Hari yang ditunggu

924 163 24
                                    

_OT_

Setelah mendengar kabar Chika akan menikah, Zeefran memutuskan untuk mengurung diri di rumah. Dia tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Dia benar-benar menghindari itu. Zeefran juga mulai menghindari Chika. Dia hanya ingin menata hatinya yang telah retak. Mempersiapkan diri dan mental juga hatinya agar tidak tumbang nanti saat dirinya hadir di pernikahan Chika. Dia rasanya tak siap melihat Chika bersanding dengan lelaki lain. Apa harus seperti ini akhir dari semuanya?

Di sisi lain Chika sudah beberapa hari tak melihat Zeefran. Mendapat kabar dari Zeefran pun tidak setelah menghabiskan waktu kemarin. Chika sering menghubungi Zeefran melalui telepon, tapi justru ponsel Zeefran tidak aktif. Saat Chika datang di toko bunga untuk membeli bunga pun dia tak ada melihat Zeefran. Saat bertanya pada salah satu pegawai justru yang dia dapatkan adalah kabar bahwa Zeefran sudah resmi keluar dari pekerjaan ini.

"Kenapa Zeefran keluar dari sini?" Tanya Chika pada salah satu pegawai temen Zeefran.

"Saya tidak tau alasan pastinya mbak. Yang saya tau Zeefran ingin mencari pekerjaan yang lebih dari ini," jawab Pegawai itu. Chika terdiam dan berpikir. Kenapa Zeefran tak ada berkomunikasi dengannya soal ini. Ini sungguh mengejutkan bagi Chika. Apalagi hilangnya kabar dari Zeefran membuat Chika berpikir bahwa Zeefran menghindarinya sekarang.

Sedangkan keadaan Zeefran di rumah sekarang sedang menggoreskan ujung pensil yang runcing di atas kertas persegi panjang. Ditemani kopi hangat yang sering dia konsumsi akhir-akhir ini. Melukis dan juga kopi adalah teman Zeefran akhir ini. Meski Zeefran tak pandai dalam menggambar, tapi dia tetap bangga dengan hasil gambarnya sendiri. Meski pun hanya coretan abstrak, tapi Zeefran berhasil menyatukan coretan itu menjadi sebuah gambar yang mengandung arti tersendiri bagi Zeefran. Gerakan tangan Zeefran berhenti, dia menatap nanar kertas undangan pernikahan dari Chika yang tersimpan di meja kamarnya. Sebentar lagi hari yang pasangan itu tunggu tiba. Haruskah dia tak datang dalam acara itu? Namun, dirinya sudah berjanji akan datang ke sana nantinya.

Namun, tetap saja ada rasa yang menuntut dirinya tak usah datang ke sana, demi kesejahteraan hatinya. Tangan Zeefran meletakkan pensil yany sedari tadi dia gunakan. Beralih menyalakan ponselnya yang sudah beberapa hari ini tidak dia aktifkan. Puluhan bahkan ratusan panggilan juga pesan dari Chika dia terima. Namun, tak ada niat satupun untuk dirinya menjawab. Biarlah Chika menunggu jawaban darinya. Tetapi sepertinya Chika tak memperdulikan hal itu jika Zeefran menghilang sekali pun. Itu yang Zeefran pikirkan.

Dari depan terdengar suara ketukan pintu rumah Zeefran. Zeefran mengernyit bingung, siapa yang sore-sore begini bertamu? Dengan perlahan dia mengintip dari balik jendela rumahnya. Dia terkejut melihat kehadiran Chika di sana. Sedang apa Chika kemari? Zeefran sedang proses menjauh dari Chika. Jadi tak ada niatan sedikit pun untuk membukakan pintu untuknya. Sebenarnya bukan hanya Chika, tamu lain pun jika datang kemari, Zeefran tak akan membukakan pintu. Dia benar-benar ingin sendiri, tak ingin di ganggu.

Tok tok tok tok~

"Zeefran," panggil Chika, "Ck, kamu kemana sih," gumam Chika. Tangannya membuka ponselnya mencoba mengubungi ponsel Zeefran. Dia merasa senang saat mengetahui ponsel Zeefran kembali aktif, tapi mengapa pesan darinya tidak di balas? Chika kembali mengetuk pintu rumah Zeefran. Perasaan gusar dia rasa. Dia mengkhawatirkan keadaan Zeefran yang tak ada kabar sama sekali. Apa dia punya salah sehingga Zeefran menjauhinya?

"Nak, pulang aja sepertinya ga ada orang," kata tetangga sebelah rumah Zeefran. Chika mendekat menghampiri ibu tetangga itu. "Bu, saya mau tanya. Pemilik rumah ini kemana ya?" Tanya Chika.

"Saya, juga tidak tau nak. Terakhir saya liat dia pergi kerja, tapi setelah itu saya, tidak tau lagi kemana dia. Sudah pulang atau belum saya, juga tidak tau nak," jawab Ibu tetangga.

Only Today [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang