◾ Chapter | 31

671 29 5
                                    

••••

Seorang pria dengan perawakan besar, matanya yang sayu, luka sepanjang enam cm di bawah matanya tengah memandang ke depan dengan tatapan tajamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang pria dengan perawakan besar, matanya yang sayu, luka sepanjang enam cm di bawah matanya tengah memandang ke depan dengan tatapan tajamnya. Batang nikotin yang hampir habis terselip diantara jarinya. Dia terlihat tenang di keheningan.

"Bos." Seorang pria datang dengan tubuh gemetar yang tidak bisa di tutupi akibat hawa mencekam yang dikeluarkan oleh orang yang dia panggil bos.

"Gagal?" Suara yang dalam terdengar dari mulut pria yang sedang menghisap batang nikotinnya.

"Maaf, saya tidak mengira jika-"

"BODOH!" Dengan tidak terduga, pria itu mengeluarkan belati dari sakunya dan dengan sekali gerakan menghunuskan nya ke leher bawahannya hingga langsung mati seketika.

"Kay, kay, kay, KAY!" Seketika emosi pria itu berubah, urat dilehernya menonjol, wajahnya memerah pertanda bahwa emosi menguasainya. Hilang sudah ketenangan yang sebelumnya ada.

"Selalu saja, KENAPA KAY SELALU MENGHALANGI JALANKU!" Mayat yang ada di depannya pria itu tendang hingga jatuh ke laut yang ada di bawahnya. Pria itu terus berteriak dengan kaki yang dia injak-injak kan ke tanah. Seperti orang tidak waras.

Dengan nafas yang memburu, pria itu menggerak-gerakan kepalanya ke samping lalu menggigiti jari telunjuknya. Tidak lama kemudian senyuman menyeramkan terbit di wajahnya.

Menghirup nafas dengan dalam, pria berjalan menjauhi tebing dengan sesekali bersiul dan tersenyum sendiri.

Puluhan orang dengan baju serba hitam berjaga di area sekitar. Ketika bosnya datang, serempak mereka membungkukkan badannya. Tanda jika orang itu mereka hormati.

"Kembali ke Yunani." Pria itu masuk ke dalam mobil. Puluhan mobil itu meninggalkan area yang sebelumnya mereka tutup dengan menebang pohon hingga ratusan mobil yang ada di jalur itu tidak bisa bergerak.

.
.
.

Jillian keluar dari rumah sakit keesokan harinya karena dia merasa sudah merasa baik-baik saja. Tentunya setelah perdebatan panjang dengan Kay. Dan tentu saja Jillian pemenangnya karena dia membujuk dengan segala jurus yang bisa dia keluarkan hingga membuat Kay luluh.

Saat ini mereka berdua sedang berada di hotel dengan Kay yang tertidur sedangkan Jillian di sampingnya tengah sibuk memainkan lego yang baru Kay belikan.

Meskipun sedikit kesulitan karena satu tangannya yang terluka, tapi itu tidak membuat semangat Jillian untuk memainkannya hilang. Iya, Jillian memilih untuk tidak mengingat-ingat kejadian kemarin. Dia sungguh tidak sudi untuk memikirkannya. Jadi sebisa mungkin dia menyibukkan dirinya agar tidak termenung.

Bunyi dari perutnya membuat Jillian menghentikan aktivitasnya. Mengusap perutnya, dia melirik Kay yang masih memejamkan matanya dengan posisi telungkup dengan kepala yang mengarah padanya.

LABYRINTHINE [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang