*** Aldi's POV ***
Setelah beberapa minggu dari kunjungan ke rumah Tama, aku mengetahui bahwa kamar kos sebelahku kosong. Sehingga aku terpikir untuk menyewa 1 kamar kosan untuk Tama, karena tidak mungkin Tama dan aku sekamar, walaupun aku sangat menginginkannya, hehe :)
Akhirnya saat selesai sekolah, aku memanggil Tama untuk ke ruanganku.
"Tama, ada beberapa hal yang perlu dibicarakan. Bisa ke kosan saya? Karena dekat dari sini"
"Eh, tapi tentang apa Pa Aldi?"
"Sudah ikut dulu saja, karena tidak mungkin membahas di sekolah"
Tama yang agak curiga dan tidak enak hati, bingung untuk menjawabnya. Tapi aku langsung bergegas agar ia tidak bisa berpikir panjang. Tentu saja Tama mengekor di belakang.
"Ayo Tama naik motor saya", pintaku.
"I-iya Pa", jawab Tama yang masih tidak enak hati.
"Tenang saja, nanti saya antar pulangnya ke rumah"
"Ah ga usah Pa, malah merepotkan Bapa, saya naik angkot saja"
"Sudah tenang saja Tama, saya juga mau ke rumah orang tuamu", sambil kupegang otot bisepnya yang kokoh.
"O-oke Pa, maaf merepotkan, terima kasih banyak"
Akhirnya kami berangkat ke kosanku, dimana disini pernah terjadi kejadian bersama Natan, hehe :)
Aku membuka pintu dan mempersilakan Tama masuk, ia pun langsung masuk. Lalu kami duduk lesehan dengan beralaskan karpet. Aku yang ke dapur hendak menyiapkan minum buat Tama, tentu saja tidak kuberikan obat-obatan lagi, soalnya sudah kapok hehehehehe :v
"Tam, jadi gini... saya lihat kamu tuh jauh banget berangkat sekolahnya. Saya ada penawaran ke kamu, gimana kalau kamu tinggal di kosan sini? Kosan di sini enak sekali, dekat dari sekolah dan kamu pun bisa fokus belajar, apalagi kamu sudah kelas 12 sekarang.", penawaranku sambil memberikan gelas ke Tama.
"Ehm... gimana ya Pa? Sekamar sama Bapa?" tanya Tama sambil mengawasi area kosan.
"Ya kalo kamu mau hehehe, tapi kamar sebelah juga kosong, barangkali kamu di sana"
"Tapi kan saya saja siswa beasiswa, sepertinya tidak mungkin saya punya uang untuk ngekos"
"Tenang saja, biar saya yang urus semuanya, nah nanti saya sekalian antar kamu ke rumah untuk membahas sama Ibu"
Tama diam tidak menjawab.
Akhirnya aku pun mengantar Tama ke rumahnya, tak banyak pembicaraan selama di motor. Sepertinya Tama sebenarnya cocok dengan penawaranku, tapi ia pun sepertinya memikirkan bagaimana kondisi Ibunya di sana, karena sudah tidak ada Bapak lagi.
Saat tiba di rumah Tama, Ibunya Tama menyambutku dengan hangat, "Eh Pa Aldi, bikin repot lagi kalau harus antar-antar Tama ke rumah nih. Sini masuk dulu..."
"Eh enggak Bu, saya sendiri yang minta karena sekalian mau izin sesuatu ke Ibu", kataku sambil mencopot sepatu dan beranjak ke dalam.
"Duduk dulu sini Pa Aldi. Tama tolong siapin minum ya!", kata Ibu Tama.
"Ta-tapi izin apa Pa Aldi? Apa Tama berbuat masalah?", sambungnya.
"Bukan gitu Bu, tapi saya meminta izin untuk Tama tinggal di kos saya. Bisa sekamar sama saya ataupun kamar di sebelah saya karena kosong. Untuk biayanya biar saya yang bayar Bu, karena saya melihat aktivitas Tama yang padat, rumah yang jauh, dan tugas yang banyak. Apalagi Tama harus fokus untuk persiapan kuliah, di sana banyak tempat les yang memungkinkan untuk Tama."
"Wah, Pa Aldi, kami jadi menyusahkan Bapa..."
"Enggak kok Bu, ini murni ingin membantu Tama"
"Ya Ibu sih tidak apa-apa, selama ini juga Tama pulangnya sore terus dan kasihan Tama juga. Nanti Ibu diskusi dulu sama Tama dan Abangnya ya".
Tama pun mengantar minuman dan bergabung dengan obrolan.
Selain mengobrol itu, kami bertiga mengobrol yang lain hingga tak terasa sudah 1 jam aku berada di rumah ini. Maka aku memutuskan untuk pamit pulang.
"Bu, aduh maafin malah merepotkan, tiba-tiba sudah sore saja", kataku hendak pamit pulang.
"Eh ga papa Pa Aldi, malah senang ada temen ngobrol"
"Ya sudah Bu, Tama, saya izin pulang duluan ya, semoga ada kabar baik dari Ibu dan Tama. Karena saya berharap bisa membantu Tama"
"Iya Pa makasih", ucap Tama.
Akhirnya aku beranjak dari rumah Tama dan pulang ke kosan.
*** Tama's POV ***
Aku berpikir "kenapa Pa Aldi sampai sebegitunya demi aku ya?"
Karena Pa Aldi baik banget sama aku, sudah beberapa kali hidupku dibantu olehnya.
Terjadilah pembicaraan antara Ibu, Cahya, dan aku.
"Sebaiknya kamu terima saja penawaran Aldi, nak. Ibu sangat mendukungmu", ucap Ibu.
"Aku ga setuju sih Bu, sepertinya Pa Aldi ingin macam-macam sama Tama", kata Cahya curiga.
"Hush! Ga boleh gitu Cahya, apa sih yang dimiliki keluarga kita kalau Aldi ingin macam-macam?", kata Ibu.
"Pokoknya aku ga setuju! Mosok harus sekamar antara Pa Aldi dan Cahya? Coba menurut kamu gimana Tam?", ucap Cahya.
"Hmm... Gimana ya? Sebenarnya aku sih pengen deket Ibu dan Abang. Tapi Pa Aldi sudah banyak memberikan kebaikan. Bahkan terkait kontrakan pun, tidak harus sekamar berdua, tapi sebelahan kamarnya gitu.", ucapku meluruskan.
"Tapi kasihan Aldinya ya jika harus menanggung beban Tama...", ucap Ibu.
"Sedangkan gaji guru kan memang tidak besar...", tambah Ibu.
"Kalo kataku sih, selama beda kamar, aku akan izinkan!", jawab Cahya berubah pikiran.
"Ya Bu, gapapa ya? Pa Aldi juga tulus dan memberikan opsi ini karena ingin membantu dan sudah siap konsekuensinya. Atau gini saja deh Bu, aku coba sebulan dulu tinggal di kontrakan, kalau tidak cocok aku pulang lagi saja, gimana Bu, Bang?", kataku memberi solusi.
"Wah Tama memang ketua OSIS yah, solutif dan inspiratif, boleh deh, Ibu dukung!", kata Ibu.
"Tapi pisah kamar kan ya?", tanya Cahya bawel.
"Iyyyaaaaaaaaa Abangku yang bawel dan cemburuan...", jawabku.
***
Akhirnya telah diputuskan bahwa Tama akan tinggal di kontrakan sebelah Pa Aldi. Rencananya akan pindah dalam waktu 5 hari lagi. Apakah ini adalah keputusan yang tepat? :(
Tunggu kisah selanjutnya yang gak tau kapan akan update lagi :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tama
Fantasy6 bulan semenjak kejadian luar biasa yang menimpa Pa Aldi dan Pa Egi, kini Pa Aldi masih mengajar di sekolah yang sama. Ia sekarang diamanahi sebagai wali kelas 12 IPA-1, yaitu kelasnya Tama. Pa Aldi diam-diam menyimpan rasa kepada Tama, sedangkan T...