Part 1

267 30 4
                                    

HAPPY READING 🐧








































Di sebuah Desa yang masih terlihat asri dan indah itu, Ashel berdiri tepat di jembatan dan menghadap ke arah sungai, dia melemparkan batu besar ke sungai karena merasa kesal.

"Arghhh."

Setelah puas melampiaskan kekesalannya dia langsung menuju ke rumah dan tentu saja akan mengemasi semua barangnya, hari ini dia akan pindah sekolah ke kota dan ibu dan bapaknya ikut mengantarkannya kesana. Ashel sedih karena harus berpisah dengan teman masa kecilnya, dia sudah nyaman di daerah ini dan sekarang tiba-tiba Bapaknya malah menyuruh pindah sekolah ke kota dan tidak dapat di ganggu gugat lagi keputusannya itu.

"Pak... Ashel nggak mau loh pindah sekolah ke kota, lagian biaya disana pasti mahal belum lagi Ashel nggak kenal sama siapapun disana" ujarnya.

"Nak, keputusan Bapak sudah bulat. Cepat beresin semua barang kamu, besok pagi kita berangkat!"

"Hmm, iyaudah Ashel mau keluar dulu" ijin Ashel dengan wajah lesunya.

"Mau kemana toh Ashel? Sudah malam ini" teriak Aran

"Sudahlah, Pak. Mungkin dia mau bertemu temannya dulu untuk perpisahan, jangan terlalu keras loh" ujar Anin istri dari Aran yang tidak lain adalah ibu kandung Ashel

Aran menghembus nafasnya pasrah dan langsung mengemasi kembali barang-barang yang akan di bawa ke kota. Mereka tidak memberitahukan apa alasannya dia pindah sekolah kesana. Aran memiliki sahabat seorang pengusaha di kota, dahulunya mereka mengikat perjanjian tentang sebuah pernikahan untuk anak mereka jika salah satunya sudah lebih dulu menginjak umur tujuh belas tahun. Dan saat ini anak lelaki dari sahabatnya sudah genap tujuh belas tahun yang sudah seharusnya mereka menepati janji tersebut, Aran juga merasa lega jika nanti Ashel di jaga oleh mereka di kota tanpa harus ngekos yang belum tentu akan baik untuk keselamatan Ashel.

Pagi hari sekali mereka sudah berada di stasiun kereta api, mereka telah menunggu hampir satu jam di tempat itu dan waktunya mereka berangkat. Dengan disiplin mereka menaiki gerbong kereta api, Ashel hanya mampu tersenyum saja dan tidak ingin berbicara apapun. Dia harus ikhlas menjalani semuanya karena ini adalah yang terbaik untuk dirinya yang diberikan kedua orang tuanya.

Pemandangan yang indah itu membuat Ashel sungguh takjub, manik matanya terus melihat keluar jendela bahkan perasaannya saat ini menjadi lebih baik dan dia menatap kedua orangtuanya.

"Pak... buk, Ashel pindah ke sekolah apa?" tanyanya.

"Nanti kamu tahu juga, Sayang. Intinya selama disana kamu jangan lupa ibadah dan juga jangan berbuat hal yang bisa mengecewakan Ibu sama Bapak" ujar Anin tersenyum menatap putrinya.

Ashel menganggukan kepalanya, dia terlihat sangat manis dan anggun. Dia membayangkan sekolah yang bagus dan juga teman-teman yang baik, dia berharap jika semuanya berjalan sesuai harapannya saat ini.
















_
_
_
_
_
_
_
_
_
_

Sudah empat jam lamanya mereka menempuh perjalanan hingga akhirnya mereka sampai di kota yang akan di tinggali oleh Ashel untuk beberapa tahun kedepan. Tetapi yang membuat Ashel aneh adalah bawaan orang tuanya yang begitu banyak, padahal mereka hanya mengantarkan Ashel saja. Dia ingin bertanya namun merasa tidak enak, jadi dia pendam saja dan berusaha tidak berfikir yang aneh-aneh.

"Loh, ini rumah siapa, Buk?" tanya Ashel bingung.

Dia memandangi rumah mewah di depannya, apakah mereka salah alamat alau mereka salah diturunkan oleh taksi tadi? Pikiran Ashel tidak tenang saat ini.

"Ini rumah sahabat Bapak, ayo kita masuk" ajak Aran.

Dia membunyikan bel rumah dan di sambut baik oleh pelayan yang ada di rumah tersebut, mempersilahkan mereka masuk dan duduk di ruang tamu. Ashel merasa tidak nyaman dan manik matanya terus menyapu seluruh ruangan itu dan mengamatinya, ada sebuah foto keluarga tertempel dinding. Dia mengamati foto itu dan memperhatikan anak lelaki yang ada disitu, tanpa disadarinya senyumannya mengembang.

"Ganteng banget, apa dia juga sekolah di sekolah baruku nanti ya?" batin Ashel.

"Eh, Aran. Apa kabarnya?" teriak lelaki paruh baya dan langsung menjabat tangan Aran dan juga Anin

Ashel tersenyum manis sambil ikut menjabat tangan lelaki itu, lalu keluarlah seorang wanita yang Ashel yakini adalah istri dari Om yang ada didepannya. Wanita itu sangatlah cantik untuk seusianya, masih terlihat muda dan memeluk Ibunya. Memandangi Ashel dengan senyum manisnya, Ashel ikut mencium tangan wanita itu.

"Ini Ashel? Masya Allah cantik sekali" puji wanita itu.

"Iya, Tante! Terima kasih"

"Bentar ya biar Tante panggilkan anak Tante dulu." Shani langsung pergi ke atas untuk memanggil Aldo.

"Do... Aldoo" panggil Shani.

Tidak ada jawaban membuatnya langsung masuk saja, saat melihat Aldo masih nyenyak tertidur di atas ranjangnya membuat amarah Shani meluap. Dia langsung menarik selimut dan membuka jendela.

"Mama, apaansih. Ini kan hari Minggu Aldo masih ngantuk" Ujar Aldo.

"Bangun, ada yang mau Mama kenalin sama kamu" Ujar Shani

"Argh, Aldo males kenalan sama siapapun!" Ujar Aldo

"Bangun, atau semua kartu kredit dan aset kamu Mama sita" ancam Shani.

"Argh, Mama nggak asik mainnya selalu ngancem Mulu! Iya-iya ini Aldo bangun, mandi dulu." Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul dia berjalan menuju kamar mandi.

Brugh, Aldo menabrak pintu akibat berjalan sambil tertidur. Membuat Shani menggelengkan kepalanya, Aldo langsung membuka matanya dan mengusap kepalanya yang sakit dan berjalan kembali memasuki kamar mandi.

"Cepatan! Mama tunggu di bawah" teriak Shani.

Tiga puluh menit lamanya sudah Ashel berada di rumah ini, namun lelaki itu belum juga muncul. Shani kembali gelisah dan ijin untuk memanggil Aldo, namun belum sempat dia menaiki tangga sudah terlihat anak kesayangannya itu berdiri di atas dan menatap mereka semua dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.

Manik mata Ashel terpesona melihat ketampanan Aldo, dia tidak menyangka jika anak dari sahabat Bapaknya sungguh tampan sekali. Seperti biasanya wanita pada umumnya, jika melihat lelaki tampan maka pandangan sangat sulit di alihkan dan itu terjadi pada Ashel saat ini.

Aldo menuruni tangga dengan tangannya yang dia letak di saku celana, setelah dia turun dan mendekati Shani dia pun berbisik.

"Ma, mereka siapa?" Bisik Aldo

"Mereka calon keluarga kamu"

"Maksud Mama?" tanya Aldo sambil mengerutkan keningnya.

"Sudah salaman dulu sana." Shani mendorong tubuh Aldo hingga dia tepat berdiri di hadapan Aran.

Aldo tersenyum kaku dan langsung mencium tangan Aran dan juga Anin, namun saat manik matanya melihat ke Ashel dia langsung berdiri dan memasang wajah dingin kembali. Ashel langsung menaikkan satu alisnya melihat perilaku lelaki itu, respect nya langsung berkurang karena melihatnya seperti itu.

"Aldo, itu anaknya Tante Anin namanya Ashel, kenalan dong!" ujar Shani

"Udah tau" jawab Aldo

"Hah? Kalian sudah saling mengenal?"





.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.




































Haiii gimana ceritanya seru ga?? Semoga suka yaaa, jnlp vote nyaa see you next part.







Matchmaking in High School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang