GAMANG

61 1 1
                                    

Cause i'm bored with happy or Sad Ending.  Dicerita ini kamu bisa memilih siapa yang punya happy atau sad ending. 

Give ur comment, if you feel bored or something. 

Thanks! 

*Sorry for Typo. Kena sindrom malas buat ngedit. 

-

Sudah rokok yang ke dua, setelah satu jam duduk taman belakang kampus. Aku dan teman-teman memandang gedung baru kampus yang kini dalam tahap finishing. Sejak kami magang, banyak perubahan terjadi. Fasilitas, dosen, bahkan banyak mahasiswi yang terlihat jauh lebih baik sekarang. Maklumlah, naluri seorang pria, selalu semangat dengan wanita cantik.

"Loe gak balik ke kantor ?" Teo, si laki-laki setia- itu julukannya. Setianya tidak terukur dengan apapun, sampai-sampai rela menghindar dari lingkar persahabatannya dimana keduanya adalah perempuan. Sempat terjadi selisih paham , membuatku tertawa mati-matian. Wajahnya kalang kabut mencari cara untuk meminta agar hubungan mereka tidak berakhir. Jika aku menjadi dia, mungkin sudah ku relakan semuanya selesai. Aku tidak membutuhkan sebuah hubungan dimana membuat jalanku terhalang. Bebas, tidak terkekang, itulah aku.

"Udah izin setengah hari" jawabku padanya. Wajah Teo terlihat seperti menyimpan masalah. Pasti tidak jauh-jauh dari asmara.

"Kenapa loe Teo ?" temanku yang lain yaitu Riki menyuarakan rasa penasaranku.

"Biasa. Tania. Kumat lagi."

"Putusin ajalah.." jawabku langsung. Aku mendapatkan tatapan sinis darinya. Dia paling tidak suka menyelesaikan sebuah masalah dengan titik. Tidak ada hal yang bisa mengakhiri jika berhubungan dengan perasaannya. Tipikal orang yang cinta sampai mati.

Beberapa orang yang ikut nongkrong bersama kami mulai menceramahi Teo. Ada yang baik hati memberi saran, dan ada yang mengompori. Aku hanya bisa tertawa, sambil menikmati setiap hisapan rokok yang sudah nyaris habis.

Angin hari ini bertiup kencang. Langit sedang abu, mungkin akan segera hujan. Tiba-tiba terdengar suara gitar. Aku mencari sumber suaranya dan ternyata ada di pendopo yang terletak didepan kami. Seorang laki-laki gembul sedang memainkan instrument sementara sisanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Diantara mereka, aku kenal beberapa. Salah satunya sering menemaniku merokok , dan teman bercerita disela-sela menghembuskan asap ke udara.

Instrument gitar itu menjadi pusat telingaku saat ini. Aku ikut menjiwai seperti laki-laki itu kini memejam mata dan sesekali memainkan kepalanya mengikuti irama. Begitu juga aku, tidak mementingkan perdebatan antara Teo dan Riki dimana kini terjadi. Instrumentnya kini berganti, kali ini dipadu dengan gumaman suara. Mungkin si laki-laki gitar itu ingin bernyanyi tetapi lupa liriknya. Dan aku bergumam menebak kemana arah nada setiap nada itu pergi. Hingga akhirnya, sebuah sarah menyelinap dan melantunkan kata-kata yang disusun indah, khusus untuk irama musik itu.

Let me go..

I don't wanna be your hero..

I don't wanna be a big girl

Just wanna fight with everyone else

Mataku kembali menatap ke sana. Seorang perempuan dengan rambut berantakan mengenakan jacket kebesaran bewarna dongker tengah bernyanyi bersama laki-laki gembul itu. Mereka saling menjiwai alurnya. Mata dan telingaku tertarik kepada perempuan itu. Aku hanya tersenyum sambil menikmati.

"Ini lagu siapa nih.." Teo tiba-tiba bersuara.

"Tanya gih, tuh Si Reina yang nyanyi sama Komo" Usul salah Riki.

SEBATAS ILUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang