1

635 53 8
                                    

.

.

.
Gracio, anak satu-satunya dari Samuel yang ditinggal pergi sejak usia satu tahun oleh Ibu kandungnya sendiri. Ibu kandung Cio pergi meninggalkan dirinya bersama sang Ayah, di saat kondisi sedang genting dan terpuruk. Sam, saat itu mengalami kegagalan dalam merintis bisnisnya, sementara Cio sakit-sakitan akibat bawaan sejak lahir. Sang Ibu pergi begitu saja, tanpa aba-aba, meninggalkan Sam dan Cio dalam kesusahaan.

Sam bersusah payah menghidupi Cio dan merawatnya bersama sang Ibu yang sudah sepuh. Tidaklah mudah, dirinya sering ingin menyerah. Namun, ada keinginan untuk memberi yang terbaik bagi Cio sekaligus membalaskan dendam pada mantan istrinya.

Di usia Cio yang 3 tahun, Sam menikahi seorang janda beranak dua, kedua anaknya adalah laki-laki. Yang saat itu berusia 8 dan 10 tahun. Beruntungnya, Yera, ibu baru Cio sangat menyayangi anak itu. Sejak menikahi Yera, kondisi ekonomi Sam pun terus membaik hingga kini menjadi pengusaha yang cukup sukses dan diperhitungkan.

...

Kini Cio sudah berusia 12 tahun. Kehidupannya pun bahagia bersama Ibu tiri dan saudara tirinya. Mereka semua memanjakan dan menyayangi dirinya, apa lagi dia memegang posisi bungsu di rumah itu. Karena hingga kini, belum ada tanda-tanda kehamilan baru pada Yera.

"Berapa kali Bunda bilang pada Dede. Jangan pakai handuk yang bukan punyamu, sekarang kulitmu ruam," ujar Yera. Si bungsu mengeluh kulitnya panas dan gatal, ternyata ada ruam di leher dan lipatan sikunya.

"Tapi cuman handuk itu yang ada di kamar mandi, bunda," ujarnya membela diri. Yera meniup-niup salep yang baru dia oleskan di tangan anaknya agar cepat kering.

"Iya, tapi itu bukan handuk Dede 'kan. Bunda udah buat tanda di semua handuk Dede, kalau di kamar mandi tidak ada, 'kan bisa minta tolong biar bunda ambilkan," ujar Yera. Sejak kecil, dia sudah paham jika anaknya yang satu ini punya kulit super sensitif.

Awal pertama bertemu Cio, Cio sangat memprihatinkan, kurus, dan kurang terawat. Karena saat itu, Sam harus membagi waktu untuk mengurus perusahaan yang mulai berdiri dan mengurus anaknya yang sakit-sakitan, Cio lebih sering bersama sang nenek yang juga sudah sepuh. Yera masih ingat balita yang masih berusua dua tahun kala itu berjalan tertatih menghampiri dirinya dengan baju yang lusuh, tubuhnya kurus, kulitnya banyak bekas koreng, dan belum bisa bicara sama sekali.

"Maaf, bunda. Dede tidak akan ulangi lagi," ujarnya menyesal. Yera tersenyum, dia usap pipi putra bungsunya yang lembut dan putih.

"Bunda tidak marah," ujarnya.

"Setelah salepnya kering, langsung istirahat. Bunda ambilkan air putih buat adek minum obat," ujar Yera. Cio hanya mengangguk. Cio hingga kini belum tau jika Yera bukan Ibu kandungnya, yang dia tahu Yera dulu sempat pergi merantau ke luar negeri sebentar lalu kembali saat dia usia 3 tahun. Dan hingga kini tak ada yang membongkar rahasia itu.

Tak berapa lama, Yera membawa botol air minum anaknya dengan motif kartun mobil-mobilan. Usia Cio memang sudah 12 tahun, tapi dia tidak sebebas anak seusianya karena sering sakit. Dia dijaga sangat ketat dan masih dimanja seperti bayi.

"Bunda, Dede minum obat berapa kali lagi?" Tanyanya. Dia heran, kenapa tiap hari masih minum obat? Padahal dia sudah melakukan operasi beberapa waktu lalu, setiap periksa juga dokter mengatakan kalau kondisinya terus membaik.

"Sampai dedek ulang tahun yang ke- 12 nanti," ujar Yera.

"Dede 'kan ulang tahun 4 bulan lagi," ujar Cio sambil mencebikkam bibirnya. Yera tersenyum, dia berikan obat yang sudah dihaluskan pada Cio lalu memberinya minum.

"Empat bulan itu waktu yang cepat, sayang. Kata dokter, Dede minum obat 6 bulan tanpa henti, setelah itu obatnya bisa dikurangi. Supaya jantungnya tidak nakal lagi di dada adek."

"Umm..." Cio hanya mengangguk.

"Sekarang saatnya anak Bunda tidur dan istirahat, ingin makan siang pakai apa? Nanti Bunda siapkan," ujar Yera.

"Bunda, adek udah lama tidak makan mie goreng. Apa boleh bunda?" Tanyanya lembut. Terakhir kali Cio makan mie goreng persis satu hari sebelum operasi, dan itu sudah dua bulan yang lalu.

"Boleh, akan bunda masak," ujar Yera.

"Pakai daging ayam ya bunda."

"Iya, nak."

"Ada bakso ikannya juga boleh?"

"Boleh."

"Tidak pakai sayur."

"Tidak usah makan mie kalau begitu," ujar Yera.

"No, sayurnya sedikit saja, bunda." Yera hanya mengangguk lantas tersenyum, dia tarik selimut anaknya hingga dada dan dia atur suhu ruangannya.

"Bunda mau masak dulu, tidurlah Dede," ujarnya lalu mencium sekilas kening putranya. Yera pun merapikan ranjang lantas turun.

"Ndaa..." Tiba-tiba terdengar kembali suara kecil dari balik selimut.

"Ya..."

"Mau mimi dot, bunda."

"Siap minum obat tidak boleh minum susu, sayang," ujar Yera.

"Bolehnya kapan?"

"Saat bangun tidur," ujar Yera sabar.
...

Setengah piring mie goreng buatan bunda, sudah habis dilahap Cio. Kini mulutnya mengunyah potongan buah yang terasa segar hingga mulutnya berair.

"Pelan-pelan saja, buahnya masih banyak," ujar Yera. Anaknya ini makan seperti balita, berantakan dan buru-buru. Dia usap lembut mulut anak itu dengan tisu, tanpa sadar Cio jadi lupa akan susunya yang harusnya diminum setelah bangun tidur.

"Dasar bocil," ujar Mike. Mike adalah abang kedua Cio. Yang sangat jahil padanya, walau begitu dia sangat suka dengan kakaknya ini. Daripada Kive, si sulung yang jarang bicara, muka judes, dan irit senyum.

"Ayo habiskan buahnya, Dede mau ikut kak Mike ngga?" Cio otomatis melotot mendengar ujaran Mike. Kakak ke duanya ini selain kuliah juga suka membuat robot. Dia yakin jika kakaknya akan ke toko membeli alat-alat membuat robot.

"Bunda boleh? Dede boleh ikut?" Ujarnya tak yakin.

"Boleh, jika sudah selesai makan ayo bunda temani ganti baju," ujar Yera.

"Ayo bunda, ayo..." Cio langsung turun dari kursinya. Lalu menarik tangan Yera.

"Aku pergi sekarang ya," ujar Mike menggoda.

"No, tunggu Dede," ujarnya.

"Ya cepatlah." Mike membalas sembari memainkan ponselnya.

Baru juga Cio melangkah menuju tangga, sang kakak kembali menggodanya.

"Bunda, Mike berangkat ya."

"Huaa, tungguin Cio." Cio lantas berjongkok dan menangis setelah menghentakkan kakinya di lantai. Mike tertawa puas melihatnya, tangisan Cio adalah kemenangan yang berharga baginya.

"Huhhs, tidak akan ditinggal kok. Kalo ditinggal, Kak Mike bunda pukul. Ayo ganti buju dulu," ujar Yera menenangkan. Sembari sesenggukan Cio melangkah ke kamar untuk mengganti bajunya.

Next...

Cerita baru di tahun baru.
Jangan lupa vote

˚ʚɞ˚

Ame(Jiwa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang