06. Marah

664 22 5
                                    


*** Bobby's POV ***

Keinginanku membuat Tama menginap di rumahku akhirnya terwujud. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang langka ini. Bahkan Tama sempat-sempatnya memperlihatkan badannya yang sixpack dan dadanya yang bidang kepadaku.

Jujur saja... saat itu aku sudah sangat kepanasan...

Hingga akhirnya aku dan Tama tidur...

Aku terbangun pada dini hari dan kulihat Tama tidur dengan pulas dengan posisi terlentang. Aku yang melihat parasnya yang tampan, sudah tak kuasa untuk menahan diri, hingga akhirnya dengan pelan dan penuh keberanian, aku belai wajahnya.

Melihat tak ada respon dari Tama, aku memberanikan diri mendekatkan wajahku ke wajahnya, hingga aku mencoba mencium keningnya.

"Cuuup"

Belum ada respon dari Tama, sehingga aku mulai mencium pipinya...

Setelah aku yakin bahwa Tama tidurnya sudah sangat pulas, maka aku beranikan diri untuk mencium bibirnya. Jujur saja ini pertama kalinya aku mencium bibir orang lain...

"Cuuuuupp"

Saat itu Tama refleks menggerakan tubuhnya, mungkin karena mulut termasuk bagian sensitif. Kulihat Tama masih dalam posisi terlentang dan kepalanya menghadap ke arah berlawanan denganku. Dan kulihat sesuatu menonjol di balik celananya.

Takut tapi penasaran membuat aku memberanikan diri perlahan-lahan memegang kontol dari balik celananya. Saat itu kontolnya belum tegang, bisa dibilang setengah menegang, tapi ukurannya sangat fantastis.

Aku yang sudah kepalang nafsu, akhirnya aku sangat ingin bertindak lebih daripada ini. Tama yang mengenakan celana pendek seperti boxer, membuat aku mudah untuk melorotkannya, seketika itulah aku benar-benar melihat pusakanya yang ternyata jumbo, tebal, dengan jembut yang sudah banyak.

Aku benar-benar terkesima hingga menelan ludahku saat melihatnya.

Melihat Tama yang sepertinya pulas tidurnya, membuat aku akhirnya mengelus-elus kontolnya dan memainkan jembutnya. Lalu sebagaimana di film-film yang kusaksikan, aku mau mencoba melahap kontolnya Tama dan hasilnya kontol tersebut masuk ke mulutku...

Ada perasaan aneh dan begitu kenyal, namun tiba-tiba terasa perkembangan ukuran kontol tersebut atau lebih tepatnya, semakin tegang di dalam mulutku.

Aku yang mencoba memaju mundurkan kontolnya, mendapati suatu cairan bening yang rasanya manis-asin, entahlah namanya apa. Hingga aku melepaskan mulutku dari kontolnya.

Saat aku perhatikan, ternyata kontol Tama yang tegang ini ukurannya besar banget. Mungkin sekitar 17,5 cm.

Aku kepikiran untuk memanjakan kontolnya dengan cara memainkannya menggunakan lidahku.

Terasa sekali kontolnya semakin menegang dan sekali-sekali kumasukan kontolnya ke dalam mulutku dengan mengocoknya lembut.

"Hhuuuuhhhh...", terdengar nafas yang agak terengah-engah dari Tama.

Aku yang takut dia bangun merasa bingung apa yang harus kulakukan...

"Har... rum... Hhoooh...", terdengar seperti itu olehku yang membuat aku jengkel dengan Tama.

Mungkin Tama dalam tidurnya sedang melakukan mimpi basah dengan pacarnya, Harum. Aku yang mendengar itu, membuat aku gelap mata dan masa bodo apa yang terjadi setelahnya, hingga akhirnya aku melanjutkan kocokan kontol Tama dalam mulutku.

"Ploook... ploookk...", suara kulumanku.

"Hhooohhh... Hhoooohhh...", suara desahan Tama.

Hingga sepertinya Tama akan melakukan ejakulasi, ia bangun dan seketika bingung dengan apa yang kulakukan.

"Booobb... ahh, kamu ngapain Bob??", tanyanya.

Aku yang sudah kepalang ketahuan memutuskan tidak menjawab dan terus mengulumnya hingga akhirnya "Bob aku mau keluaaarrr, aaahh, lepasin Boooobbb"

Dan ternyata benar kedutan kontol yang terasa dalam mulutku menandakan ia akan ejakulasi dan akhirnya ia mengeluarkan sperma dalam mulutku... Aku juga langsung menarik diri dan melihat semburan lahar putih dengan sangat jelas di kamarku ini...

Kurang lebih 7x penembakan sperma ini yang kusaksikan...

"Hhhaaahhh... Anjir kamu ngapain sayaa???", tanya Tama kesal sambil memasukkan kembali kontolnya ke dalam celananya.

"Ma-maaf...", hanya itu yang bisa kusampaikan.

"Kamu suka sama saya kah?" tanyanya.

"Ma-ma-maafkan saya ya Tam...", kataku gelagapan.

"Anjir banget, ternyata kelakuanmu yang homo terbukti dengan sikap kamu kepada saya, anjir lah gak nyangka! Sudah berapa lama??? JUJUR!!!"

"Dari awal OSIS, aku suka sama kamu Tam...", aku mau tidak mau harus jujur.

"Tapi saya ga mungkin suka sama kamu...", ucapnya.

"Ya aku tau, makanya aku benar-benar salah melakukan ini", kataku.

"Saya ga nyangka sama kamu Bob, kukira pertemanan kita ini tulus...", suara Tama mulai berat.

"Ma... Maafkan aku ya Tam, aku ga bisa nahan nafsuku saat bersamamu"

"Terus setelah ini mau ngapain lagi? Mau cium? Mau dientot?", tanyanya dengan emosi.

Sebenarnya dalam hati ya tentu saja mau banget, tapi masa iya harus dijawab seperti itu...

Akhirnya aku diam saja tak menjawab.

Tama pun akhirnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri...

Setelahnya ia tidur di sofa atau lebih tepatnya hanya tiduran di sofa tanpa mengatakan sepatah katapun.

Aku yang mau menghampirinya malah dibentak untuk tidak mendekatinya.

Akupun menurut dan kembali ke kasur, "Tama, aku tidak bisa menahan gejolak nafsuku ketika kau dekat denganku, sekali lagi, maafkan aku..."

Itulah kalimat yang bisa kuucapkan...

***

Lantas bagaimana kelanjutannya? Apakah Tama benar-benar membenci Bobby?

Yuk ah simak terus, jangan lupa vote eaaaa :v

Cerita TamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang