"Apa? Kau akan pergi ke masa lalu dengan mesin waktu buatan Ardan?!" Nolan mengacak rambutnya frustasi.
"Aku hanya bercerita padamu, bukan berarti kau berhak menghakimiku! Ck, sudahlah. Aku akan kembali ke ruanganku–" Arthur berjalan menuju pintu.
"Arthur!" Langkah Arthur terhenti dan ia menghela napas sebelum akhirnya ia berbalik badan ke arah Nolan kembali.
"Kau tidak ingat bagaimana menderitanya dirimu hanya karena Lidya? Kau tidak lupa juga kan Ardan adalah suami Lidya?! Mengapa kau masih mudah terpengaruh dengan hal semacam itu apalagi Ardan yang memegang penuh kendalinya?! Itu berbahaya, Arthur!" ujar Nolan.
"Aku sudah pernah bekerja sama dengan dia beberapa waktu yang lalu–"
"Kau mempercayai orang yang baru kau kenal hanya karena dirinya merupakan suami dari perempuan yang pernah kau cintai setengah mati? Kau sudah gila?! Kau berpikir menggunakan apa ketika mempertimbangkan semua ini?!"
"Kau bisa mengambil alih perusahaanku selama aku pergi–"
"Kau mengira aku gila harta? Arthur, aku ini kakak laki-lakimu satu satunya! Kau juga saudara laki-laki ku satu satunya! Janganlah bertindak sembarangan seperti itu! Biarlah semua itu urusan Ardan dengan proyeknya, kau tidak usah ikut campur!" ujar Nolan tegas.
"Kaulah yang sebaiknya tidak usah ikut campur urusanku." ucap Arthur ketus. Arthur kembali meraih gagang pintu.
"Kau lebih percaya kepada Ardan? Kau tidak berpikir lebih jauh apakah ada kemungkinan ia melakukan hal buruk kepadamu karena Lidya pernah bersamamu? Kau sadar kan Lidya lebih memilih Ardan daripada kau yang kala itu sedang mencintainya?" Arthur berhenti sejenak hanya terdiam.
"Ardan tidak tahu bahwa aku masa lalu istrinya!" dustanya.
"Lantas mengapa? Cepat atau lambat dia pasti mengetahuinya! Ku mohon jangan berani mengambil langkah yang salah, Arthur!" pinta Nolan.
Arthur menghela napas berat, "Sekali lagi, aku tidak butuh pertimbanganmu. Aku pergi." Arthur pergi dari ruang kerja Nolan tanpa berhenti lagi.
Sudah Arthur duga akhirnya akan begini akhirnya akan begini jika dirinya berkata yang sejujurnya pada Nolan. Sudah tiga hari Arthur memendam rasa ingin bercerita dan selalu ingin bercerita jika ada yang mau mendengarnya. Sialnya, hanya sedikit saja orang yang kenal dekat dengannya. Teman-teman masa sekolahnya juga tidak sebanyak teman Nolan. Tetapi sebenarnya, Arthur memiliki dua teman baik semasa sekolahnya dan detik ini juga Arthur ingin menemui mereka. Arthur langsung menancap gas untuk pergi.
Selama perjalanan, pikiran Arthur tidak jauh dari pernyataan yang Nolan lontarkan kepadanya mengenai Ardan. Namun cepat-cepat ia menepis pemikiran buruk itu karena dirimya menyerahkan seluruh kepercayaannya kepada Ardan. Karena tidak ingin menampakkan emosinya yang tengah menggebu-gebu tersebut, selama perjalanan untuk bertemu kedua temannya Arthur berusaha untuk menenangkan dirinya.
"Tidak.. aku bukan melakukan ini demi Lidya. Tapi aku melakukan ini karena aku ingin melepaskan penatku sejenak dari segala pekerjaanku.." ucapnya pelan.
Tidak lama setelahnya, Arthur tiba di cafe milik Val yang menjadi titik kumpul dirinya dengan teman-temannya. Sudah menjadi rahasia umum juga jika dirinya suka mengunjungi cafe antik ini walaupun hanya sekedar untuk mengobrol dengan rekan kerjanya. Albert dan Reno adalah kedua teman yang akan ditemui Arthur siang ini. Arthur, Albert, maupun Reno memiliki profesi yang berbeda-beda. Namun ajaibnya ketika salah satu di antara mereka bertiga menginginkan untuk berkumpul di Cafe Val ini, mereka mengatakan bersedia karena secara bersamaan sedang tidak ada kesibukan pekerjaan. Kebetulan yang langka, tapi itulah adanya yang terjadi dalam pertemanan mereka. Unik bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH - A Story: The Unfinished Past
Fanfiction[CERITA INI FIKSI/ TIDAK NYATA] "Mesin waktu ini seolah-olah memberikanku kesempatan kedua untuk berada di masa-masa yang berharga bagiku. Aku ingin melihatmu lebih lama lagi di versi yang terbaik dalam hidupku." "Bukan tanpa alasan aku meninggalka...