mobilnya gila-gilaan melewati bukit-bukit pasir. Ketiga pria berpenampilan aneh yang sedang membawa worms tangkapan mereka sampai berhenti hanya untuk melihat mobil dengan sebuah camper tersebut melaju seakan dikemudikan oleh orang mabuk.

"Aku tidak akan membiarkanmu mati!" umpat Meryl yang sedang mengendalikan stir mobil sambil berkeringat dingin. "Karius-san, Anda bisa menolongnya kan?!"

"Ya, aku punya alatnya! Hanya obat-obatanku yang habis!" sahut Karius dari belakang. Ya, dia menghabiskan seluruh persediaan obat-obatannya saat mengobati dirinya sendiri di Jeneora Rock tempo hari.

"Kalau begitu, kita hanya perlu menemukan tempat yang menjual obat-obatan!"

Mobil malang itu tidak berhenti terguncang oleh medan yang sangat tidak mulus. Vash yang memegangi tubuh pemuda itu di jok belakang masih tampak kesulitan meski sudah dibantu oleh Karius. Wajah keduanya terlihat sangat panik dan bingung karena pemuda misterius itu sampai meneteskan air liurnya.

Mereka tiba di sebuah plant station dalam waktu singkat berkat skill mengemudi Meryl. Gadis kecil itu segera melompat turun dari mobil dan berlari menuju toko. Ia membuka pintu dan berseru meminta pertolongan, namun tidak ada jawaban sama sekali. Roberto menyusul dari belakang, bersama Vash dan Karius yang sedang memapah pemuda tadi.

Meryl menoleh kesana kemari sebelum menemukan pemandangan mengerikan di dalam toko tersebut. Mayat pria pemilik plant station duduk tersandar pada pilar bangunan dan sosok istrinya terkapar tepat di sebelahnya. Keduanya berada dalam kondisi yang mengenaskan, sama-sama bersimbah darah.

THE CORRUPTED SUN [Trigun Stampede Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang