Sunoo terisak, dia sudah di dalam ambulan bersama ayahnya yang pingsan. Bau anyir darah yang keluar dari mulut ayahnya menyeruak memenuhi mobil itu. Bau yang sangat ia kenal membuatnya muak dan jijik selama setahun terakhir.
Suara sirene ambulan membuat kekalutan di pikiran Sunoo makin bertambah. Tangannya mengepal erat meskipun jari jemarinya dipenuhi darah sang ayah.
Tak berapa lama sampailah mereka di rumah sakit. Para dokter sesegera mungkin membawa ayah Sunoo ke ruang UGD untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sunoo memilih untuk duduk di bangku lorong rumah sakit. Kakinya begitu lemas, teringat kejadian beberapa saat lalu ayahnya yang sedang menonton televisi di rumah namun tiba-tiba terbatuk dan muntah darah. Semenjak satu tahun lalu ayahnya di vonis mengidap kanker kerongkongan. Namun ayahnya bersikukuh tidak mau dirawat karena kurangnya biaya. Di dunia ini Sunoo hanya mempunyai ayahnya saja, sang ibunda telah berpulang karena melahirkannya.
Perkataan Dokter menghantuinya, Kim Shin ayahnya harus segera mendapat pengobatan namun Sunoo ingat dia tak punya dana apapun, asuransi yang dulu dan keluarganya punya ternyata tidak bisa dicairkan karena dana tersebut di bawa kabur oleh agen asuransinya, dengan kata lain keluarga Sunoo sudah ditipu.
Haruskah ia merelakan sang ayah? Batin Sunoo bergejolak
Sunoo masih berperang dengan keriuhan isi kepalanya ketika dering telepon membuyarkan segalanya. Jungwon, sahabat sedari kecilnya yang menelpon.
"Halo Jungwon..."
"Sunoo, kau di rumah sakit mana? Aku datang ke rumahmu tapi tetanggamu bilang kalau kalian pergi ke rumah sakit bersama dengan ambulan!" Suara Jungwon tampak khawatir.
Setelah memberitahu Jungwon nama rumah sakitnya Sunoo lalu menutup telepon.
Suasana rumah sakit yang ramai oleh orang yang berlalu lalang itu bercampur dengan suara di kepala Sunoo. Rasanya ia ingin meledak saja dan hilang bersama udara.
Sunoo melihat jari jemarinya yang masih penuh dengan darah kering, meskipun bau dari darah sudah tidah terlalu menyengat tapi entah kenapa masih membuat napas Sunoo tercekat dan rasa jijik itu muncul lagi.
"Sunoo!" Seru sebuah suara. Ternyata Jungwon sudah tiba.
"Kenapa kau tidak mencuci tanganmu? Astaga ini bahkan sudah kering." Oceh Jungwon. Sunoo tertunduk lesu.
"Aku sudah terlalu lelah bahkan untuk menyeret badanku ke toilet. Energiku sudah benar-benar habis."
Seperti mengerti kegundahan hati kawannya itu, Jungwon lantas mengambil tisu basah yang ada di tasnya lalu mengelap tangan Sunoo, berharap darah sialan itu mau menempel pada tisu.
"Jungwon! Sepertinya aku harus merelakan ayahku meninggal tanpa pengobatan. Dokter memperkirakan biayanya dan itu jauh dari batas kemampuanku."
Tangan Jungwon terhenti, napasnya tercekat. Ada sebuah ide di otak Jungwon tapi dia ragu dan takut jika gagasan itu terlalu berbahaya untuk kawannya.
"Aku ingin sekali membantumu tapi kamu tahu sendiri hutang orang tuaku juga sangat banyak. Sebenernya aku ada usulan yang mungkin bisa membantumu. Yang harus kamu lakukan hanya donor darah saja Sunoo."
●●●
Hai aku kembali membawa cerita fantasi, semoga suka yawww♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Ballroom Extravaganza / Sunghoon x Sunoo Vampire Story { SungSun }
VampirBallroom Extravaganza tempat di mana kesenangan dan kengerian berkumpul menjadi satu, Sunoo manusia biasa yang sangat membutuhkan uang harus terjebak di sana, tak pernah terpikir di benak Sunoo bahwa tempat itu adalah sarang para vampir berkumpul da...