2. Egois.

4.2K 279 5
                                    

"Putus?" Kening Haru mengeryit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Putus?" Kening Haru mengeryit.

"Apa alasannya?"

Enam bulan berpacaran dengan Haru, aku tidak pernah tahu dia tuli. "Ayo kita putus dengan baik Haru. Kamu laki-laki yang baik dan bisa mendapatkan perempuan yang juga satu dunia denganmu, bukan aku."

"Aku tidak menerima keputusan sepihak." Kata Haru dengan nada berat. "Sejak awal hubungan kita ini, antara kamu dan aku. Jadi kamu tidak bisa memutuskan semuanya secara sepihak sayang."

"Jika kamu mau, aku akan menjaga jarak dengan mereka mulai sekarang."

Aku mengerti siapa itu mereka. Namun keputusanku sudah bulat. Aku ingin cepat cepat keluar dari hubungan tidak sehat ini. "Maaf Haru. Keputusanku sudah bulat, tolong mengertilah."

Haru maju beberapa langkah. Aku yang juga ketakutan mundur perlahan, suasana di lorong apartemen berubah menjadi seram. "Kau tau itu akan membuatmu menjadi egois kan Sayang?" Tanya Haru.

"Kamu hampir melewati batas Minatozaki Sakura." Dia melanjutkan.

Aku egois? Apakah itu benar? Pikiranku kalut sebelum suara Kei kemarin diputar kembali di otakku.

"Setau aku dari beberapa mantan sebelumnya Haru, dia sangat pintar mengiring jalan pikiran orang lain."

"Manipulatif."

"Egois."

"Kamu jangan goyah nanti."

"Dia contoh cowok red flag."

"Sekarang atau tidak sama sekali Sakura."

"Maaf Haru." Aku mendongak. Netraku menatap dengan percaya diri setelah sempat goyah tadi. "Terima kasih untuk enam bulanmu yang berharga."

Aku hendak berjalan menuju apartemen, tetapi jambakan yang kuat memaksaku untuk tertarik dan menabrak dinding keras lorong apartemen.

"Tidak putus."

Pelakunya adalah Haru.

Satu tangannya yang kebetulan besar bisa menjebak kedua tanganku di atas kepalaku sendiri. Rasa sakit di punggung perlahan menyebar menjadi pusing dan mual.

Wajahnya mendekat dan ujung hidung kami bersentuhan. Nafas mintnya membuatku semakin merasa mual. "Haruskah aku melakukan sesuatu agar Sakura yang imut ini tidak jadi meminta putus?"

Matanya bergulir ke bawah menatap dadaku  yang masih terbungkus seragam dengan sensual, sementara tangan satunya perlahan mengangkat rokku yang kebetulan pendek dan tidak ketat.

"Haru.."

"Sekarang atau tidak sama sekali huh?" Kata Haru meniru persis apa yang dikatakan Kei tadi malam.

Mataku berkaca-kaca karena menahan tangisan. Percakapan rahasia di apartemen Kei dengan mudah diketahui oleh Haru. Pria itu bukan orang biasa kan?

"Kamu salah jika menganggap aku akan menerima keputusan ini Darlin."

DEVIL'S MINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang