"Zara, nanti langsung antar Elfa pulang ya. Terus jangan sampai ada yang ngajak ngomong dia. Siapa pun!”
"loh, ada masalahkah, Bu?”
Kuhentikan kegiatan karena pertanyaan Zara, babysitter Eskrim. Mungkin dia melihatku tampak gelisah, atau tak seperti biasanya.
"Gak ada apa-apa kok. Lakuin aja apa yang saya bilang, oke?"
Dia mengangguk, jadi aku menoleh ke Eskrim yang sedang duduk diam di sofa.
"Eskrim Sayang, Mama pergi dulu ya, sip?”
Eskrim mendongak dan masih cemberut, “Bisa gak, Mama libur dulu sekarang?” lalu bertanya.
Sama seperti anak kucing yang lucu, dia memiliki mata yang benar-benar mampu menarik hati. Setiap melihat ke bulatan matanya, hatiku selalu rela memperbudak diri. Aku selalu ingin menuruti kemauannya.
Akan tetapi, hari itu tidaklah mungkin. Aku harus masuk. Jika tidak, Tesla akan semakin curiga, dan merasa ada sesuatu yang salah. Maka dari itu, aku harus bersikap normal.
"Maaf, Eskrim Sayang. Tapi Mama harus masuk kerja, apalagi hari ini. Eskrim liat bos Mama kemarin, kan? Nanti dia bakal marah kalau Mama libur."
Perlahan, wajahnya menjadi bersinar.
Kemudian, dia berucap, "Oh, jadi bos Mama yang matanya mirip sama Eskrim itu, ya?”
Seketika aku tertegun.
"Ya."
Semenjak itulah dia selalu bertanya, mengapa warna matanya hitam mengkilap seperti Tesla, padahal punyaku berwarna coklat.
Setelah beberapa kali dibujuk, akhirnya dia menyetujui juga kepergianku. Meskipun begitu, sebenarnya aku tidak langsung bekerja, tetapi pergi ke kedai kopi kepunyaan teman.
"Lah, kok baru keliatan? Dari mane aje lu?” Ririn menyapa.
"Ririn ...," aku berucap seraya menahan getir, di bibir yang mulai kering, tetapi air mata tetap mengalir,."dia gak boleh ngambil anak saya!”
"Tunggu!” Ririn menyela, lalu menyodorkan tisu, "lu kayak orang gila aja deh. Nangis terus!”
Kuseka air mata.
“Pokoknya Tesla gak boleh ngambil anak saya, Rin!” aku melanjutkan.
Akan tetapi, matanya malah membelalak dengan mulut yang masih tertutup. Kemudian, dia membuka mulutnya beberapa kali, tetapi segera ditutup lagi. Aku pun kesal.
"Kok malah kamu sih, yang kayak orang gila gitu?” aku menyindirnya.
"O tude M tude Ji! O ... M ... Ji! Maksud lu, si Tesla Punda itu bapaknya Elfa?!"
Kutampar mulutnya. Sialan! Suaranya bisa saja terdengar seseorang atau anak buah Tesla. Goblok sekali si Ririn itu.
"Mau saya kasih toa sekalian?"
"Tunggu-tunggu, tuuung ... gu! Gue lom bisa napas nich,” Ririn menjawab sambil mengipasi dirinya sendiri.
Aku semakin kesal.
"Ibunya Elfa itu kamu atau saya sih sebenarnya?”
Aku menunggunya untuk tenang. Kuminta segelas air kepada salah satu karyawan di sana, lalu memberikannya ke Ririn.
"Apa sih yang terjadi?" dia bertanya setelah meminum air, tampaknya juga sudah tenang.
Aku pun menceritakan apa yang terjadi kemarin harinya—tentang Eskrim yang menghilang, Tesla yang muncul, dan apakah Eskrim adalah Anak Tesla.
"Menurut lu, dia curiga gak?"
"Ya saya juga gak taulah!”
Aku berkata bahwa Tesla tidak akan bertanya—apakah Eskrim adalah anaknya atau bukan—jika tidak merasa curiga. Lagi pula, pasti Eskrim sudah menarik perhatiannya. Tesla juga pasti langsung menyelidiki.
"Terus rencana lu apa?"
Aku tercengang karena pertanyaan Ririn. Apa ya sebenarnya rencanaku? Tesla juga pasti bakal mengetahui kebenarannya. Dia selalu punya cara untuk mendapatkan sesuatu, apalagi kalau tahu bahwa Eskrim adalah anaknya?
"Apa saya harus sembunyikan Elfa?” mulutku bergetar saat bertanya.
Dia menjawab bahwa Tesla akan mencariku. Meski si Tesla tidak pernah peduli sebelumnya, tetapi kata Ririn, itu karena Tesla tidak tahu bahwa aku sedang hamil. Ririn juga mengatakan bahwa Tesla akan membalikkan dunia, hanya umtuk menemukanku.
"Tapi dia gak cinta sama saya,” aku berkata seolah-olah untuk menepis semuanya.
Ririn menjawab bahwa sebaiknya, aku membiarkan Eskrim bersama Tesla. Katanya, Tesla pasti bersedia berbavi wakru denganku.
Aku menggeleng karena tahu siapa Tesla Pundalisa. Aku adalah karyawannya, jadi sudah setiap hari melihat kekejamannya. Begitu dia tahu kebenaran tentang Eskrim, pasti bakal langsung merebutnya.
"Emang ceritanya gimana sih, Wik? Kenapa lu bisa punya anak dari dia? Sifatnya kan kayak setan, cuma pakai jas aja dia. Gak mungkin Cuma karena kalian kecelakaan, terus Elfa lahir!”
Aku menatap Ririn. Dia memang belum diberitahu tentang apa yang kualami sebelumnya.
“Mungkin udah waktunya Ririn tau, tentang lima tahun lalu. Supaya dia juga tau, kenapa saya mau sembunyikan Eskrim dari Tesla,” aku berkata dalam hati, lalu mulai bercerita padanya, "jadi, semuanya dimulai saat pesta amal yang diselenggarakan oleh Tesla."
Ya, pesta yang tidak pernah kuduga. Pesta yang yang sudah mengubah hidupku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Dia, dan Eskrim
RomanceLingkungan sekitar gelap. Hanya layar komputer yang berfungsi sebagai penerangan di seluruh ruangan. Di sana, seorang wanita dengan rambut berantakan sibuk mengetik di depan komputer. "Aoda Tama," gumamnya. Ia melihat foto seorang pria seusianya di...