[04] AC

33 7 1
                                    

"Ra, nanti sore kamu ikut mamah ke butik ya buat Fitting baju. Nanti kamu sama Kenan juga," Mengingat sudah tinggal satu Minggu lagi hari pernikahan anaknya tiba, maka dari itu Revana berniat untuk mencarikan terlebih dahulu pakaian untuk keduanya.

Waktu terasa lebih singkat dibanding biasanya, Heira saja masih tidak menyangka. Namun, perlahan hati nya mulai menerima, lumayan susah. Tapi sebisa mungkin bakal diterima.

"Iya Mah. Berarti kalo aku udah nikah, Aku udah jarang ketemu Mamah sama Ayah lagi dong?"

Bunda memberhentikan tangannya pada rajutan, beralih menatap buah hati nya yang sudah ia rawat dari kecil sampai sudah besar seperti sekarang.

"Bukannya kamu emang jarang ketemu Mamah? Semenjak kamu pindah ke apartemen kan kamu jarang pulang," Ucap Revana bercanda.

Heira tertampar kenyataan. "Ishh Mama mah jangan di perjelas dong!"

Revana tertawa dengan tingkah anak perawannya, ternyata anaknya sudah besar sekarang.










"Cocok ga?" Tubuh Heira memutar elegan, menunjukan semua bagian baju.

Mulut Kenan sampai terbuka lebar dibuatnya, sangat sangat cocok! Itu pas di tubuh Heira yang memang memiliki porsi tinggi 174, tinggi kan?

Dan, muka wanita itu juga sangat cantik, lihat saja bagaimana mancung nya hidungnya itu, mata setajam silet itu pun tampak berbinar.

"Cocok! Cantik cocok pake itu, Kenan suka!" Pekik Kenan menyetujui pilihan Heira.

Kedua calon ini memang sedang melakukan Fitting baju di butik milik Revana.

"Lo bisa berhenti manggil gue cantik gasi?! Gue punya nama kali! Dan, gue ga nanya sama Lo!" Selorohnya.

Kenan menyendu, ia kira Heira sudah nyaman juga jika bersama nya. Tapi sudah lah, ini masih di pertengahan jalan, dia bakal berusaha semaksimal mungkin!!

"Heira." Tegur Revana, beliau merasa tidak enak dengan apa yang puteri nya katakan. Kurang sopan.

"Ck. Mamah sama dia sama aja! Udah lah aku mau ke mobil!" Menggeram kesal, Heira melepaskan segera Dress nya yang sehabis dicoba, lalu pergi meninggalkan dua orang yang masih menetap didalam.

"Maaf ya, Ken. Heira kalo ngomong emang langsung ceplas ceplos, jangan dimasukan hati ya?"

"Gapapa, Mah!! Ken udah terbiasa kok hihihi, mamah ga perlu minta maaf sama Kenan. Kan bukan salah mamah!" Seru nya berusaha baik-baik saja, senyum andalan pun ia berikan.

Revana pun tersenyum miris, semoga saja dengan kedua nya yang dijodohkan, Heira bisa berubah menjadi yang lebih baik. Revana sangat berharap banyak.

"Yaudah kalau gitu kita lanjut cari baju buat kamu dulu ya?" Usul Revana.





Satu bulan berlalu.

Heira menatap pantulan diri nya sendiri di kaca.

Wajahnya sudah di poles menggunakan Makeup, hanya riasan natural tidak terlalu mencolok. Jika terlalu menor, sedikit seram jika di bayangkan.

"Heira sudah siap, Nak?" Leo masuk ke dalam ruangan yang memang sudah disediakan untuk mendandani sang anak.

Bapak anak dua ini juga tidak mau kalah, beliau menggunakan baju batik  yang terlihat simpel namun sangat pas dengan tubuh kokoh nya.

Dengan perasaan yang campur aduk tidak karuan, Heira mengangguk yakin. "Sudah, Yah."

Leo tersenyum.

Beliau sendiri juga sangat berat untuk mengikhlaskan Puteri keduanya pada orang lain, namun, mungkin sudah takdir?

Antique Couple! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang