My Amygdala

3

Kini Diana telah berada di lantai 3, kebetulan tepat di depan toko buku terdapat bioskop. Namun karena Diana tidak terlalu menyukai film. Tidak terlalu suka bukan artinya Diana tidak pernah kebioskop, sesekali Diana pergi ke bioskop bersama teman-temannya yaaa walaupun lebih kearah "dipaksa" bukannya sukarela. Alhasil ia hanya mengunjungi toko buku saja untuk hari ini, masih ingat bukan karena teman-temannya memiliki jadwal masing-masing dengan keluarganya tidak seperti Diana yang hidup sendiri.

Saat melangkahkan kaki di toko buku, aroma buku-buku baru langsung tercium oleh Diana. Betapa menyenangkannya aroma ini untuk Diana. Sudah lama ia tidak menghabiskan waktu sendiri kesini, sungguh ini adalah hal yang luar biasa jika kalian ini melakukan me time Diana sangat merekomendasikan itu.

Mata Diana diedarkan kesegala penjuru ruangan, rak rak buku pun tak ada yang terlewat. Sesekali ia membaca juga beberapa buku baik novel ataupun buku resep makanan.

Dari sudut ke sudut, dari rak buku yang satu ke rak buku yang lain, dari bagian resep makanan hingga novel tidak ada yang menarik perhatiannya untuk dibawa pulang. Sayang seribu sayang padahal dalam hatinya ia sangat ingin membeli buku tapi apa boleh buat jika sang hati belum menemukan pilihannya. Dengan berat hati dan dengan langkah yang berat kali ini kaki Diana melangkah keluar dari toko buku itu.

Tak terasa kini jam telah menunjukan pukul 5, begitu asik kah Diana di dalam toko buku hanya untuk melihat-lihat semata? Hufft rasanya kaki Diana semakin lemas tak karuan ketika tersadar jika ia telah selama itu berjalan-jalan.

" Hufftt udah jam segini pulang aja kali ya? Ehh tapi sebelum pulang kita sholat ashar dulu deh terus makan" monolognya memutuskan

Namun saat akan melangkah kakinya, ia melihat sosok yang dikenali. Tidak salah lagi, tak jauh dari keberadaannya kini terdapat sosok Syasya, Bella, Gina, Dion dan Leon yang baru saja keluar dari area tempat makan.

" Bukannya mereka ada urusan masing-masing ya? Ko sekarang barengan? Apa aku salah info? Ahhh bodo amat samperin ajalah" ucapnya pada bermonolog

Dengan langkah gontai, Diana segera menghampiri kelima sosok sahabatnya itu. Namun tinggal beberapa langkah lagi menuju mereka, Diana dikejutkan oleh obrolan mereka.

" Ehhh kapan-kapan gini lagi ya tapi, kalian tau kan sebenernya gua agak males kalo ada Diana" ucap Dion

" Hahaha iya, gua juga sebenernya males sama dia. Kalo dia bukan temennya Syasya dan kalo bukan Syasya yang mohon-mohon buat kita terima Diana mana mungkin gua mau" balas Gina yang membuat Diana bingung kenapa Syasya harus memohon-mohon kepada mereka untuk berteman dengannya apakah ia setidak mampu itukah untuk bersosialisasi?

" Yaaa maaf ya guys, gemana ya soalnya aku kasian banget sama Dian. Yaaa kalian tau sendiri kann kalo Dian tinggal sendiri disini. Sebenernya aku juga bosen tau sama sikap dia yang monoton pantes aja ditinggal sama ibu ayahnya orang sifatnya aja bikin males" timpal Syasya yang kembali membuat Diana bagaikan terkena sengatan listrik beraliran besar

" Lahh terus kenapa kamu masih temenan sama Diana kalo kamu sendiri bosen sama dia Ca?" tanya Leon

" Kalo bukan karena orangtua aku yang makasa buat temenan sama dia, yaaa aku males banget temanan sama dia. Hufftt kalian tau ga sii seberapa panas telinga aku waktu dia cerita soal keluarganya...ehhh sumpah kalo diinget-inget makin kesel yang ada" jawab Syasya yang membuat Diana tak bisa lagi untuk membendung air matanya

" Iyaa siiii pasti panas banget" timpal Gina

" Yaa gemana ya, abisnya yang gua liat dia terlalu nutup diri gitu. Dan lagi dia terlalu so pinter, so baik, so alim gitu ga siii" balas Bella

" Iyaa dia emang gitu dari kecil suka pengen terlihat menonjol sendiri padahal mah aslinya zonk besar...hahaha padahal aslinya jauh dari kata alim" ucap Syasya sungguh kini Diana sudah tidak sanggup lagi mendengarkan percakapan mereka