4

1 0 0
                                    


Adegan pertengkaran kami-aku dan Tesla-pun berlanjut. Dialah yang nantinya membuatku sangat menderita, sehingga hampir tidak bisa makan dan pulang. Bahkan, aku hampir takbisa berdiri, kalau belum menyelesaikan apa yang dia minta.

Sejak saat itu, dia mulai berubah; hampir setiap hari membawa wanita yang berbeda ke kantor. Dari ruanganku saja, aku bisa mendengar rintihan mereka, bahkan hampir muntah karena mendengar erangannya.

Seperti pada suatu hari, dia membawa seorang gadis baru ke kantornya. Setelahnya, aku jadi terlalu sering mendengar suara gadis itu-sehingga tidak bisa melupakan dosa manis, yang pernah dia lakukan juga padaku.

"Yah ... emh ... yang cepat dong, Sayang. Mau keluar nich!" kudengar suara si gadis.

Kututup mulut dan berlari ke kamar mandi, karena perutku seperti ada yang menggali. Kumuntahkan sebisanya, ternyata hanya air yang keluar.

Setelah itu, kucuci mulut kemudian melihat diri di cermin-wah, terlihat berantakan. Rambutku seperti sarang rayap. Kulit terlihat pucat dan hampir tidak memiliki warna. Mungkin berat badanku juga sudah menurun.

Yah, setidaknya aku sudah membersihkan diri. Namun, ketika melihat mendongak, aku terkejut karena Tesla bersandar di pintu kamar mandi. Dia melihatku di cermin dan aku juga menatapnya. Aku langsung berbalik karena takut dia akan melakukan sesuatu.

"Bukannya saya udah kasih tau? Jangan pernah ninggalin kerjaan kalo belum selesai!"

Dia mendekat, lebih dekat, sedangkan aku tidak tahu mau mundur ke mana. Saat menyentuh wastafel di belakang, aku sadar bahwa memang tidak bisa kabur. Aku terkejut karena dia menangkup pipiku dengan satu tangan, lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku.

"Mau saya tiduri lagi lebih parah, ya?

Setelah mengatakan itu, dia langsung menyambarku dengan ciuman. Aku menutup mulut dan tidak membukanya, meskipun dia hampir menggigit bibirku.

Bibirku jadi sangat sakit hingga mengeluarkan darah. Setelah beberapa menit berlalu, aku masih tidak membuka mulut. Dia pun menamparku lebih keras, lalu berkata, "Buka mulut kamu, Wik!" lalu menciumku lagi.

Dia menekan pipiku tapi aku tetap tak membuka mulut, apa pun yang dia lakukan. Mungkin dia sadar, jadi melepaskan dan menatapku dengan dingin.

Kemudian, dia berkata, "Lanjutin kerjaan kamu," lalu meninggalkanku sendirian di kamar mandi.

Aku hanya terduduk di lantai. Air mata juga mulai mengalir, takut apakah di hari-hari berikutnya, Tesla akan memukul. Karena itulah aku terus menangis di dalam kamar kecil itu, sampai semuanya menjadi gelap.

Saat terbangun, ternyata aku sudah berada di rumah sakit. Entah bagaimana atau siapa yang membawaku ke sana. Satu-satunya hal yang tidak bisa kulupakan adalah perkataan dokter,

"Selamat ya, Mbak! Mbak udah hamil dua minggu!"

Entah apa yang kurasakan saat itu, bahkan aku menangis. Mungkin dokter mengira bahwa itu adalah air mata kebahagiaan. Akhirnya, aku pun pulang ke rumah dalam keadaan linglung dan terus menangis. Sesampainya di rumah, aku masih terus menangis sampai mungkin tertidur.

Besoknya, aku tetap masum kerja walaupun sakit kepala. Sebenarnya ingin berencana untuk absen, tetapi Tesla menelepon dan mengatakan bahwa aku tidak boleh absen, hari itu.

Benar saja, di kantor, dia membuatku melakukan banyak hal sehingga hampir tidak bisa makan.

"Kamu memang pantas menderita, Jalang," Tesla berkata, membuatku sangat marah.

"Itu juga karena salah Anda, Pak Tesla!" aku berteriak.

Dia tampak terkejut. Namun, dia malah semakin dalam menatapku.

Aku, Dia, dan EskrimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang