Plak!
Jisung memegang pipi nya yang panas akibat tamparan yang felix layangkan kepada nya.
Chenle dan semua yang ada di lapangan basket terkejut karena suara tamparan yang agak keras, haechan satu-satu nya orang yang lebih dulu menghampiri jisung dan mengelus pipinya.
“Maksud lu apa nampar sepupu gua.”
“Salahin sepupu lu tuh numpahin bekal di baju gua,” jelas felix mengusap baju nya yang kotor.
“Bekal? Yang di tong sampah itu bekal kamu?,” tanya chenle bingung. Jadi yang tadi hampir ia makan, bekal siapa.
“Pake nanya! Kamu kalau ga mau makan masakan aku bilang le, ga usah di buang juga njing.”
“Jangan ngomong kasar ji, aku ga suka.”
“Terserah kamu aku cape—
“Kamu kira kamu doang yang cape!.”
Selalu saja begini, chenle memang selalu memprioritaskan ego dan emosinya.
Haechan dengan tangan mengepal sudah bersiap melayangkan pukulan sebelum hyunjin ketua tim basket mengunci pergerakan haechan.
“Sabar chan, kalau lu hajar si chenle bisa kalah sekolah kita,” hyunjin memang sang kapten tapi bukan berarti dia hebat, hanya saja chenle tidak mau menjadi kapten basket dikarenakan terganggu aktivitas menonton anime nya.
“Sabar gimana, itu adek sepupu gua di gampar anjing!,” haechan masih kekeh ingin melayangkan tinjunya ke arah chenle dan felix, persetan dengan dua vs satu haechan sekarang sudah benar-benar emosi, buktinya hidung itu sedari tadi kembang-kempis menahan gejolak amarah.
Jisung dengan wajah murung memungut kotak bekal dan pergi begitu saja, chenle tentu saja ingin mengejar jisung tetapi tangannya di tahan oleh felix.
“Tanggung jawab le seragam gua kotor!.”
“Sorry bang gua bakal bujuk jisung setelah nolongin felix,” chenle menepuk pundak haechan dan membawa felix.
“Awas lu bikin jisung nangis!,” kali ini hyunjin yang bersuara. Adek temennya juga adek hyunjin juga, maklum hyunjin ini anak tunggal yang ingin punya adek imut seperti jisung.
Buk!
“KALAU JALAN LIHAT-LIHAT DONG!,” kesal jisung, kenapa hari ini dia sial banget sih.
“Apasih gua nabrak lu aja engga!,” ujar eunseok.
Benar juga apa yang di katakan eunseok, padahal jisung menabrak dinding karena matanya yang tidak melihat jalan dengan benar, soalnya ia asyik mengusap air mata yang ingin keluar.
“Hiks... kenapa chenle ga ngejar balik sih.”
Eunseok tentu panik, kenapa pula bocah imut ini menangis di hadapanya, bisa-bisa orang salah paham.
“Njir jangan nangis, mau permen ga?,” eunseok merogoh saku celana dan memberikan jisung beberapa bungkusan permen di tangannya.
“Mau!.”
Anak kecil mana yang ga mau di kasi permen. Mantap juga ide eunseok yang ganteng ini pikirnya.
Jisung melihat ke arah eunseok. Matanya melotot tanda terkejut melihat wajah eunseok penuh luka lebam.
“Muka lu kenapa bonyok gitu?.”
“Anterin gua ke uks dong, ga sanggup berdiri nih.”
Jisung awalnya menolak karena ia tidak begitu akrab dengan eunseok walaupun satu kelas, tetapi kasihan juga kalau dilihat, langkah kakinya saja terseok- seok.
“Yaudah boleh, sini pegangan di pundak gua,” jisung menepuk pundaknya, eunseok tentu langsung menaruh tangan di pundak jisung.
Dengan susah payah jisung memapah eunseok, jisung tanpa sadar membuat ekspresi lucu dan itu menarik perhatian eunseok.
“Berat banget sih lu.”
“Badan lu aja yang kecil, pake nyalahin badan gua lagi. Jelas lah gua berat badan gua aja berotot, lu?.”
Jisung memasang ekspresi terkejutnya, anak nakal ini punya mulut yang tajam juga. Selama ini jisung tak pernah berinteraksi dengan eunseok karena berandal ini selalu keluar masuk BK dan jarang sekolah. Entah angin apa ia bersekolah pada hari ini.
“Nah udah sampe kan, gua pergi dulu ya,” jisung hendak pergi tetapi badan eunseok menjadi huyung, terpaksa jisung menghantarnya ke dalam UKS.
Pintu UKS terbuka lebar, mulut jisung dan eunseok juga ikut terbuka lebar. Tentu saja kaget, ada yang ciuman di ranjang UKS.
“Bjir ini baru masuk uks malah disuguhin pemandangan gini,” ujar eunseok.
Kedua siswa yang sedang ciuman terkejut ketika mendengar suara eunseok dan segera menoleh ke sumber suara tersebut.
“C-chenle....?,” jisung benar-benar di buat kaget dan sedih. Semua perasaanya bercampur-aduk, rasanya seperti ditindih batu besar dan sesak.
Chenle segera menolak felix dari pangkuanya, ia benar-benar akan mati kalau haechan tahu.
“Ji ini salah faham—
Buk!
Terlampau kesal jisung dengan tangan kananya memukul wajah chenle dengan menggebu-gebu.
BUK!
Seharusnya chenle tidak tersulut emosi untuk kali ini, untuk kali ini saja. Tetapi emosi chenle berada di puncak, ia merasa tercoreng dan tidak di hargai dengan jisung.
Chenle membalas pukulan jisung dengan lebih keras.
Eunseok (RIIZE)

KAMU SEDANG MEMBACA
wiibuu
Kısa Hikayelagi asyik maraton anime ternyata baru ingat lu punya pacar di dunia nyata!