[01] AC

123 15 2
                                    

"Hahh! Kenapa harus gue sih yang dijodohin?!" Umpat seorang perempuan.

Dia, -Heira Lavendaria- seorang perempuan yang baru saja berumur 20 tahun di tahun ini.

"Ck. Gila ini gila!" Decaknya kesal mengacak rambutnya frustasi.

Bagaimana tidak? Ga ada angin ga ada ujan, tiba-tiba saja ia menerima pesan dari kedua orang tua nya kalau dirinya akan dijodohkan oleh anak teman Ibu dan Ayahnya.

Dari awal dia sudah menolak mentah-mentah, namun apa boleh buat? Kedua orang tua nya itu tetap memaksanya dengan mutlak.

Apalagi, dirinya tau kalau laki-laki yang ingin dijodohkan oleh nya ini memiliki sifat agak lain dari kebanyakan orang dewasa pada umumnya.

Karena merasa pusing telah memikirkan masalah ini terlalu mendalami, Heira memutuskan untuk tidur saja.

🕸️🕸️🕸️

"Heira, jangan judes gitu muka nya." Tegur sang Ibu pada anak perempuan nya itu.

Heira kini sedang berada dirumah teman- Ralat, akan menjadi besannya.

Ya sehabis dirinya tidur, dengan keadaan yang masih terbaring Sang ibu malah datang ke apartemen nya tanpa memberi kabar. Dan bilang kalau akan ada pertemuan makan malam dengan calon mertua nya. Dengan setengah hati akhirnya Heira pun ikut dengan pasrah di ajak kesini.

Dan disinilah dia berada, sudah berkumpul dengan 6 orang di meja makan.

"Nak Heira kurang nyaman ya?" Tanya -Denia- seorang ibu rumah tangga dirumah ini, dan tentu saja akan menjadi calon mertua nya.

"Ee-eh? Engga kok, Tante." Heira tersenyum canggung, mengusap tangannya sendiri dibawah meja sana.

"Loh, kok Tante? Panggil Bunda aja," Ujar Denia sembari tersenyum.

"Iya, Bb-bunda?"

"Nah gitu. Yaudah makan yuk, keburu dingin makanannya," -Denia.

Kehabisan kata-kata akhirnya Heira hanya mengangguk kaku.

Selagi mereka makan dengan tenang, kedua keluarga itu saling mengobrol ringan diselingi candaan. Sesekali Heira akan ikut menyahut.

Namun, pandangannya dari tadi tidak teralihkan pada satu sosok laki-laki yang mengenakan pakaian seperti bocah (?)

Kaos berwarna biru muda bergambar Doraemon dan juga celana bahan panjang menjadi objek penglihatan Heira sedari tadi. Masalahnya, disini yang ia lihat orang-orang mengenakan pakaian hitam dipadukan dengan putih, ia sendiri memakai Dress berwarna Peach. Sedangkan si laki-laki itu mengenakan pakaian persis seperti anak yang ingin bermain.

Anak itu makan dengan lahap sampai membuat pipi nya sedikit menggembung. Lucu, pikirnya, namun dengan cepat langsung ia gelengkan kepalanya.

Tidak berselang lama, mereka semua telah menyelesaikan makanannya, termasuk Heira.

"Mau di bahas sekarang aja pernikahannya?" Celetuk pria paruh baya, yang Heira bisa ketahui itu adalah istri dari Bunda Denia.

"Boleh lah, mumpung udah kumpul juga nih dua calonnya," Sahut -Leo- Ayahnya.

Tolong siapa pun bawa kabur Heira sekarang juga.

Antique Couple! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang