Young, Dumb, Stupid- 26

1.3K 154 0
                                    

"YUHU PANTAI, I'M COMING!"

Haruna berteriak kesenangan ketika ia baru saja keluar dari mobil van. Gadis itu melompat-lompat girang, menatap luasnya lautan di depannya. Sebuah pelampung berbentuk bebek melingkar di pinggangnya, tak lupa kaca mata merah berbentuk love yang bertengger apik di hidungnya.

Jihan menatap sahabatnya itu, menggeleng pelan ketika Haruna berlari kesenangan menuju pantai. Si sialan Haruna, anak itu meninggalkan barang-barangnya di mobil.

Sisa penumpang di mobil itu segera turun ketika Haruna benar-benar menceburkan dirinya ke pantai. Dhiwa yang pertama kali keluar, ikut berlari menuju Haruna yang sepertinya tengah kegirangan di sana.

Tia dan Rani juga keluar, jangan lupakan Katara, Aaron, dan pastinya Duta.

Ah sial, jika mengingat cek cok panjangnya dengan Duta tadi malam karena menolak pemuda itu untuk ikut benar-benar membuat Jihan kesal. Ah kenapa juga Rani harus mengiyakan ajakan Katara untuk bergabung? Mereka bahkan tidak dekat!

Jihan melirik Duta dari ujung matanya sekilas, jelas sekali wajah pemuda itu khas orang baru bangun tidur. Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan, Duta hanya tidur dan tidur. Entahlah, mungkin dia kelelahan karena efek latihannya selama ini.

Tapi itu baik juga, karena Duta beristirahat dan lebih merilekskan tubuh dan pikirannya.

Jihan menghela napas, berjalan pada bagasi mengambil barang masing-masing. Mereka akan menginap di penginapan terdekat, dan masih berada di wilayah pantai juga. Kebetulan penginapan itu milik kenalan Haruna, hingga mereka bisa mendapatkan potongan harga.

Mereka akan di sini selama dua hari, dengan acara utama membersihkan pantai juga membantu nelayan menangkap ikan.

"Gimana pembagian kamarnya?" Itu Katara, dia menatap Jihan datar.

"Ada dua area. Untuk tempat cewek, ikutin gue." Bukan Jihan, tapi Tia. Dia memberikan isyarat agar semua perempuan di sana mengikutinya.

Memang tempat mereka menginap berbentuk pondok dengan material kayu. Haruna sendiri yang memilihnya karena menurut gadis itu, tempat ini sangat cocok untuk ber-swafoto.

★★★

Kedelapannya kembali berkumpul, membicarakan apa dan bagaimana tugas mereka selagi berada di sini.

"Kalian udah nata barang di sana?" Katara bertanya pada ketiga pria yang ada di sana.

Ketiganya membalas dengan mengangguk.

"Oke semuanya, kita di sini selama dua hari. Cukup cepat dari waktu awal karena bertepatan dengan festival musim panas kampus. Hari ini kita akan main-main dulu, bulu tangkis, dan kita juga akan nyari bahan untuk makan kita nanti." Jelas Katara panjang lebar.

"Kita masak dulu aja, biar malamnya kita main bulu tangkis. Ah gue gak sabar pengen karaoke." Haruna berujar dengan semangat.

Katara mengangguk. "Oke. Kita bagi-bagi tim. Tim satu bertugas memasak, tim dua bertugas nyari bahan makanan. Kita butuh ikan, kepiting sama udang."

Duta tiba-tiba mengangkat tangannya. "Gue sama Jihan bakalan nyari bahan."

Gadis yang sedari tadi diam merasa namanya dibawa-bawa pun protes. "Kok gue?" Jelas ia tidak ingin mengangkat beban berat sekarang.

Duta berdehem. "Ada pasar ikan gak jauh dari sini, kita butuh cewek buat nawar harga."

"Harus gue banget gitu? Haruna—"

"Sorry Han, gue di sini bantu buat api. Mending Lo bareng Duta aja," ujar Haruna seraya menampilkan senyum menyebalkannya.

Melihat tidak ada yang mendukungnya, Jihan hanya bisa menghela napas pasrah. Ia berjalan lebih dahulu diikuti Duta, meninggalkan area penginapan.

Lama mereka berjalan, akhirnya keduanya sampai di pasar. Ah bau ini, bau khas pasar ikan menusuk indra penciumannya. Sialan, harusnya ia menyalakan api saja dibanding harus ke tempat ini. Lagi-lagi Jihan berdecak karenanya, tapi itu disalah artikan oleh Duta.

"Lo kayaknya gak suka banget ya gue ikut," ujarnya tiba-tiba membuat Jihan menoleh.

Menghela napas. "Bukan gak suka, kesal aja."

"Sama aja," cibir pemuda itu, lalu berjalan mendahului Jihan.

Jihan yang melihatnya hanya menghela napas lelah, sudah dipastikan bahwa pemuda itu kesal padanya sekarang. Lagipula, bukan Jihan tidak suka jika Duta ikut dengan kegiatan amal fakultasnya, ia hanya kesal. Entahlah, Jihan pun tidak mengerti kenapa ia kesal, lebih baik jika Duta tidak datang.

Mau tak mau akhirnya Jihan segera menyusul Duta, takut pemuda itu semakin menjauh. Ketika Jihan melihat, ternyata Duta tengah berhenti di seorang penjual kepiting. Dilihat-lihat, di tangan pemuda itu juga telah terdapat plastik berisi ikan dan udang.

Jihan mengernyit. Cepat sekali pemuda ini, bukankah tadi Duta mengajaknya untuk urusan tawar menawar harga? Kenapa sekarang malah pemuda itu yang bertindak cepat.

Satu plastik berisi kepiting juga telah berpindah ke tangannya. Duta berjalan keluar dari pasar tanpa menghiraukan Jihan. Gadis itu menatapnya penuh selidik.

"Lo bilang perlu bantuan gue buat urusan tawar menawar, terus ini apa?" Jihan menunjuk tiga plastik besar yang dibawa Duta.

Pemuda itu menghela napas. "Gue kesal sama Lo."

Mendengar itu Jihan berdecak. Masih tentang masalah tadi.

"Gue bukannya gak suka Lo ikut, Duta."

"Terus?"

Jihan menghela napas. "Gue takut Lo kelelahan, Lo habis latihan, terus harus ngelewatin perjalan jauh buat ke sini."

Duta memutar matanya malas. "Alasan Lo aja."

Ah benar-benar keras kepala, Duta si keras kepala itu benar-benar menyebalkan.

Kesal dengan Duta, Jihan menghentikan langkahnya, pemuda itu sepertinya tidak menyadari ketidak hadirannya sama sekali. Membiarkan Duta terus berjalan, Jihan menatap seorang gadis penjual bunga plastik tidak jauh dari sana. Aneh, kenapa ada penjual bunga di pasar ikan? Tapi Jihan tidak peduli, ia mendekat dan membeli bunga itu.

Ketika sampai di luar pasar ikan, Duta baru menyadari bahwa Jihan tidak mengikutinya. Sedikit cemas karena gadis itu tidak terlihat di matanya, entah di mana Jihan tertinggal tadi.

Baru ingin berbalik untuk menyusulnya, Jihan tiba-tiba saja muncul mengagetkannya. Gadis itu tertawa melihat ekspresi terkejut Duta, tangannya terulur memberikan bunga plastik yang tadi ia beli di dalam pasar ikan.

"Buat Lo, sebagai ucapan maaf. Gue benar-benar gak maksud, gue cuma cemas soal kesehatan Lo," ujarnya tulus.

Duta yang melihatnya hanya mampu mengulum senyum tipis. Memindahkan bebannya ke tangan kiri hingga tangan kanannya bebas sekarang.

"Bego Lo." Meskipun mengatai Jihan seperti itu, Duta tetap mengambil bunga plastik itu, dan memasukkannya ke dalam saku hoodie-nya.

★★★

Gambaran tempat mereka nginap, pokoknya ini deket pantai gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gambaran tempat mereka nginap, pokoknya ini deket pantai gitu.

Young, Dumb, StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang