26. Berangkat ke Ibukota

11.5K 1K 115
                                    

Selesai sarapan, Shaoting dan Li Ranran segera berangkat ke Ibukota. Awalnya Ayah Shaoting menyarankan supaya mereka naik kereta saja, karena nanti tidak ada yang menggantikan Shaoting mengemudi.

Tapi Shaoting mengatakan jika nanti merasa lelah, dia akan beristirahat atau mencari penginapan di kota yang dilewati.

Mendengar janji anaknya, akhirnya orangtua Shaoting sedikit lega. Bagaimana juga sebagai orangtua mereka kawatir dengan anak dan menantu mereka yang akan melakukan perjalanan jauh.

Segera Shaoting dan Li Ranran berangkat menuju Ibukota. Selama perjalanan Shaoting selalu memastikan apakah istrinya capek duduk dan ingin berhenti untuk istirahat.

"Kak, aku benar-benar baik-baik saja. Kakak jangan kawatir. " Li Ranran sampai merasa geli dengan sikap kehati-hatian suaminya ini.

"Aku hanya tidak ingin Ranran merasa tidak nyaman karena melakukan perjalanan jauh. " Shaoting mencium tangan istrinya yang sedari tadi digenggamnya.

"Aku tidak apa-apa. Justru jika kakak sudah merasa lelah, jangan dipaksa terus mengemudi. "

"Aku sudah sering mengemudi dengan jarak jauh Ranran. "

"Baiklah-baiklah, kita semua baik-baik saja."

Ketika masuk waktu makan siang, Shaoting menawari istrinya untuk berhenti sejenak. Li Ranran menolak, dia mengatakan jika masih kenyang, tapi jika Shaoting sudah lapar maka Li Ranran akan ikut makan.

Shaoting sebenarnya juga tidak lapar, karena sebagai tentara dia sudah terbiasa untuk menahan lapar. Dia hanya mengkhawatirkan istrinya.

Karena tidak mau membuat suaminya kawatir, Li Ranran mengambil kue yang dibawanya untuk bekal, dia memakan kue itu sambil sesekali menyuapi suaminya.

_____***_____

Hari sudah malam, karena perjalanan masih jauh Shaoting memutuskan untuk mencari hotel milik negara.  Jika biasanya dia sendiri akan tetap melanjutkan perjalanan. Tapi saat ini dia membawa istrinya.

Sebelum itu Shaoting mengajak istrinya makan malam dulu di restoran hotel. Saat Shaoting akan memesan hidangan, Li Ranran langsung menghentikannya. Jika tidak suaminya ini pasti akan memesan seluruh menu yang ditawarkan.

Selesai makan malam mereka segera pergi kekamar yang sudah dipesan. Sampai dikamar Li Ranran mengambil baju, dia sudah gerah ingin cepat-cepat mandi.

Ketika sedang mandi, pintu kamar mandi tiba-tiba dibuka, dan masuklah Shaoting yang sudah tidak memakai baju.

"Kak, apa yang kakak lakukan. " Li Ranran terkejut. Alarm dikepalanya sudah berbunyi. Bahaya ini bahaya! 

"Tentu saja untuk mandi, bukankah lebih cepat jika mandi bersama. " Jawab Shaoting dengan nada yang menggoda.

"Tapi....mmmmmp" Ucapannya terpotong karena Shaoting yang langsung menyambar bibirnya. Tangan Shaoting bergerak menyabuni tubuhnya.

Bukannya bersih, Li Ranran harus menggelinjang karena tangan Shaoting sengaja berlama-lama bermain di daerah-daerah sensitifnya.

"Mmmpp." Desahan Li Ranran tertahan karena bibirnya masih dicium Shaoting. Sepertinya Shaoting sangat paham dimana letak kelemahannya.

Shaoting segera membilas tubuh istrinya, "Ranran, aku mencintaimu. " bisiknya lembut, dia lalu mengangkat tubuh istrinya, menggendongnya ala koala sambil memposisikan miliknya ke milik istrinya.

(END) Istri Mayor Gu Yang Dimanjakan ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang