“Chenle ayo ke kantin!, ” ujar jisung dengan wajah melas nya. ini sudah kelima kali jisung mengajak chenle ke kantin. tetapi bocah itu menolak, katanya mau maraton anime.
“Jisung bisa minggir? chenle ini roti coklat aku beli dari kantin, btw lu nonton anim apa? rekomend dong, ” ujar felix sedikit menyenggol jisung.
“Ah, iya makasih. lu mau nonton juga.”
“Boleh, tapi jisung ga marahkan. cuma nonton doang ga macem-macem kok. ”
“Jisung kamu gapapa kan aku nonton sama dia? kamu kalau ke kantin titip teh es ya, ini uangnya.”
Chenle meletakkan uangnya ke atas meja dan lanjut menonton tanpa mempedulikan jisung tengah menahan tangis nya.
“Sialan, beli sendiri sana.”
Jisung menghentakkan kaki nya dengan keras. chenle ingin menyusul tetapi felix dengan cepat menahan lengan chenle.
“Ini lagi seru loh.”
“Hiks... wibu brengsek!,” jisung menangis, air matanya tidak dapat ia tahan. jisung juga manusia biasa yang akan menangis ketika pacarnya lebih mementingkan hal lain. maka dari itu ia menangis sendirian di toilet.
Buk!
Satu pack tisu mengenai wajah jisung. dengan segera jisung melirik pelaku yang melemparkan tisu ini ke wajahnya.
“Lu jelek banget kalau nangis anjir.”
“HARUTO SIALAN!!,” jisung ingin melempar kembali tisu yang diberikan haruto tapi jisung membutuhkan tisu tersebut. ia mengurungkan niatnya kali ini.
“Sama gua aja.”
“Ogah!.”
Haruto tersenyum lirih. sudah biasa dia mah ditolak sama jisung. tapi jika jisung butuh bantuan atau sekedar menjadi selingkuhan haruto dengan senang hati menawarkan diri.
“Iya gua bercanda doang. yaudah gua mau boker.”
Jisung tertawa. haruto juga ikut senyum ketika bibir manis itu melebar.
“Jadi lapar gua. ke kantin dulu ah,” ujar jisung segera keluar dari toilet.
“Asyik ya!,” ujar chenle tersenyum remeh.
Walaupun chenle ini suka anime dan tak memperdulikan jisung, dia termasuk orang paling cemburu ketika miliknya tertawa dengan yang lain. ia tidak pandai memukul, jarang sekali ia memukul jisung kecuali bocah itu tidak mendengar perkataan chenle. ia akan melontarkan kata yang membuat jisung sakit hati saja tanpa memikirkan perasaan jisung.
“Apa kamu bersenang-senang jisung?,” tanya chenle sekali lagi.
“Apasih aku cuma ngomong sedikit sama ruto. kamu nonton anim sama felix duduk berduaan aja aku ga marah.”
“Ngapain bawa felix? dia cuma teman doang.”
“Kita dulu awalnya juga teman kan. aku juga yang maksain masuk di kehidupan kamu dengan hobby aneh kamu. aku pura-pura tau soal anim padahal aku ga tau sama sekali, kamu terlalu terobsesi sama anim kamu chenle. aku disini, nyata. aku selalu ada buat kamu. tapi kamu? nganggap aku ada juga engga. bahkan ketika aku marah kamu selalu beri uang kamu. aku tau kamu kaya tapi bukan itu yang aku butuh. aku butuh kamu.”
Chenle diam sejenak. iya juga pikirnya. chenle tak pernah serius menyukai jisung. ia menerima jisung karena jisung imut seperti salah satu anime yang ia tonton.
“Maafin aku jisung,” lirih chenle.
“Seperti nya kamu benar. kita jangan ketemu dulu sebelum perasaan kamu membaik. sampai jumpa,” ujar chenle meninggalkan jisung yang sudah menangis sendu.
“kamu hiks.. maupun aku beda selera ya. tapi aku selalu nyesuain selera kamu. kenapa kamu engga? hiks... hiks..”
Grep!
“Jangan nangis, gua disini.”
Haruto mengusap surai coklat milik jisung agar pemuda itu tenang. benar saja jisung berhenti menangis.
“Pulang sekolah bareng gua aja,” ujar haruto hitung-hitung modus dikit.
“Makasih ya sialan.”

KAMU SEDANG MEMBACA
wiibuu
Short Storylagi asyik maraton anime ternyata baru ingat lu punya pacar di dunia nyata!