*:..。o○ ○o。..:*
Malam berganti pagi, seorang gadis dengan piyama tidur nya terbangun dari alam mimpi , lantas mengamati langit-langit kamar tersebut yang kini menjadi pemandangan pertama saat ia membuka matanya , ia merasa asing dengan kamar ini, dan yang benar saja ini bukanlah kamarnya
Gadis itu beranjak dari ranjang, berjalan mendekati sebuah foto yang terpajang menghadap ranjang tersebut
Tunggu- kenapa wajah itu tidak asing?
Gadis itu menyentuh foto tersebut berniat melihat nya dari dekat, mengamati wajah pria itu dan tiba-tiba saja terdengar bunyi knop pintu yang di tarik ,membuat nya tergelonjak kaget sehingga menjatuhkan bingkai foto yang semula di tangan nya kini hancur tak berupa di lantai
" Astaga- pecah---" Cicitnya menutup mulutnya bola matanya membulat sempurna, saat melihat seorang pria kini berdiri mematung melihat dirinya yang kini berdiri tak jauh dari pecahan-pecahan kaca itu, pria itu yang tak lain adalah Harvey
" Orang itu.. Mirip dengan yang di foto.. Astaga.. Astaga... Bagaimana ini? Haruskah aku kabur dari jendela? " Monolog nya membatin tak berhenti berkata ,kepalanya menoleh menatap jendela besar yang terdapat cahaya yang menembus dari gorden kamar itu , ia mulai mengambil ancang-ancang untuk kabur dari Harvey yang kini berdiri tak jauh dari nya, berjalan mundur dengan perlahan-lahan
Srakkk
Gorden jendela tersebut terbuka seiring tangan nya menggeser gorden itu, pria itu menatapnya horor
" Aku rasa dia sangat marah... " Gumamnya
Harvey berjalan meraih foto yang tergeletak di lantai itu lantas menatap gadis yang kini bersiap melompat dari jendela kamarnya
Glek
Gadis itu dengan susah payah menelan ludahnya saat melihat ketinggian kamar ini ,ternyata tidak sesuai bayangan nya
Ah- sudahlah.. Palingan juga terkilir
Gadis itu memejamkan matanya bersiap terjun, namun entah tarikan apa membuat nya jatuh tersungkur di lantai dingin kamar tersebut
" Ouch... Sakit. " Rintihnya mengusap sikutnya yang terasa berdenyut
Tatapan Harvey menajam membuat zeva memalingkan wajahnya ke segala arah
" Ingin kabur? " Tanya pria itu duduk menyamai tingginya saat ini
" Kau tahu? Tidak ada gunanya jika kau ingin jatuh dari ketinggian kamar ini... " Bisik pria itu tepat di telinga zeva membuat gadis itu meremang
" Jadilah gadis penurut, zeva... "
Zeva yang mendengar namanya disebut oleh pria itu , lantas mendongak kan kepalanya menatap mata pria tersebut" Gadis penurut? " Gumamnya
"Kau milikku.. " Celetuk pria itu membuyarkan lamunan nya, pria tersebut lalu pergi meninggalkan zeva yang kini tetap terduduk di tempat nya jatuh tersungkur
Sekarang yang berada di benaknya hanya pertanyaan
Apa yang harus ku lakukan?
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
" Handphone ku diletakkan dimana? " Gumam seorang gadis yang sedang berkutik mencari-cari keberadaan benda pipih itu
" Apakah di bawa pria itu? " Monolog nya
Zeva berjalan mendekati pintu bercat putih itu mencoba menarik knop pintu kamar dengan berharap dapat di buka
" Bisa? " Celetuknya saat pintu tersebut terbuka tanpa dibuka dengan kunci
" Sekarang hanya perlu mencari keberadaan kamar pria itu " Gumamnya
" Baik tuan "
Huh? Suara siapa itu?
"Maid itu mau kemana? Tunggu- kamar? "
Yeah.. Mungkin aku bisa bertanya kepada nya,dimana kamar pria itu?
" Hey! " Panggilnya kepada maid yang berhenti tepat di sebuah kamar yang tidak memiliki knop pintu
Heh!? Tunggu.. Kamar ini tidak menggunakan knop?
" Ada apa nona? " Tanya maid tersebut ramah
" Bisa aku bertanya? Diaman kamar tuan? " Tanyanya kikuk
" Kamar di hadapan kita adalah kamar tuan , nona.. "
" Bisa kau bukakan pintu ini? Aku harus mengambil handphone ku.. " Ucapnya dengan nada meminta
" Bisa nona "
" Sungguh- terimakasih.. "
Tak lama kemudian setelah maid tersebut memasukkan kata sandi dari kartu tersebut, pintu dengan perlahan terbuka, menampilkan nuansa kamar yang ter tata rapi dan juga mewah
" Lebih luas dari kamar yang ku tempati... " Gumamnya
" Nona ingin saya temani? " Tanya maid tersebut
" Ti-tidak perlu, hanya mencari handphone saja kok.. Gk lama.. Nanti ku tutup kembali " Balasnya
" Saya tinggal dulu ya, nona "
" Iyah.. Terimakasih "
Maid tersebut pun pergi meninggalkan nya sendiri di kamar Harvey, dan ia pun menemukan handphone nya di atas nakas dekat dengan ranjang kamar ini
Ia menoleh kesebuah rak buku yang tak jauh dari penglihatan nya
" Eh? Di dalam kamar juga ada rak buku? Sebesar ini? " Ucapnya lantas mendekati rak buku yang tersusun banyak sekali buku, salah satunya terdapat buku yang membuat nya tertarik mengambilnya, namun belum sempat ia ambil, buku yang di tarik nya membalik rak buku tersebut menampilkan sebuah ruangan rahasia yang terlihat gelap
Zeva menyalakan senter handphone nya , berjalan memasuki ruangan itu , dan betapa terkejut nya dirinya saat banyak nya foto yang terpajang di dinding ruangan tersebut
" Astaga..apa-apaan itu? " Celetuknya terkaget saat melihat banyak sekali foto dirinya di dalam ruangan tersebut , foto dari hari kelulusan nya di SMA hingga hari-hari yang lalu saat sebelum ia berada di tempat ini
Lalu ia melihat sebuah foto yang terdapat tulisan yang tertulis di bingkai foto tersebut
Zeva & Harvey
" Harvey? " Zeva merasa tidak asing dengan nama itu
Dan yah- akhirnya dia mengingat nama itu, beberapa tahun yang lalu ia bertemu dengan pria itu saat dirinya dengan temannya berada di apartemen dari kakak temannya itu
" Tidak mungkin... " Lirihnya
" Apa yang kau lakukan? " Tanya seorang pria dewasa dengan setelan jas hitamnya, membuat zeva tergelonjak kaget mengetahui suara pria yang tak lain adalah Harvey sendiri
" Oh.. Kau sudah mengetahui nya, ya? " Ucap Harvey dengan entengnya
Nafas zeva terasa berhenti sejenak ,saat dirinya dan Harvey begitu dekat tanpa ada jarak di antaranya
Kak Harvey selama ini menguntit diriku?
KAMU SEDANG MEMBACA
obsessed stalker madness
FantasyZeva: " hal gila ini tidak semudah itu bisa dilewati jadi mari kita nikmati rintangan ini."