••••
Pisau teracung di tangan Kay yang terbalut sarung tangan kulit berwarna hitam. Urat di sekitaran leher Kay menonjol tanda jika pria itu benar-benar marah dan siap melampiaskan amarahnya.
Cleon yang merasa badan Jillian mulai menggigil membuatnya segera membawanya keluar dari tempat ini. Keselamatan Jillian yang paling utama saat ini. Dia akan meminta maaf setelahnya pada sang tuan karena berani menyentuh wanitanya. Keadaan yang memaksanya.
Setelah melilitkan kain di tubuh Jillian dengan benar, dengan perlahan dan hati-hati Cleon mengangkatnya. Sebelum keluar Cleon melirik Kay yang tengah menyeret masuk seorang pria dengan cara menarik rambutnya.
Cleon bisa membayangkan hal apa yang akan terjadi padanya. Sungguh, malang. Cleon menggelengkan kepalanya sebelum melanjutkan lagi langkahnya.
“Kay mana?” Tanya Jillian dengan lirih bahkan hampir tidak terdengar.
“Tuan sedang menyelesaikan semuanya.” Jillian tidak bisa menjawab lagi karena tubuhnya benar-benar lemas dan sudah tidak memiliki tenaga.
Kay berhasil menangkap Pedro sebelum pria itu berhasil keluar. Dengan menarik rambutnya, Kay menyeretnya menuju bak dimana Jillian di temukan. Pedro terus meronta-ronta tapi tidak membuat Kay susah sedikitpun, malah dia semakin mencengkram kepalanya dengan kencang.
“Singkirkan tubuh itu.” Kay menyingkirkan tubuh yang sepertinya sudah mati dengan kakinya karena menghalangi jalannya.
Kay melemparkan tubuh Pedro hingga membentur bak. Berjalan secara perlahan, Kay mendekati pria itu lalu mencengkram dagunya. Sorot matanya menunjukkan jika dia tidak akan memberikan belas kasihan sedikitpun. Kay harus membalas tangan yang sudah berani-beraninya menyentuh wanitanya.
“Asal kau tahu, selama ini aku menjaga Lily dengan sekuat tenaga tapi kau dengan mudahnya memperlakukannya seperti itu. Tentu saja aku tidak menerimanya.” Kay menguatkan cengkeramnya. Pedro yang kesakitan tidak bisa berteriak selain badannya yang meronta-ronta. Bahkan Pedro dibuat sulit bernafas karenanya.
“Kau juga yang selalu menyiksanya saat masih di sini kan?” Kay mengarahkan pisaunya ke pipi Pedro lalu mulai menggoreskannya dari bawah mata hingga rahang dengan tangan yang masih mencengkram dagunya dengan kuat.
Kay menahan kaki Pedro yang terus bergerak dengan kakinya. Kini Pedro terlihat seperti menangis darah membuat Kay menyeringai. Dia suka dengan karyanya, meskipun belum sepenuhnya puas.
“Kau berisik.” Kay merogoh saku jaketnya lalu mengambil sebuah suntikan dan botol berukuran kecil yang berisi cairan berbahaya. Ada gunanya juga dia membawanya.
Dengan perlahan Kay memasukan isi botol itu kedalam suntikan. Setelah di rasa siap, Kay dengan gerakan cepat menyuntikkannya ke leher Pedro yang tentu saja berteriak kesakitan. Bahkan suntikan itu hampir membolongi leher Pedro saking kencangnya Kay menyuntikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABYRINTHINE [Editing]
RomanceBertahan atau menyerah? Hanya dua kemungkinan itu yang bisa Jillian pilih. ❗ D A R K R O M A N C E 21+ Kedatangannya ke Indonesia membuat seorang Kay Cyrano Agesislou, pemilik perusahaan pelayaran terbesar di Yunani terobsesi terhadap seorang g...