Prolog

6 1 1
                                    

"Ma, liat itu! Eskrim mirip sama dia."

Aku tertawa ketika Elfa menunjuk boneka.

"Eskrim mau beli itu?"

"Gak ah, Ma! Nanti Eskrim mimpi buruk lagi, entar malem,” dengan tangan terlipat, dia menjawab.

Aku tertawa lagi. Begitu pun pramuniaga, mungkin karena mendengar apa yang dikatakan Elfa. Karena sadar bahwa ucapan Elfa seperti menghina, jadi aku langsung membawanya keluar meninggalkan toko. Duh, saat itu aku jadi bingung mengajaknya ke mal, bukannya membeli, malah menghina mainannya. Hehehe.

"Ye ye ye!" dia berteriak sambil melompat-lompat.

Saat itu kami berjalan dan bergandengan tangan.

"Seneng banget sih Eskrim?”

Dia pun langsung berhenti jalan, lalu mengangkat kedua tangan, sedangkan aku langsung menggendongnya.

"Soalnya Mama selalu sibuk kerja. Eskrim jadi kangen banget sama Mama,” dia menjawab kemudian memeluk leherku erat-erat.

Aw, so sweet ....

"Maafin Mama ya, Sayang. Mama emang sibuk, soalnya banyak yang harus dikerjakan. Tapi Eskrim harus tau  kalo Mama sayang banget sama Eskrim.”

Dia pun tersenyum sangat lebar, hingga membuat hatiku meleleh.

"Ya, Ma! Eskrim sayang Mama, sayaaaaang seribu kali!"

Aku tertawa kemudian mencium hingga membuatnya ikut tertawa. Ah, betapa indahnya suara cekikikan Elfa. Hehe.

Aku sangat mencintainya. Meskipun kesusahan dan harus berjuang ketika mengandung, bagiku, dia adalah segalanya. Teringat saat hamil, aku jatuh karena stres dan kelelahan. Dalam kandungan, kata dokter, cengkeramannya sangat lemah. Maka dari itulah, aku berhenti bekerja agar bisa fokus merawat.

Beruntung, ibu dan ayah turut membantu. Namun, setelah berusia empat tahun, dia menjadi anak yang lucu dan nakal. Aku pun memberinya sebuah julukan, yaitu Eskrim Mama Yang Panas. Ha ha ha.

Setelah menjauh dari toko mainan, kami makan di restoran cepat saji favoritnya. Itu karena dia suka kentang goreng dan spageti. Lucunya, dia melarangku menyuapi lagi. Katanya, dia bisa makan sendiri.

"Ma, nanti kita nonton Spongebob ya," dengan wajah begitu imut, Eskrim meminta.

Duh, saat itu aku ingin mencubit pipinya. Ha ha ha!

Pertama-tama, aku menyeka mulutnya yang penuh dengan saus spageti, lalu menncubit pipinya. Dia jadi cemberut.

Ya Tuhan, terima kasih telah menghadirkan Eskrim dalam hidupku!

"Oke, Sayang. Tapi Eskrim harus abisin makanannya dulu, okey?"

Karena katanya senang menonton Aladdin, dia segera menghabiskan makanan. Setelah itu, kami pergi ke bioskop. Sebelum membeli tiket, aku menyuruhnya duduk di kursi depan kios popcorn.

"Saya mau beli rasa keju dan dua air. Dua ya,” aku berkata pada kasir. Beberapa saat kemudian, pesanan diberikan.

Aku kembali ke tempatnya duduk, tetapi langsung terkejut karena ternyata ... aku tidak melihatnya di sana!

"Eskrim! Eskrim!” aku terus memanggilnya.

“Mbak Mbak, liat anak saya gak? Dia pake baju ping. Rambutnya coklat,” aku bertanya kepada seorang wanita, tetapi hanya dijawab dengan geleng kepala.

Ya Tuhan! Aku tidak tahu bagaimana menemukannya di mal sebesar itu! Mungkinkah anakku diculik oleh sindikat, lalu dibawa bersama pengemis di jalan?

"Mama!"

Aku langsung menoleh ketika mendengar suara Eskrim. Ternyata dia berada di dekat TV yang menayangkan sebuah trailer. Namun, ada seorang pria berlutut di depannya. Aku tidak dapat mengenali karena terhalang punggung Eskrim.

Maka dari itu, aku berlari mendekati Eskrim, lalu cepat-cepat berlutut untuk memeluknya, sedangkan si pria langsung berdiri.

"Ya ampun, Eskrim! Mama bilang jangan ke mana-mana dulu! Mama jadi khawatir!" Hampir saja aku menangis.

"Maaf, Ma. Tadi Eskrim nonton trailer Sponegbob, soalnya suka banget sama lagunya,” dia menjawab, lalu menyanyikan lagu film Spongebob. Ha ha ha.

"Jadi, dia anak kamu ?"

Senyumku menghilang ketika mendengar suara dingin itu. Bahkan jika tidak melihat ke belakang, aku tahu betul siapa pemiliknya. Aku gugup dan tidak bisa leluasa bergerak.

"Tesla ...."

Aku tidak bisa berbuat apa-apa, selain berdiri dan menghadapnya. Hal pertama yang kuperhatikan adalah mata petir hitamnya, ia tampak begitu kejam dan dingin.

"Jawab, Wik!” dia memerintah dengan nada suara tinggi.

Dia terlihat sedang memandang Eskrim, jadi aku menyembunyikan Eskrim di belakang.

"Dia anak kamu bukan, Woy?!" Tesla bertanya lagi dan aku semakin gugup.

Kutarik napas dalam-dalam terlebih dahulu, agar tubuhku yang gemetaran bisa terkendali.

"Ya,” aku menjawab, lalu bersyukur karena tidak gagap.

"Siapa tuh, Ma?" Eskrim bertanya di belakangku.

Tesla menatap mataku seperti sedang bertanya, jadi aku hanya bisa menggeleng. Tidak ada yang berubah di matanya—serius dan sangat dingin.

"Eskrim ini milik saya ...,” aku menjawab, lalu menelan ludah untuk menghilangkan sumbatan di tenggorokan, “dia adalah ratu dalam hidup saya,” dengan tidak mengalihkan pandangan dari Tesla.

Tesla melihat ke bawah lagi. Karena Eskrim mengintip, aku semakin menyembunyikannya.

"Apa dia anak saya juga?"

“Bukan!” aku menjawab dengan cepat, tetapi sadar bahwa jawabanku memang tidak normal, sedangkan Tesla menatapku lagi lebih dingin. Bibirku hampir terbuka.

"Jujur gak?"

"Ya,” aku menjawab pertanyaannya lagi dengan lebih berani, "kamu bukan satu-satunya cowok dalam hidup saya, Tesla. Jadi berhentilah berasumsi."

Aku menarik tangan Eskrim, lalu dengan cepat berpaling dari Tesla

Saat itu aku membatin, “Ya Tuhan! Kenapa harus sekarang? Sial, padahal belum siap! Gak, jangan! Moga aja dia gak sadar!”

"Ma, om-om tadi itu bosnya Mamakah?" Eskrik bertanya; aku mengangguk, "Beneran? Kok matanya mirip kayak Eskrim sih, Ma?”

Aku berhenti saat Eskrim mengatakan itu. Jika dia menyadarinya, pasti Tesla juga akan sama. Namun, aku menanggapi pertanyaan Eskrim di dalam hati,

“Eskrim ternyata gak bodoh, Tesla. Anda tau itu, kan?!”

Aku melihat ke belakang dan ternyata, Tesla masih di sana. Matanya menatap kami dengan serius. Aku berbalik dan segera pergi dari sana.

Aku membatin lagi, “Sial! Apa yang harus saya lakuin sekarang? Apa harus kabur lagi? Tesla pasti bakal cari cara buat tau siapa ayah kandung Eskrim!”

Seandainya Tesla sadar, sebenarnya itu memang benar. Eskrim adalah putri kandungnya, putri seorang Tesla Pundalisa.

Dengan kata lain, aku menyembunyikan anak seorang Tesla yang tajir melintir.

Aku, Dia, dan EskrimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang