"Jae, bangun!" Yunho menepuk-nepuk pipiku.
Aku terbangun di dalam bak mandi. Aku tertidur di dalam bak mandi. Airnya sudah dingin dan busanya sudah banyak menghilang. Ia bisa melihat tubuh telanjangku di dalam air! Aku panik, tetapi aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku sama sekali tidak beranjak.
Yunho mengambil handuk di rak. Ia membentangkannya di hadapanku. "Kau akan kedinginan jika terus berada di dalam sana." Apa maksudnya? Jadi, aku harus keluar dari bak mandi, dengan ia berdiri di sini sambil memegangi handukku?
Aku tidak beranjak. Aku menunggunya untuk keluar dari kamar mandi, tetapi ia tetap berdiri di samping bak mandi.
"Mengapa kau masih diam saja?" Ia benar-benar tidak mengerti atau hanya berpura-pura tidak mengerti? "Apakah kau ingin aku menggendongmu?"
"Tidak tidak tidak!" Aku segera berdiri dan langsung membungkus tubuhku dengan handuk. Semoga saja ia tidak sempat melihatnya.
"Mengapa kau berteriak?" Ia memandangiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Apakah kau terluka?"
Wajahku pasti sekarang sudah memerah karena malu. "Yunho, bisakah kau keluar kamar sebentar? Aku akan mengenakan pakaian."
Ia menaikkan sebelah alisnya. "Mengapa kau malu-malu? Sejak tadi aku sudah melihatnya." Oh, tidak! "Lagipula untuk apa kau berpakaian?" Cukup! Jangan katakan apa-apa lagi! Aku malu!
Ia tiba-tiba menggendongku. Tolong! Apa yang akan ia lakukan? Ia mendudukkanku di atas tempat tidur.
Aku menundukkan kepalaku. Aku terlalu malu untuk melihat wajahnya.
Ia melepaskan kancing kemejanya satu-persatu. Kini aku bisa melihat dada dan perutnya.
Aku hanya bisa menelan air liurku. Sesuai dugaanku, tubuhnya terpahat sangat indah, jauh lebih bagus dari ekspektasiku.
"Besok pagi kita harus segera kembali ke Seoul. Kita tidak akan sempat berjalan-jalan." Ia melepas kancing celananya. "Padahal aku ingin mengajakmu mengunjungi berbagai tempat."
"Aku... aku harus bekerja terlebih dahulu, baru aku bisa datang kemari." Suaraku bergetar karena terlalu gugup.
Ia tiba-tiba terkekeh. "Jauh-jauh kau datang kemari hanya untuk..."
"Huh?" Aku tidak mengerti mengapa ia tertawa. "Tentu saja aku datang kemari untuk menemuimu. Memangnya untuk apa lagi?"
Ia mengernyitkan dahinya. "Ini sudah malam. Apakah kau datang kemari hanya untuk tidur?"
Saat aku berencana untuk menyusulnya kemari aku sama sekali tidak memikirkan apa yang akan kulakukan setelah sampai di sini. Aku hanya ingin bertemu dengannya. "Aku takut sendirian di rumah. Jadi, aku datang kemari." Jawaban macam apa ini?
Ia kembali terkekeh. Menyebalkan! Ia menertawakanku. "Aku mengajakmu untuk ikut kemari adalah untuk berbulan madu. Kau tahu kan apa yang pasangan lakukan saat berbulan madu, selain bertamasya?"
Aku mulai mengerti apa yang ia bicarakan. Pasti wajahku semakin memerah.
Ia menghela nafas. Senyuman di wajahnya menghilang. "Sepertinya aku telah salah sangka." Ia mengambil bantal dan berbaring di atas karpet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You (Yunjae Fanfiction)
FanfictionSebuah insiden menyatukan dua insan yang tak saling mengenal.