Prolog

10 0 0
                                    

" Hallo saya Diana, senang bertemu dengan anda semua disini dan mohon bantuannya" ucap seorang wanita kepada beberapa orang di depannya saat ia baru saja memasuki sebuah ruangan.

" Hallo saya Senja selaku produser di acara ini" ucap salah satu dari mereka.

" Hallo pak, salam kenal. Jadi apa yang harus saya lalukan?" ucap Diana.

" Oh iya salam kenal, yang bisa anda lakukan mungkin anda dapat mengutarakan semua isi hati anda di depan kamera dan nanti ada rekan saya yang akan memberikan beberapa pertanyaan kepada anda agar kita tidak terlalu keluar dari topik pembicaraan" jelas Senja.

" Baik pak" ucap Diana tanda mengerti.

Dua hari lalu Diana dimintai datang ke studio untuk melakukan wawancara mengenai naskah yang telah di tulis oleh Diana satu bulan lalu melalui emailnya.

" My Amygdala " judul yang tertulis di dalamnya telah menarik simpati perusahaan Sanjastv yang merupakan salah satu channel televisi ternama di Indonesia. Para petinggi Sanjastv berbondong-bondong menyetujui penayangan " My Amygdala" dalam sebuah film yang juga berjudul" My Amygdala " dan kini Diana sedang melakukan wawancara untuk bagian ending ala-ala film dokumenter.

Entah bagaimana perasaan Diana ketika ia dimintai untuk melakukan wawancara tersebut oleh pihak Sanjastv. Entah ia berhak bahagia ataupun sedih atas diangkatnya naskah yang di tulis oleh Diana.

" Sebelum proses pengambilan gambar mungkin mbak Diana bisa memakai riasan sedikit karena wajah Mbak terlihat sangat pucat saat ini, boleh untuk bagian make up akan di bantu oleh rekan saya Farah" ujar Senja.

" Hmm baik pak" jawab Diana singkat.

" Farah...Far.." panggil Senja kepada seorang gadis yang tengah sibuk dengan peralatan make up nya.

" Iya ada yang bisa saya bantu pak?" Ucap Farah dengan cepat menghampiri Senja.

" Bisa kamu tolong rias wajah mbak Diana ini? Soalnya dia terlalu pucat dan akan sangat menggangu nanti saat proses shooting".

" Bisa pak, mari mbak ikut saya sebentar permisi pak" ucap Farah pamit dan memandu Diana ke salah satu sudut ruangan yang telah disiapkan dengan berbagai macam make up dan tak lupa kaca besar yang diterangi oleh cahaya.

" Oke mbak Diana silahkan duduk" ucap Farah mempersilahkan Diana untuk duduk di depan kaca rias itu dan bersiap memakai masker.

" Baik mbak, mungkin saya akan merias sedikit saja karena saya paham keadaan mbak yang sedang berkabung. Sebelumnya saya ucapkan turut berbela sungkawa semoga almarhum bisa bersemayam dengan nyaman disisinya." Ucapan Farah hanya dibalas dengan anggukan kecil dan seutas senyum oleh Diana.

Siapa yang merasa tidak kehilangan jika orang terdekat sekaligus yang paling ia kasihi pergi begitu saja menuju sisi sang pencipta. Sungguh rasa penyesalan dan rasa sedih yang mendalam dapat dirasakan oleh Diana kini saat ia pergi dari sisinya untuk selamanya.

Seperti ucapan Farah, kini wajah Diana hanya dirias setipis mungkin untuk membuat wajah Diana nampak tidak terlalu pucat.

Setelah selesai dirias,wanita itu pun segera di pandu oleh seorang pria dan dilihat dari id card nya terpampang nama Bayu. Diana dipandu oleh Bayu menuju ke salah satu kursi yang di depannya telah tersedia beberapa kamera.

" Oke mbak Diana dalam beberapa saat lagi proses shooting akan segera di mulai dan mohon agar anda dapat mengendalikan diri, jangan gugup dan tetap tenang. Sebelumnya izinkan saya Bayu memperkenalkan diri dan seperti yang telah di ketakan oleh pak Senja tadi disini saya akan memandu acara sekaligus akan memberikan beberapa pertanyaan kepada anda" ucap Bayu kepada Diana yang kini telah duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan kamera.

" Jika ada beberapa pertanyaan saya yang mungkin kurang berkenan anda bisa tetap diam dan tidak menggubrisnya sama sekali sehingga saya dapat secara otomatis akan mengganti pertanyaan tersebut" jelas Bayu yang hanya di jawab oleh anggukan kepala oleh Diana tanda ia mengerti.

" Okeee semua siap?" Ucap Senja mengintruksikan dan di hanya di jawab acungan jempol oleh semua orang di dalam studio yang kini telah berada di posisinya masing-masing.

" Okee...kamera rolling and action" ucap Senja dan seketika suasa hening.

" Okee scene one take one ready " ucap seseorang membawa papan take yang berlajan menuju kamera yang menyala lalu pergi menuju ke sisi kameramen.

" Oke selamat siang mbak Diana, bagaimana keadaan mbak akhir-akhir ini?" ucap Bayu.

" Selamat siang mas, saya baik terimakasih telah bertanya" jawab Diana sopan.

" Mbak Diana apa boleh mbak Diana memperkenalkan diri mbak di hadapan kamera?" Tanya Bayu.

" Oh, hallo saya Diana, umur saya 43 tahun, saya adalah seorang ibu dan saya juga merupakan salah satu pendiri bisnis di bidang konsumsi " ucap Diana.

" Ohh kalo boleh tau sudah berapa lama anda membangun bisnis anda?" Tanya Bayu.

" Saya telah merintis bisnis ini ketika saya bercerai dengan suami saya yang pertama dan saat putri saya berumur 11 tahun" jawab Diana.

" Ohh jadi anda pernah menikah dan memiliki seorang putri dari suami anda terdahulu, dan ketika kalian bercerai anda pun mulai merintis karir anda sendiri?" lanjut Bayu.

" Iya betul mas Bayu".

" Jika boleh saya tau, ketika anda berpisah hak asuh putri kalian jatuh kepada mbak atau kepada mantan suami anda?" Tanya Bayu.

" Setelah saya bercerai, hak asuh tentunya jatuh kepada saya namun saat umur putri saya telah berumur 14 tahun, putri saya memilih untuk tinggal sendiri" jawab Diana.

" Kenapa demikian mbak, bahkan usia putri anda saat itu masih terlalu kecil untuk ditinggal sendiri?".

" Betul, namun putri saya bersikukuh untuk tinggal sendiri karena saat itu saya telah menikah kembali dengan teman saya saat sekolah dulu dan karena suami saya dipindah tugaskan keluar kota mau tidak mau saya harus ikut suami. Awalnya saya memaksa putri saya untuk ikut namun ia menolak, sehingga dengan berat hati saya harus meninggalkan putri saya seorang diri di Semarang".

" Namun bukankah mantan suami anda tinggal di Semarang?".

" Saat itu mantan suami saya kebetulan tinggal di Jakarta dan telah memiliki keluarga baru juga. Pernah satu kali saya tawarkan untuk tinggal dengan ayahnya jika ia tidak mau tinggal dengan saya. Namun ia tetap menolak dan mengancam saya akan kabur jika hal itu terjadi".

" Kira-kira apa ada alasan khusus dibalik tindakan yang dilakukan oleh putri anda itu?" Tanya Bayu lagi dan lagi.

Kali ini Diana terdiam entah apa yang ia harus bicarakan kepada mereka perihal alasan sang putri. Setelah termenung beberapa saat dengan sekali hembusan nafas berat ia tersenyum berniat untuk menjawab pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Bayu.

My AmygdalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang