a

1.1K 35 3
                                    

Renjun menumpu kepalanya dengan kedua tangan. Senyum terukir di wajahnya di tambah sepasang mata yang berbinar.

"Ren? Renjunnn?" Jaemin melambaikan tangannya di depan wajah Renjun, membuat Renjun berkedip.

"Kenapa?" Tanya lelaki mungil itu.

"Engga, tadi mau nraktir lo, tapi lonya ngelamun mulu. Yaudah ga jadi." Tidak, Jaemin tidak benar-benar mengatakan itu tadi. Bahkan tadi dia meminta Renjun mentraktirnya, tapi Renjun bukannya mentraktir dirinya tapi malah memandangi lelaki most wanted di sekolahnya.

"Eh! Jangan gitu dong.. Jaemin yang tampan dan baik hatiiiii." Renjun memasang senyum lebarnya.

Jaemin ga bisa kalau gini tuhh, ga kuatt.

"Yaudah, karena gue tampan dan baik hati sesuai dengan yang lo bilang tadi, gue bakal traktir lo." Jaemin memasang wajah sok dermawan miliknya.

"Wahhh, terima kasih Jaeminnnnn."

Jaemin mendengus. Giliran seperti ini saja, Renjun baru mau berterima kasih. Kalau biasanya ngucap terima kasih aja ogah-ogahan. Palingan cuma 'makasi.'

Tapi walaupun seperti itu, Jaemin tetap sayang kok.

"Jadi mau apa? Nasi kuning?" Tanya Jaemin setelah mereka sampai di warung Bik Sarah.

Renjun mengangguk semangat. Nasi kuning adalah menu kantin kesukaannya. Bukan karena warna kuning adalah warna kesukaannya ya, Renjun memang suka saja dari kecil. Apalagi kalau itu adalah nasi kuningnya Bik Sarah.

"Bik, nasi kuningnya dua ya," pesan Jaemin pada Bibi itu.

"Siapp." Bik Sarah langsung mengambil dua piring untuk mengisinya dengan nasi kuning lalu lauknya.

"Nasi kuning spesial alak Bik Sarah, sudah siap," Bik Sarah memberikan kedua piring berisi nasi kuningnya.

"Wahh, ada ayamnya Bik?" Renjun mengambil satu piring untuknya.

"Iyaa, kalian kan pelanggan setia Bibik. Jadi dikasih bonus dong sekali-kali," ucap Bik Sarah.

"Kalau udah gini berarti harus langganan ini," Jaemin memberi uang untuk membayar.

Bik Sarah mengambilnya sambil tertawa.

Setelah percakapan yang menyenangkan dengan salah satu pemilik warung di kantin sekolah mereka, Jaemin dan Renjun kembali duduk.

Jaemin yang melihat Renjun celingukan, seperti sedang mencari sesuatu, hanya memutar bolanya malas.

Jeno trusss

Sementara Renjun mengerucutkan bibirnya karena yang dicari tidak ada. Tapi setelah menyuap nasi kuningnya sekali, moodnya langsung membaik.

"Jaem, nanti pas HUT adain pentas seni dong," pinta Renjun.

Jaemin yang memang ketua OSIS mendecak. "Acara HUT nanti bukan gue yang nentukan, tapi sebagaimana hasil diskusi semua anggota OSIS nanti. Itu pun harus disesuaikan sama budgetnya." Jaemin menjawab dengan mimik wajah yang menurut Renjun sok bijak.

Renjun menghela nafasnya. "Ya lo usahain kek."

Jaemin mencibir. "Heleh, ngapain gue ngusahainnya kalau cuma supaya lo bisa liatan Jeno."

Renjun langsung mendatarkan ekspresi wajahnya. "Ga asik lo ah."

"Yang bilang gue asik siapa emang?" Jaemin membalas. Membuat Renjun menggeram dan kembali lanjut makan tanpa melirik Jaemin.

...

"Heh Jaem!" Renjun sedikit menggoyangkan lengan Jaemin.

"Paan?" Jaemin acuh tak acuh.

Jaemren's RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang