*** Tama's POV ***
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Aku berjalan turun dari angkot hingga sudah ada di depan sekolahku. Tiba-tiba dari kejauhan ada Rani memanggilku, "TAM!!!"
Akupun menoleh dan merespon "hmmm..."
"Kamu tuh cuek banget sih! Sekarang sudah kelas 12 lho, masa masih kayak gini aja gayanya"
"Biarin. Daripada aku kayak Bobby"
"Hush ga boleh gitu! Pokoknya kamu di kelas 12 harus sebangku dengan Bobby ya! Ingat yang sudah dibahas sebelumnya..."
"Iyaaaaaa", ujarku malas.
"Eh itu ada Harum, aku ke kelas duluan ya, byeee~", ucap Rani.
Harum pun datang menghampiriku, "eh ayang baru datang? Ke kelas bareng yuk!"
Aku hanya mengangguk.
"Oh iya, nanti pulang bareng aku ya, kita naik mobil sama supir aku, sekalian mampir ke rumahku.", ajaknya.
"Boleh, ada siapa saja di rumah?", tanyaku.
"Mamah dan papah sih katanya mau pergi, palingan hanya adik sama bibi saja", katanya.
Aku paling tidak mau sepi ketika mampir ke rumah orang lain, apa lagi perempuan, maka aku menjawab, "ikut nganterin kamu aja yang, tapi ga ikut masuk ke rumah ya, canggung kalau tidak ada orang di rumah..."
"Yaudah, oke"
Akhirnya kami berjalan ke kelas kami...
Sesampainya di kelas, aku melihat Rani sudah menyiapkan bangku untukku yang mana di sana sudah ada Bobby.
"E-eh, Tama, gimana kabarnya?"
"Baik. Sebelahmu kosong? Aku duduk di sebelahmu ya?"
"Hah? Serius? Si-silakan saja Tama, boleh banget"
Akhirnya aku duduk di sebelahnya, kulihat ia gelisah ketika di sebelahku. Kalau bukan karena Rani, mana mau aku duduk disini.
Bel pun berbunyi dan kulihat Pa Aldi masuk kelas.
"... karena ini hari pertama kalian di kelas 12 MIPA, maka agendanya hanya perkenalan saja. Sekarang saya akan jadi wali kelas kalian. Mohon kerja samanya ya!", ujar Pa Aldi.
"Siap Pa!", kompak kami menjawab.
Pa Aldi melihat ke arahku dengan tatapan cukup sinis. Eh sepertinya ditunjukkan ke Bobby...
Bel istirahat pun berbunyi.
Kulihat Bobby membawa bekal roti, semacam sandwich. Ia menawarkan kepadaku...
Aku tidak mau merepotkan orang lain. Itu prinsipku. Tapi hatiku sering kali merasa tidak enak jika ada yang ingin membantuku.
"Tam... Ini ada roti untukmu", katanya.
"Buat kamu aja Bob...", ucapku.
Entah kenapa sebenarnya aku ingin mencicipinya, namun sudah terlanjur keluar kata-kata itu. Tidak mungkin aku menarik kata-kataku yang sudah terucap. Eh tiba-tiba perutku berbunyi karena aku belum sarapan.
"Ah sial!", gumamku dalam hati.
Aku yakin Bobby mendengarnya dengan jelas, makanya ia memberikan rotinya lagi.
"Tama ambil aja rotinya, ga usah sungkan Tam...", ucapnya lirih.
Akhirnya aku ambil dan langsung memakannya dengan lahap, "makasih ya Bob"
Kulihat ia tersenyum atau lebih tepatnya tersipu malu. Aku agak risih sebenarnya, tapi ah sudahlah masa bodo. Sampai tiba-tiba Harum datang ke kelas untuk mengajakku ke kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tama
Fantasy6 bulan semenjak kejadian luar biasa yang menimpa Pa Aldi dan Pa Egi, kini Pa Aldi masih mengajar di sekolah yang sama. Ia sekarang diamanahi sebagai wali kelas 12 IPA-1, yaitu kelasnya Tama. Pa Aldi diam-diam menyimpan rasa kepada Tama, sedangkan T...