Si Lelaki Sastra

133 0 0
                                    

Selamat malam Weeeii!

Oh, ya. Judul di depan kan Sebatas ilusi Yak! jadi begini. Ilusi yang maksud disini adalah beragam. Mungkin aja aku bakalan update cerita yang isinya ilusi dari karakter tersebut, atau ilusi karena ini adalah ilusi aku. Beberapa So...Kalau ada yang rada bingung silahkan bertanya :D Selamat membaca.


_


Alis matanya, hidungnya, bibirnya yang menghitam kemerah jambuan karena sering merokok teramat sempurna. Pahatan langit biru berpadu senja bahkan kalah. Ah, sampai sebegitu tingginya aku memuji lelaki yang duduk diseberangku kini. Jarak kami hanya sebatas dua meja berbentuk lingkaran.


Tangannya selalu bergerak aktif diatas keyboard laptop yang menemaninya berjam-jam duduk di café ini. Aku tidak tau sampai detik ini. Padahal sudah dua tahun aku mengikutinya , dan dia juga terlihat tidak sadar dengan keberadaanku.


Setiap hari rabu , pukul tiga sore sampai Sembilan malam dia akan duduk dan sesekali merokok jika merasa bosan. Dia akan menatap sekeliling café lalu tatapan kami secara tidak sengaja bertemu. Aku akan berpaling , berpura-pura menatap ke arah lain. Yang ku lakukan di café ini adalah menungguinya dengan tugas-tugas kuliah atau terkadang aku membaca buku novel dari seorang penulis yang sangat , sangat ku sukai. Sesekali aku akan mencuri pandang memastikan dia tetap berada ditempat.


Aku terlebih dahulu menemukan café ini. Ketika hujan di sore hari bersama secangkir green tea hangat. Lambat laun, aku menjadi pecandu. Duduk dekat jendela café dan menghabiskan waktu dengan sesuatu yang sudah ku rencanakan. Hingga setelah tiga bulan aku selalu berkunjung ke café ini, aku melihat dia. Menempati tempat favoritku. Membuatku menatapnya garang setiap melihat dia duduk di tempatku.


Lama kelamaan aku bisa menerimanya. Ternyata tatapan garang yang selalu ku perlihatkan namun tidak pernah di gubrisnya membuatku jatuh hati karena terlalu sering melihatnya. Ketika itulah percikan cinta muncul. Bahkan aku sudah berani mengatakan cinta sementara kami tak pernah menyatakan saling suka . Memang cinta harus bermula dari suka ? entahlah, tapi rasanya dari benci menjadi cinta ?.....

Aku menggelengkan kepalaku. Lebih baik aku membaca novel dari penulis yang sama seperti dua buku yang kemarin aku baca. Aku membaca, hingga tidak sadar green tea hangat ku habis. Aku memanggil pelayan.

            " Mbak, tambah satu lagi..." kataku dan kemudian memberikan uangnya segera.

            " Di tunggu ya mbak." Kata pelayan perempuan tersebut. Kemudian aku melanjutkan membaca. 


Selang beberapa menit kemudian, green tea hangatku datang dan terhidang di meja. Aku menghirup aromanya terlebih dahulu sebelum menenggaknya. Ketika aku hendak meletakkan gelas tersebut, aku menatap ke depan bermaksud mencari sosoknya. Namun, seseorang menghalangiku dengan sebuah laptop yang menutupi wajahnya. Aku tidak tau siapa orang itu dan dengan seenaknya mengambil tempat diseberangku. Tidakkah dia tidak sopan karena tanpa bertanya bersedia berbagi meja denganku ?

            " Maaf. Sejak kapan anda duduk disitu ? " sebuah tangan terulur tepat diwajahku. Fokusnya masih tetap tertuju ke laptop yang ada didepannya.


            Dasar orang gila. Aku mengacuhkannya kemudian melanjutkan bacaanku.


Lima belas menit, orang itu tidak berbicara sama sekali. aku juga tidak sudi membuka percakapan terlebih dahulu. Konsentrasiku tidak lagi pada tempatnya karena terbagi dengan rasa penasaran antara siapa orang tidak sopan santun dihadapanku, dan sedang apa dia diseberang sana ?


Aku menatap bagian novel yang sedang ku baca. Pikiranku menjalar kemana-mana.


Tiba-tiba terdengar sesuatu yang sedikit keras. Hal itu cukup membuatku terkejut dan kemudian meraih cangkir green teaku. Aku menatap khusyuk kea rah cairan yang sedikit lagi tersisa. Kemudian aku meletakkannya kembali ke atas meja bersisian dengan buku novel yang kini tergeletak tepat dihadapanku. Setahuku, buku itu tadi ku letakkan sembarangan , dengan kondisi terbuka. Aku membukanya, dan aku terkejut. Rasa bahagia memenuhi hatiku sekarang.


Aku masih ingat jika halaman pertama buku novel tersebut hanya dibubuhkan sebuah nama itupun di sudut kanan ujung buku paling atas. Ketika ku buka, aku melihat sebuah tanda tangan beserta nama sesuai dengan penulis buku novel tersebut. Segera ku tatap ke depan dan jantungku nyaris berhenti. Dia ada didepanku. Tepat didepanku , dengan santainya merokok dan kemudian mengedarkan pandangannya ke penjuru café. Matanya jernih, bola matanya hitam dan membiaskan cahaya café yang mayoritas bewarna kuning. Dia masih menyapu tiap sisi café dan membuatku terperangah, aku masih tidak bisa menyangka jika itu benar-benar dia. Mata kami bertemu, dia menghembuskan asap rokoknya ke udara dan kemudian mematikannya.

            " Hai." Sapanya dengan santai dan kemudian di iringi senyum tipis miliknya. Aku mengerutkan keningku kemudian melirik novel yang berada digenggamanku. Aku mengusap buku tersebut lalu memandangnya. Dia kemudian menempelkan jari telunjuknya di bibir yang selama ini ku puja.

Aku mengangguk tersenyum.


END

SEBATAS ILUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang