When It Rain 1

38 1 0
                                    

Teruntuk seorang teman yang memendam hampir bertahun-tahun. Ijinkan aku menuliskan sebuah kisah tentangmu dan dia. Aku tidak ingin membahas perjalananmu , tetapi aku ingin mengajak engkau untuk berimajinasi kali saja suatu hari nanti kalian dipertemukan. Mungkin ini bisa memberikanmu sedikit harapan jika suatu saat perasaanmu itu akan tersampaikan. 

Biarkan harapanmu itu menjadi sebuah kisah.

:) 

_



Hujan deras mengguyur kota Batam. Hal itu mengejutkan para pejalan kaki dan beberapa orang yang sedang menghabiskan waktu menikmati sore. Tidak sedikit yang panik mencari tempat teduh, termasuk seorang gadis yang berlindung dibalik tas warna tosca – tampak begitu mencolok disaat segalanya terlihat muram.

Langkahnya cepat sedikit berlari kecil untuk menghindari cipratan air. Navy jeans yang dipakainya sudah basah dibagian bawah, sementara sepatu heels setinggi lima centimeter yang menyelimuti kakinya tampak menyulitkan setiap langkahnya. Untung jaraknya sudah tidak jauh dari deretan toko. Dengan cepat dia mengambil keputusan untuk berteduh disana. Hanya beberapa toko yang buka , dan bersedia mempersilahkan orang-orang yang berteduh untuk masuk kedalamnya. Gadis itu berusaha mencari tempat yang masih bersedia untuk menampung orang. Namun sayangnya, dia tidak menemukannya karena semua toko sudah hampir penuh.

Hujan hari itu tidak hanya menyiksa tubuhnya, tapi otaknya juga. Samar-samar dia melihat sebuah gerai yang malu-malu buka. Dengan cepat tidak memperdulikan pakaiannya yang sudah basah kuyub, dia menerobos hujan yang semakin lebat.

" Permisi..." Dia mengetuk kaca pada pintu bewarna hitam tersebut. Beberapa kali dia mengintip kedalam mencari tanda-tanda kehidupan.

" Permisi. Apakah ada orang didalam ?" dia mengeraskan suaranya. Beberapa kali berdeham lalu berteriak sekeras mungkin.

Beberapa menit berdiri dan berteriak , akhirnya lampu toko itu hidup. Seseorang turun dengan tergesa-gesa sambil memperbaiki benda yang menyelimuti tubuhnya. Bunyi gerutu pintu besi dan kemudian ayunan engsel bisa didengar oleh gadis itu. Ada rasa senang menjalari tubuhnya.

" Ya ampun. Maaf. Tadi saya tidak dengar karena lebatnya suara hujan diluar. Silahkan masuk" seorang gadis remaja yang lebih tinggi dari gadis basah kuyub itu mempersilahkan masuk.

Gadis remaja itu dengan cekatan menurunkan kursi yang terletak pada sudut ruangan , bersisian dengan kaca jendela besar yang tirainya terbuka setengah. Hujan langsung menusuki kaca, memperdengarkan gemuruh namun tetap merdu untuk didengar. Gadis basah kuyub itu menyukainya seketika.

" Mau saya buatkan minuman , Mbak ?" tanya gadis remaja itu dengan sopan.

" Kalau gak merepotkan" gadis basah kuyub itu merapikan rambutnya yang kini sudah tidak beraturan.

" Tidak merepotkan kok. Sebentar ya." Gadis remaja itu kembali menaiki anak tangga yang menyisakan sinar bewarna kekuningan pada lantainya. Si gadis basah kuyub seketika penasaran, apa yang ada dilantai dua.

Tidak lama, rasa penasarannya tertepis begitu sebuah langkah dengan dentuman yang cukup keras terdengar. Si gadis basah kuyub berpura-pura melihat ke sisi lain. Dia berpura-pura tidak meyadari jika ada orang lain bersamanya saat itu juga.

" Kak!" seruan itu membuat si gadis basah kuyub menoleh ke arah sumber suara.

Pertama yang dilihatnya adalah gadis remaja yang tadi menyambutnya. Di tangannya sudah ada segelas cangkir putih polos dengan asap yang mengepul. Kedua, ada seorang laki-laki bermata sipit diselimuti kacamata, rambutnya yang sedikit panjang dan berantakan serta tubuhnya yang tinggi , tegap dan agak berisi dan berhasil memancarkan sisi kedewasaannya.

Si gadis basah kuyub memandang tidak percaya pada laki-laki itu. Kedip matanya berjarak begitu lama dari kedipan mata sebelumnya. Hatinya menghangat, dan ada sesuatu yang berhasil menghantam perutnya. Si gadis basah kuyub kini matanya berkaca-kaca. Untungnya itu tidak bisa terlihat karena tubuhnya yang sangat basah.

Laki-laki itu memandang si gadis basah kuyub dengan ekspresi yang campur aduk. Ketika dia memandang gadis dihadapannya dengan baik-baik serta teliti, matanya seketika membulat besar. Mata sipit itu terkejut dan tampaknya ada satu hal yang di ingat sesuatu yang tampaknya sebuah kesalahannya di masa lalu.

_ to be continue _





SEBATAS ILUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang